Dentungan musik disko terdengar sangat memekik telinga di sebuah bar yang cukup terkenal, bahkan beberapa orang yang masih memiliki kesadaran menutup telinga.
Namun tak ber-arti bagi gadis cantik yang sedang duduk di pantri seorang diri dengan gelas mini setelah dituangkan kembali sebuah minuman berakohol. Dia adalah Daisy.
Dia sudah menghabiskan sepuluh kali gelas dan sekarang gelas ke sebelas. "Ayo tuangkan lagi," titahnya dengan mata merem-melek.
Sepertinya kesadarannya telah hilang pada gelas ke sepuluh. Ah... perlu diakui Daisy cukup kuat minum dengan minuman berakohol dosis tinggi. Atau mungkin ini sudah menjadi kebiasaannya di negara aslinya.
Oh ayolah... Daisy sangat di didik baik oleh ibunya, hanya saat dia sering melampiaskan masalah hatinya dengan minum-minuman.
"Nona, anda sudah banyak minum dan anda juga sudah tidak sadar. Lebih baik, Nona, pulang saya akan memesan taksi," ucap pelayan tidak memberi lagi meski tangannya memegang botol berisi minuman.
"Hei! Aku membayar minuman ini... untuk menghibur ku! Dan apa kata mu tadi? Aku tidak sadar? Hahaha... apa kau buta, ha? Jelas-jelas mata ku terbuka sangat lebar," celotehnya dengan kepala menunduk lemas lalu menenggak kembali tubuhnya sambil manyun dengan gelas dihentakkan pelan.
"Cepat berikan aku minuman!!!" Pekiknya merampas botol berwarna hijau lalu menenguknya dalam beberap tegukan sebelum botol dirampas kasar oleh seseorang.
"Hei! Kenapa kau mengambil milik ku--- kak Joe!?" wajah Daisy berubah terkejut untuk beberapa saat sebelum ingin mengambil kembali botolnya namun Joe memberikan kepada pelayan dan menyuruhnya melayani yang lain.
"He! Hei! Kenapa kau pergi membawa botol! Bodoh!" Umpatnya tangan kanan ter-ulur untuk merainya namun gagal dan malah menunduk dengan pangguan lengannya.
"Pulang!" ajak Joe menarik bahu Daisy namun di tepis dengan kasar.
"Hei! Memangnya kau siapa berani memerintah ku, ha!? Kau orang jahat yang sudah merampas minuman ku, padahal aku ingin menghibur diriku sendiri. TAPI KAU MENGHANCURKANNYA! BABEDAH!" umpatnya lagi tak memperdulikan jika dirinya menjadi tontonan untuk beberapa orang.
"Pulang! Kamu udah kebanyakan minum, mangkanya ngomongnya ngelantur kayak gitu," omel Joe akan menggendong Daisy dengan mengangkat pinggangnya namun di dorong kasar.
Tiba-tiba Daisy terisak dengan tangan berada didepan matanya, "kau tahu, calon pacar ku ternyata sudah punya tunangan! Dan yang lebih parah lagi dia sahabat ku sendiri! Sakitnya tuh disini!!" ungkapnya menusuk dadanya dengan telunjuk.
"Sakitnya tuh disini pas kena hati! Sakitnya tuh di sini melihat kau dengannya," lanjutnya lalu tertawa hingga membuat Joe reflek menutup mulut Daisy.
Daisy terus mengoceh tanpa henti bahkan menghitung atau menambakan angka dengan tangannya. Joe yang sudah mulai jengah langsung membopong tubuh Daisy hingga membuatnya terkejut.
"Udah bayar?" Tanya Joe pada pelayan tadi. "Sudah, tadi, Nona menyodorkan kartu atmnya ke saya," jawabnya sambil menyodorkan kepada Joe yang mengangguk lalu pergi.
Untung saja tadi pak sopir menelponnya dari ponsel Daisy yang tertinggal di mobil. Jadi dia bisa menghubunginya tanpa meminta langsung pada orang rumah.
Joe tadi juga menyuruh untuk pulang tanpa Daisy dengan alasan menjaganya dan melindungi pak sopir agar tidak kenapa omel. Joe juga pesen jika Daiay akan menginap di apartemennya.
Sempat ragu namun akhirnya pak sopir berani melepaskan Daisy dan memberikan tanggung jawabnya pada Joe.
Daisy berasil masuk kedalam mobil sport milik Joe, meski tidak sebagus mobil sport keluaran baru. Yang penting punya.
Joe mengitari mobil lalu masuk dan memasangkan sabuk pengaman untuk Daisy. "Hei! Kenapa aku di penjara? Lepaskan aku! Lepaskan!!" Pekik kembali terdengar dengan Daisy memegang sabuk yang menganggapnya seperti jerusi besi.
"Ssstttt... jangan keras-keras. Nanti tenggorokan kamu sakit, besok akan ku buatkan air perasan lemon dan jahe," ucapnya menyentuh pucuk kepala Daisy singkat.
"Ih... mau lagi!" rengeknya meletakkan kembali tangan besar Joe di atas kepalanya lalu di elus ksar sebelum digangi elusan lembut dari Joe.
"Besok ngak mau minum perasaan lemon sama jahe! Panas sama asem banget," lanjut Daisy pura-pura muntah.
Joe yanga terkekeh melihat tinggah Daisy yang menurutnya sangat menggemaskan. "Jangan nunduk terus, nanti pusing jadi beneran muntah," ucapnya membuat Daisy memundurkam tubuhnya dan merosotkannya.
"Kok bisa ya kalian tega sama aku. Harusnya kalau memang dari awal kalian udah tunagan, bilang biar aku nggak ngejar-ngejar kak Joe terus. Capek tahu," gumannya mampu di dengar Joe.
Joe merasa bersalah.
"Mana udah sayang nuju cinta lagi," ungkapnya memalingkan wajahnya ke arah kaca. Helahan napas kasar keluar hingga menjelaskan kegundahan hatinya.
"Maaf," satu kata yang terucap dari Joe. Dia menepikan mobilnya setelah menyalakan lampu sein sebab jalanan cukup sepi.
Menyentuh bahu Daisy agar mau menghadapnya. "Kalau boleh jujur, aku nggak mau ngejalanin hubungan itu. Ini nggak ada sangkut pautannya dengan kamu meski sekarang aku mulai menyukai mu,"
"Hubungan ini sudah lama ingin aku akhiri. Aku tertekan. Aku nggak bebas. Tapi aku nggak bisa ngelakuiin apapun karena ini masalah balas budi papa ke ayah dia," jelasnya mengungkapkan masalah yang dihadapinya untuk waktu lama ke belakang.
"Aku berusaha mengacuhnya dengan nggak anggap dia ada, dengan pikiran mungkin dia menolek perjodohan ini. Tapi sayangnya dia nggak nyerah, bahkan semua perbuatan ku sama dia nggak pernah di balas," lanjutnya merasa pusing dikepalanya memikirkannya.
"Aku jadi bingung siapa yang salah dari kalian berdua. Tapi mungkin keputusan ku kali ini akan benar oh lebih tepatnya sangat benar,"
Joe menyergit bingung. "Maksud mu?"
"Aku akan mengiklhaskan rasa ku kepada kak Joe. Dengan begitu tidak akan terjadi masalah lagi. Ya mungkin aku akan galau tapi setidaknya sahabat aku mendapatkan cinta mu," jawabny membuat Joe mematung.
"Kamu tahu, dia sangat mencintai mu melebihi aku mencintai mu. Sepanjang hari saat bersama, dia selalu bercerita tentang mu meski nggak nyebut namanya. Matanya dengan sangat jelas menggambarkan ketulusan yang nyata," bisiknya sebelum tertidur dengan suara nyorok kecil.
Mungkin dia lelah.
Joe terdiam, akankah dia membuka hati untuk Matahari? Atau tetap menyukai Daisy? Bagaimana kelanjutan kisah cinta seorang Joenatan Leandra Prayogo?
"Aku tak apa jika terluka untuk sesaat tapi aku tak bisa melihat cinta sahabat ku bertepuk sebelah tangan. Meski dia sudah menghancurkan kepercayaan ku," racau Daisy sambil menggaruk leher jenjangnya.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta DAISY (Complete)
Novela Juvenil"Dia adalah laki-laki pertama yang membuat Daisy jatuh hati. Dia memang tidak pernah mendekati Daisy tapi Daisy menyukainya," kata Daisy di Malam yang sunyi bertabur bintang diatasnya. Senyumnya mengembang sempurna hingga tidak sadar terus memikirka...