3.🍉

39 5 3
                                    

Ditengah-tengah asiknya belajar Matematika, Matahari memaksa Daisy untuk mengajaknya ke toilet. Ingin menolak tapi melihat wajah melas dari Matahari membuatnya tidak tega.

"Baiklah, ayo." Putusnya berdiri setelah Matahari.

"Ingin ke kamar mandi?" Tebak pak Guru yang sudah hapal dengan kebiasaan siswinya ini.

"Hehehe..., bapak tahu aja. Bolehkan?" Tanya Matahari meski ditolak atau diijinkan Matahari akan tetap pergi. "Tapi harus segera kembali, jangan sampai kamu kembali setelah jam saya selesai," peringatnya.

"Ngak janji pak tapi bisa diusahakan," ucap Matahari buru-buru menarik lengan Daisy sambil tertawa kecil.

Setelah keluar dari kelas, Matahari baru melepaskan genggaman tangannya. "Kita nanti kembali kan?" Tanya Daisy.

"Daisy tidak mau ketinggalan banyak materi matematika," lanjutnya meminta jawaban dari Matahari.

"Yaelah santai saja kali, lo itu jangan ambius gitu dong. Nanti ngak asik," bisik Matahari diakhir kalimat.

Daisy mendesah kecil, lebih baik hari ini Daisy bersantai dulu. Soal matematikan nanti bisa dipelajari dirumah dan kalau tidak bisa tanya sama Dimas.

"Daisy ngak pernah boleh bolos pelajaran, Bunda dulu mewanti-wanti biar tidak bolos. Eh kamu mau ngajak bolos, mana Matematika lagi," gumannya didengar Matahari.

"Sekali dong elah. Tapi berkali-kali juga boleh," Matahari menunjukkan cengirannya yang lebar.

"Kamu sering bolos waktu pelajaran?" Tanya Daisy penasaran. "Ehm..., cuma waktu Matematika aja sih gue bolosnya," jawabnya tidak mempermasalahkannya.

Daisy sedikit memahami, mungkin Matahari tidak menyukai pelajaran itu. Mengingat bagaimana susah mempelajarinya. Daisy sendiri harus extra mengasah otaknya saat bergulat dengan Matematika.

Tinggal satu tikungan lagi akan sampai toilet, mata Daisy tidak sengaja melihat remaja berwajah manis perempuan sedang fokus dengan pelajarannya.

Merasa diperhatikan dari luar ruangan, mata elangnya menoleh hingga bertabrak sekitar sepuluh detik. Milik mata lugu dipadukan dengan mata elang membuat suasana sejuk seketika.

"Semakin melihat semakin terjatuh dalam pesonanya, hm?" Bisik Matahari menghancurkan suasananya.

Joe kembali menatap pelajaran mesti kadang melirik Daisy. Wajahnya berubah cemberut saat menatap Matahari. "Ih kamu ganggu!"

"Dih." Decaknya meninggalkan Daisy dengan watados. Enteng sekali menaikan satu alis sambil berkacak pinggang.

Daisy menghela nafas pelan, menatap kembali Joe yang sudah sibuk kembali. Jujur tadi saat tatapannya dibalas. Hatinya ingin melompat saking senangnya.

Seperti di notice idola.

"Woi buruan masuk malah ngeliatin mulu!" Pekik tertahan Matahari mencebulkan kepalanya dan tangan melambai.

Daisy langsung mendekati mesti wajahnya menatap Joe hingga tiang besi yang ada dihadapannya ditabrak. "Akh!"

"Eh? Maaf," ucap Daisy terkejut saat melihat tangan Matahari dikibas kasar. Rupanya tanganya digunakan untuk melindungi dahi Daisy agar tidak terbentur.

"Kalau jalan itu lihat depan jangan belakang. Lo ini cuma gara-gara kakak kelas bisa lupa adap berjalan," omel Matahari berjalan masuk meninggalkan Daisy yang mendengus kecil.

Kalau Zelin masih ada dan tahu, pasti akan dimarahi. Dulu Bundanya pernah mengajari tata cara berjalan yang benar, contohnya tidak boleh sering atau terlalu lama menatap belakang.

Hatinya berasa sangat bersalah pada Matahari dan dirinya sendiri. Daisy juga tidak tahu dampa menyukai remaja laki-laki itu.

"Maafin Daisy ya, sumpah tidak sengaja tadi. Lain kali janji lebih fokus berjalan," sesal Daisy mendekati Matahari yang mencuci tangannya.

"Hm, udah sekarang lupain yang tadi. Gue mau tanya serius sama lo," ucap Matahari mengibaskan tangannya lalu menatap Daisy dengan serius.

"Apa?" Tanya Daisy. "Lo beneran suka sama kak Joe?"

"Kak Joe?" Ulang Daisy. "Ck! Dia yang lo tatap tadi namanya Joenatan, kak Joe biasa panggilannya," jelas Matahari.

"Kok kamu bisa tahu namanya? Kamu pernah suka ya sama dia?" Tebak Daisy menodongkan telunjuknya.

"Enak aja lo ngomongnya. Gininya mbak Daisy, kak Joe itu terkenal se antero sekolah. Bahkan ya gue yang notabenya murid baru seminggu aja udah tahu siapa dia," jelas Matahari tentang Joe.

"Oh gitu," Daisy mengangguk mengerti. "Ngomong-ngomong lo masih punya waktu lebih satu tahun lagi," ucap Matahari yang tidak dimengerti.

"Apanya yang lebih satu tahun?" Binggung Daisy. "Ya waktu perjuangan lo lah buat dapetin kak Joe. Itupun kalau lo bisa tapi gue akan selalu berdoa biar lo bisa menangin hati kak Joe," jelas dan girang Matahari membuat Daisy tertawa kecil.

"Daisy saja tidak tahu mau berjuang atau tidak. Rasanya itu Daisy cuma suka wajahnya yang ganteng tapi cantik," jujur Daisy terlihat lugu.

"Anjay mandang fisik lo! Yaudah gini aja, lo nikmatin aja fase ngelihatin wajahnya sampai bosen sebosen-bosennya. Kalau lo masih bertahan dalam jangka waktu panjang bearti lo beneran suka sama hati ngak cuma tampang doang," saran Matahari.

Daisy mengangangguk paham namun sedetik kemudian menyergit. "Emang ada bosen lihat laki-laki ganteng?"

"Ya-ya ngak tahu juga sih. Selama gue hidup ngak pernah tuh bosen lihat cowok ganteng malah mood terus. Apalagi cowok yang mau diapain tetep ganteng, beh." Sahutnya membayangkan idolanya dibenaknya.

"Kamu kalau ke California pasti betah banget. Soalnya disan laki-lakinya ganteng parah. Tapi karena Daisy setiap hari ngelihat udah mulai bisa lihatnya," cerita Daisy.

"Ngak perlu jauh, sekolahn kita aja buanyak yang ganteng-ganteng kok," Daisy mengangguk menyentujuinya.

Benar adanya, di sekolah tempat Daisy menimpa ilmu. Banyak sekali laki-laki berparas tampan seperti real bibit unggul. Apalagi ditambah modisnya gaya pakaian membuat banyak perempuan mudah terpikat.

"Ke kelas ayo, udah bel barusan." Ajak Daisy setelah terdiam menatap Matahari yang sibuk bermain air. Dia mengangguk menyetujui.

Mereka berdua keluar dan berjalan ke kelas namun Daisy menghentikan sebentar langkahnya. Ingin melihat Joe terlebih dahulu.

"Udah ayo jangan dilihatin terus," Matahari menarik lengannya membuatnya harus melangkah kembali.

Pesonanya begitu memikita hatinnya. Wajah teduh dengan mata elang. Daisy suka itu. Rasanya ingim menatapnya sepanjang hari.

Daisy menarik kedua ujung bibirnya, mengingat kejadian saling bertukar pandangan tadi. Walau Daisy tahu jika mata itu menunjukkan ketidak nyamanan tapi Daisy sudah terlena.

"Jangan ngelamun. Jalan dilihat jangan kayak tadi lagi," omel Matahari yang sejak tadi mengamati gerak geriknya.

"Iya, maaf."

"Woi duwo kembang! Buruan masuk udah ada guru nih!" Pekik teman cowok sekelas yang meneriaki diambang pintu.

Daisy cepat-cepat masuk kelas mesti tidak tahu kenapa Matahari terlihat sedikit panik. Mereka duduk sebelum guru menyucapkam salam.

"Kamu tadi kenapa panik? Jarak kelas juga dekat," bisik Daisy membuat Matahari menoleh. "Gurunya galak kalau telat ngak bisa masuk selamanya," jawab Matahari berbisik.

"Oh iya dulo kembang itu apa?" Tanya Daisy. "Bukan dulo tapi duwo, artinya dua kembang. Nama kita kan diambil dari nama bunga kan?" Daisy mengangguk mengerti.

Hari ini Daisy belajar baru lagi bersama temannya. Untung sabar. Jika tidak mungkin sudah dijauhi.

Bersambung

Kisah Cinta DAISY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang