"Matahari!"
"Hah!? Apa?" Sahut terkejut Matahari saat suara Daisy tiba-tiba terdengar keras.
"Harusnya Daisy yang tanya, kenapa dipanggil ngak nyaut-nyaut. Lagi chattingan sama siapa sih?" Tanya Daisy mendekatkan kepalanya namun Matahari langsung mematikan ponselnya.
"Bu-bukan siapa-siapa. Lo ngapain manggil gue tadi?" Tanya Matahari untuk mengalihkan pembicaraan.
"Mau bareng ke depan ngak?" Tawar Daisy. Tadi melihat Matahari belum beranjak dari kursi membuat Daisy berimisiatif untuk mengajaknya kedepan.
"Ngak lu duluan aja. Gue mau ke toilet dulu," tolaknya. "Mau dianterin?"
"Ngak usah. Gue juga ada kepentingan setelahnya. Mending lo pulang duluan aja, mungkin parkiran udah sepi sekarang. Lo pakek sepeda montor kan?" Daisy mengangguk pelan.
"Yaudah kalau gitu, duluan ya...." Daisy pergi meninggalkan Matahari yang menatap kepergiannya.
Menghela nafas kasar, kemudian menyambar tas ranselnya. Keluar kelas dengan berlawanan arah, harusnya ke kanan malah ke kiri.
Matahari pergi ke belakang kelas. Ruangan kelas hanya punya tiga jendela kaca yang ditutupi tirai saat sore hari. Gunanya agar menghindari matahari langsung.
"Maaf nunggu lama kak," ucap Matahari membuat cowok yang berdiri membelakangi segara berbalik.
"Oh ya, kakak kenapa minta aku kesini?" Tanya Matahari membuat cowok tersebut langsung membuka ranselnya untuk mengambik sesuatu.
"Dari mama," ucapnya menyodorkan sekotak besar warna merah dengan pita diatasnya.
"Apa ini? Btw makasih ya titip salam juga buat tante," Matahari yang sibuk memasukan pemberian itu ke dalam tas hingga tidak menyadari cowok itu pergi tanpa mendengar ucapannya.
"Huft..., kebiasaan." Guman Matahari segera pergi saat melihat tidak ada punggung dari cowok itu.
æ
"Kak Joe!" Pekiknya membuat Joe menoleh kebelakang.
Daisy memakai hodie yang dipinjamkan Matahari tadi. Senyumnya melengkung seperti biasa. Seperti gadis itu sering mendapatkan mood bagus saat bertemu dengannya.
"Lucu ngak?" Tanya Daisy sedikit memberi jarak antara tangan dan tubuhnya. Matanya mengejap beberapa kali.
"Ngak!" Ketusnya melunturkan senyum Daisy menjadi kernyitan.
"Loh kok ngak? Tadi pagi katanya lucu kok sekarang beda," ucap Daisy bingung.
Joe tidak menggubris ucapan Daisy dan memilih meninggalkannya. Melihat itu Daisy segera menyusul Joe dan menggandengnya tanpa ijin.
Dengan reflek Joe menepisnya kasar. "Loh kenapa lagi? Kemarin katanya boleh kok sekarang ngak mau,"
"Lupa," jawabnya. "Sekarang boleh ngak?"
"Terserah." Daisy mendengus kecil. Sedikit punya keberanian untuk menggandeng kembali dan tidak ada penolakan dari Joe.
Joe malah terlihat menarik tangan Daisy agar segera melanjutkan langkahnya ke parkiran. Diam-diam ada yang tersenyum penuh arti. Dia sejak tadi melihat interaksi antara Daisy dan Joe.
"Jika itu mau mu tidak ada cara lain selain berpisah."
Setelah sampai di parkiran, Daisy tak kunjung melepaskan genggaman tangannya. Malah mendongak untuk melihat Joe yang menunduk.
Kernyitan didahi Joe terlihat samar dan tangannya diangkat. "Besok lagi boleh?" Ijinnya.
Joe hanya mengangguk satu kali karena melihat Daisy tetap mendongak. Melihat itu, Daisy melengkungkan senyum manisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta DAISY (Complete)
Fiksi Remaja"Dia adalah laki-laki pertama yang membuat Daisy jatuh hati. Dia memang tidak pernah mendekati Daisy tapi Daisy menyukainya," kata Daisy di Malam yang sunyi bertabur bintang diatasnya. Senyumnya mengembang sempurna hingga tidak sadar terus memikirka...