28

20 3 8
                                        

Sebuah restoran yang cukup terkenal di kota Kediri dengan tidak terlalu banyak pengunjung untuk malam ini. Mungkin karena hari ini bukan malam minggu.

Di sudut kanan dekat kaca besar yang berfungsi sebagai pengganti tembok, ada dua keluarga yang sedang makan malam bersama. Kedua keluarga itu tampak bertukar lelucon kecil.

Lula tertawa kecil dengan tangan menutupi bibir terbukanya, "kamu sangat lucu, Tari," ungkapnya membuat gadis dihadapannya tersipu malu.

"Aku senang bisa menghibur tante," cengirnya sebelum menenguk minumannya.

"Tante lagi, beberapa tahun kedepan kamu jadi mantu saya loh... panggil mama, oke?" Koreksi Lula. Gadis itu kembali menyegir, "maaf."

Tiba-tiba ada seorang pemuda mendatangi meja mereka lalu duduk di samping Bagos. "Maaf, saya terlambat," ucapnya tak enak hati.

Orang tuanya hanya bisa tersenyum terpaksa sedangkan Bambang selaku orang tua Tari terkekeh pelan. "Tak apa. Kami juga baru sampai,"

Joe adalah pemuda itu tidak mengubah expresinya namun mengangguk singkat. Matanya tidak menatap gadis yang sejak kedatangannya terus menatapnya tanpa malu.

"Berhentilah menatap ku atau kau tidak akan tahu apa yang terjandi selanjutnya," ucapnya dengan ketus mendapat teguran dari Bagos.

"Joe! Jaga bicara mu. Apa salahnya jika tunangan mu sendiri menatap mu!?" Cetusnya. "Itu tidak nyaman, Pa."

"Sssttt... sudah hentikan. Lebih baik kita pesan makanan sekarang, keburu malam tambah larut," ucap Bambang menengahi. Tangannya terangkat sambil berseru memanggil pelayan.

Mereka memesan makanan sesuai selera masing-masing, lalu kembali dilanjutkan dengan obrolan yang bisa di sebut basa-basi saja.

æ

"Kakak aku ingin makan steik," rengek Reandra menarik baju Daisy yang duduk di sampingnya.

"Steik? Baiklah kita akan makan malam dengan itu," ucap setuju Daisy membuat Reandra tersenyum senang.

"Pak, tolong mampir ke resto terdekat," pinta Daisy. "Baik nona."

Sore tadi Joe datang kekediamannya untuk menitipkan Reandra karena ada pertemuan penting dan orang tuanya juga ikut. Alasan mengapa Reandra ikut, tadi Joe memberi pilihan mau ikut atau tidak.

Tetapi Reandra memiliki tidak ikut dengan alasan takut bosan dan ingin bertemu dengan kakak angkatnya. Mau tak mau, Joe harus mengantarnya.

Juga berpesan untuk mengantarkan Reandra pulang ke apartemennya saja. Ini agak kurang sopan. Harusnya Joe sendiri yang menjemputnya.

Mobil yang di tumpangi ketiganya berhenti di sebuah resto terdekat. Reandra terlihat tambah senang melihat resto yang sudah di hadapannya.

"Pak, mau ikut makan malam?" Tanya Daisy menawari namun ditolak dengan bahasa lembut agar tidak tersinggung.

"Kak ayo," rengek Reandra terus menarik lengan Daisy hingga sampai masuk ke dalam restoran. "Sabar Reandra sabar," pintanya.

Tiba-tiba Reandra melepaskan tangan Daisy lalu berlari tanpa mengatakan apapun, Daisy yang terkejut langsung membuntuti langkahnya.

"Kakak!!" Seru Reandra mendatangi meja Joe dan dua keluarga tadi hingga membuatnya terkejut. "Reandra? Kamu, kamu kok bisa kesini?" Tanyanya Joe.

"Reandra kamu ke meja siapa? Ayo sin--- kak Joe?" Kata Daisy menatap Joe yang terlihat terkejut dari matanya tentang kehadirannya.

"Aku mau duduk disini sama yang lain," pinta Reandra duduk di kursi kosong dekat Joe. "Nak Daisy, ayo duduk kita makan malam bersama," ajak Bagos membuat Daisy tersenyum singkat lalu duduk setelah mengangkat tubuh Reandra dan memangkunya.

"Wah... kebetulan sekali. Kamu kesini bareng Reandra," ucap Lula membuatnya tersenyum lagi.

Gadis yang tadi sempat berpamitan ketoilet, baru saja mendatangi meja kembali dengan pandangan menunduk. Daisy yang menyadari adanya seseorang mendekat langsung menoleh.

"Matahari? Kamu disini?" Tanya Daisy membuat gadis bernama Tari atau maTAhaRI itu menoleh. "Da-daisy?" Ucapnya terbata lalu melirik Joe singkat.

"Oh ya... nak, kenalin dia tunangan Joe, Matahari tapi tante suk manggil Tari biar ngak kepanjangan," ungkapan Lula mampu menghantam hati Daisy.

"Tu-tunangan?" Beo Daisy.

"Iya tunangan. Mereka sudah lama, ya mungkin kisaran dua tahunan," lanjut membuat Daisy terkejut kembali dengan pernyataan yang di sampaikan Lula.

"Dua tahun? Tunangan?" Daisy terus mengulang kata itu hingga tak sadar Reandra diangkat dari pangkuannya oleh Bagos.

Tiba-tiba Daisy tertawa garing sambil menepuk kasar meja dan menutup bibirnya, "kalian sudah tunagan dua tahun dan kamu, Matahari nggak ngeberitahu Daisy dan malah mendukung Daisy buat deket sama kak Joe?"

"Apakah kamu ingin menjadi korban dengan pura-pura menjadi pendukung hubungan Daisy sama kak Joe?" Lanjutnya. Orang tua keduanya terlihat saling pandang tidak tahu apa masalah dari semua ini.

Daisy mengulurkan tangannya pada Matahari namun tidak diladeni hingga membuatnya mengambilnya sendiri untuk berjabat tangan. "Selamat kamu buat Daisy kecewa,"

"Daisy sangat kecewa, Matahari," lanjutnya lalu berusaha tersenyum meski matanya berlinang air mata.

"Da-" ucapan Joe terpotong saat Daisy meletakkan telunjuknya di bibir Daisy. "Daisy kira kak Joe mulai suka balik sama Daisy. Tapi ternyata Daisy lebih terkejut dengar kabar status kak sama sahabat Daisy, oh maaf mantan sahabat," ucap Daisy sempat membenahi.

"Sahabat ngak mungkin tega ngelakuin ini. Sahabat ngak mungkim bikin sahabatnya kecewa kan?" Lanjutnya.

Daisy menghirup nafas dalam lalu tersenyum semanis mungkin, "maaf udah nganggu waktu kalian. Daisy permisi," ucapnya sebelum pergi meninggalkan keheningan yang ada.

"Ini ada apa sih?" Tanya Lula bingung dengan situasi sekarang.

æ

Daisy membuka pintu mobil kemudian menutupnya dengan keras. "Jalan pak," titahnya tanpa menoleh ke arah supirnya.

"Baik, Nona." ucapnya melirik singkat Daisy. Ada rasa khawatir pada nona mudanya sekarang tapi tak berani bertanya atau menatap lamanya.

Dalam situasi yang tidak ada berbincangan pun, Daisy masih tak habis pikir dengan Matahari. Dia seolah ingin menjadi korban dengan menyetujui hubungannya dengan Joe.

Temannya yang selama ini menjadi munculnya ide atau pendorong hubungan Daisy dengan Joe.

Daisy terkekeh pelan, "percuma jika aku berjuang jika dia tetap mendapatkannya," batinnya terasa nyeri di dada sebelah kanan.

"Pak mampir ke bar," ucap Daisy membuat supir tersentak kaget. "Nona? Nona serius? Nona ngapain kesanan? Jangan macam-macam deh, di sana bahaya," tuturnya.

"Bahayanya pun jika Daisy ingin tetap saja harus kesana, atau turunkan Daisy. Daisy bisa jalan kaki ke sana," ucapnya mendesak supir.

"Ish... nona bagaimana jika nyonya besar tahu kalau nona mau kesana? Beliau pasti akan memarahi ku, Nona."  Kata sopir berusaha mencegah Daisy.

"Nggak akan. Jika nenek marah, Daisy yang bakal belain bapak. Tolong pak, kalau nggak mau nganter kesana, turunin aja di sini," ucapnya jenuh berucap.

"Saya antar!" Putusnya sebelum menghelan napas. Jujur rasa khawatirnya kian menambah saat melihat mata kekecewaan yang besar disana.

Bersambung

Kisah Cinta DAISY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang