Malam-malam setelah acara berakhir tanpa pasangannya sebab pergi duluan. Matahari pergi ke rumah Daisy guna meminta maaf langsung.
Jujur saja, dia sudah menahan air matanya agar tidak tumpah setiap mengingat kejadian tadi.
Sekarang Matahari tepat berada di depan pintu utama di kediaman keluarga Aksarana. Menekan bel meski bisa di ketuk.
Pintu terbuka setelah dari dalam, hingga menunjukkan seorang cucu pertama disana, Dimas. "Ka-kak? Ada Daisy, nggak?" Tanya Matahari to the point.
"Daisy?" Ulangnya dengan kernyitan didahi serta anggukan dari Tari. "Kata orang belajang yang mengantarnya, malam ini nginep di rumah temen. Gue kira di rumah lo, karena gue cuma tahu lo yang paling deket sama dia," lanjutnya.
Huft... kaki Tari terasa seperti jelly sekarang, untung Dimas cepat menopang tubuhnya dengan menahan lengan bentuk siku. "Eh!? Lo kenapa?"
"Kalau gitu ucapin maaf buat gue, ya? Besok gue kesini lagi," ucapnya lalu pergi begitu saja menimbulkan tanda tanya besar untuk Dimas.
æ
Di sebuah ruangan lumayan luas dengan tempat sebagai kamar untuk tamu, Joe meletakkan Daisy di sana.
Menatap gadis yang terlelap tidur dengan tangan terus mengelus rambut atasnya. Matanya tak lepas dari wajah cantiknya.
"Gue harus gimana? Lo cinta pertama gue. Apa gue harus relain lo karena cinta pertama gue?" Batinnya bertanya dengan menghela nafas kasar.
Apa Joe percaya jika cinta pertama bisa gagal? Ya, dia sangat percaya. Meski terdengar mitos, tetap orang yang menyakini ada kemungkinan besar terjadi. Contohnya Tari.
"Besok gue bakal temuin dia buat minta keputusan. Mungkin ini bakal memberatkannya tapi itu yang terbaik dari semua pilihan," lanjutnya meninggalkan kamar tamu untuk menuju kamarnya sendiri.
Mengunci lalu melepas baju atasnya hingga mengisakan celana bahan saja. Berbaring di ranjang dengan helahan napas terdengar kembali.
"Entah kenapa hati gue juga nggak mau nyakitin perasaan Tari. Dia sabar nunggu gue," gumannya mengingat perjuangan Tari setelah tahu Joe tunangannya.
Meski Joe tahu Tari sudah menyukainya sejak sebelum di jodohkan dengannya. Masih sangat Joe ingat, jika Tari adalah gadis pemalu yang selalu tersipu malu setiap tidak sengaja menatapnya.
Pipi merah.
Namun untuk beberapa bulan terakhir, Tari berubah menjadi gadis terlihat seperti gadis tomboy yang kurang menyukai laki-laki. Dia malah sengaja mencomplang tunangannya dengam sahabat barunya.
Padahal sangat jelas sekali jika dia menahan rasa cemburinya saat bersama Daisy. Apalagi jika sampai bersentuhan fisik. Wajahnya sering dipalingkan.
Joe jadi ingat perkataan ibunya, Lula. "Sayang, mama milih Tari sebab menurut mama dia yang terbaik untuk kamu. Mungkin dia nggak begitu cantik tapi hatinya selembut kapas. Jika sampai kamu melepaskannya, mama nyakin kamu akan sangat menyesal di kemudian waktu."
"Argh!!!" Pekiknya mengusap kasar wajahnya. "Gue harus gimana???!!!"
Entah bisikan dari dari telinga Joe jelas menangkap suara agar melepaskan Daisy dan mempertahankan Tari.
Akankah Joe memilih keputusan untuk mempertahakan hubungan lamanya atau merajut hubungan baru dengan Daisy?
Hanya Matahari yang menjadi keputusan terakhirnya.
æ
Sore setelah mengantarkan Daisy pulang dengan selamat, meski ada paksaan sebab Daisy ingin pulang sendiri tapi di bantah oleh Joe.
Ditengah ramainya sebuah kedai es krim, tempat favorit Tari atau Matahari. Joe sengaja memilih tempat ini sebab Tari suka, mungkin.
"Nunggu lama kak?" Tanya Tari duduk dihadapannya lalu meletakkan tas slempangnya diatas meja.
"Barusan," jawabnya diangguki oleh Tari. "Ehm... kemarin kak Joe sama Daisy?" Tanya Tari ragu.
"Iya, cuma numpangin dia karena kemarin mabuk," jelasnya tanpa diminta.
Mendengar hal itu tentu membuat Tari terkejut, apa dia tidak salah dengar? Sahabatnya yang anggunly bisa mabuk juga? "Kok bisa mabuk?"
Joe hanya mengangkat bahunya acuh. "Kita bahas inti kenapa aku nyuruh kamu kesini," kata Joe.
Tari sempat tersenyum setipis kapas saat mendengat kata "aku-kamu" dari Joe. Bahkan hatinya terasa hangat seolah bisa menggapai cintanya dengan mudah.
Tari mengangguk singkat, "Kamu udah tahu kan kalau Daisy tahu tentang hubungan ini. Dia kecewa tapi mungkin dia lebih kecewa banget sama kamu," lanjutnya.
"Ini salah ku. Harusnya dari awal aku ngasih tahu dia," sesalnya. "Kamu suka masih suka sama aku?" Tanya Joe tiba-tiba.
"Bukan suka tapi cinta banget sama kak Joe. Tapi aku sadar cinta kakak cuma buat Daisy. Aku ikhlas ko kalau kaka milih sahabat aku dibanding aku. Untuk hubungan ini, nanti aku bicara sama ayah buat mutusin dengan alasan nggak ada cocokkan diantara kita," jelas Tari mencoba tersenyum meski sulit.
"Kamu nyakin?" Tari mengangguk pelan.
"Baiklah...."
æ
"Adek...!!! Ada yang nyari kamu nih!!!" Teriak Dimas dari ruang tamu. Dirinya sangat malas berjalan jadi lebih baik berteriak saja.
Dimas tahu keponakannya ini pasti mendengarnya sebab alat kedap suaranya jarang digunakan. "Dek!!!"
"Ish... iya ini udah di sini. Jangan teriak-teriak di rumah. Nggak sopan," tegur Daisy menghampiri Dimas tanpa menyadari ada seseorang yang datang mencarinya.
"Bocil jangan sok ceramah," ketus Dimas. "Tuh dicariin teman kamu dari California. Aku nggak ngerti dia ngomong apa," lanjutnya menunjukan dengan dagunya.
Daisy menoleh hingga bisa menyadari ada sahabat cowoknya yang sedang berdiri dengan senyum tipis khas miliknya. "Aaron!!" Pekiknya
"Hai sayang, aku datang untuk mu," kata Aaron menggunakan bahasa Inggris. Mereka berpelukan tanpa malu dihadapan Dimas.
"Heh! You don't peluk-peluk!" Pekikan Dimas dengan tangan melengkung seperti memeluk.
"Dia ngomong apa?" Tanya Aaron mendapat kekehan dari Daisy. "Katanya kamu ganteng banget,"
"Jangan mencoba menipu ku ya," peringat Aaron kembali memeluk Daisy dengan erat. "Aku sangat merindukan mu, kasih,"
"Aku bukan kasih mu, ish!"
"Bukan sekarang tapi nanti pasti." Gumannya didengar oleh Daisy. Keduanya masih berpelukan dengan Dimas yang terus mengoceh.
æ
Untuk beberapa hari kedepan Aaron akan tinggal di rumah Aksarana, sebab Aaron datang sebagai turis saja. Ya meski hanya memutari kota Kediri, mungkin.
Usia Daisy dan Aaron hanya berjarak dua tahun. Jika Daisy masih menempuh pendidikan kelas 11, maka Aaron sudah kuliah. Untung saja perbedaan itu tidak membuat hubungan keduanya menjadi formal.
"Besok kamu tidak ikut dengan ku untuk berwisata dekat-dekatam sebelum nunggu hari libur?" Tanya Aaron pada Daisy yang sekarang berada di kamar tamu.
Daisy terdiam sesaat, masih ingat Daisy bukan tipekal suka membolos. Tapi kali ini dia akan menerima tawaran Aaron, ya itung-itung melupakan sejenak masalahnya.
"Boleh, besok aku ijin ke teman ku," sahutnya tersenyum tipis.
Pintu kamar dibuka dari luar hingga terlihat wujud Dimas. "Makan malam udah siap, sebaiknya makan dulu. Nanti dilanjutkam lagi komat-kamitnya," ujarnya tidak dimengerti Aaron.
Daisy mengangguk sebagai jawaban, kemudian menoleh pada Aaron untuk mengajaknya makan malam dengan keluargnya.
Dengan senang hati Aaron menerimanya. "Setidaknya aku bisa berhemat," kata Aaron di tertawakan oleh Daisy.
Bagaimana tidak, hidup di Kediri akan sangat hemat dibanding hidup diluar negri. Aaron juga pasti akan terkejut jika mendengar harga yang menurutnya sangat murah meriah.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta DAISY (Complete)
Teen Fiction"Dia adalah laki-laki pertama yang membuat Daisy jatuh hati. Dia memang tidak pernah mendekati Daisy tapi Daisy menyukainya," kata Daisy di Malam yang sunyi bertabur bintang diatasnya. Senyumnya mengembang sempurna hingga tidak sadar terus memikirka...