awalnya.

1.1K 99 20
                                    

Pagi ini seperti biasanya David akan pergi ke kampus menjadi seorang mahasiswa semester 5 yang merangkap juga menjadi seorang asisten dosen sebuah mata kuliah yang bisa dibilang sangat sulit.
Hidupnya sedikit monoton, hanya kuliah dan sesekali melakukan kewajibannya sebagai asdos. Namun tetap David syukuri, sebagai seseorang yang merantau ke luar kota, jelas David seharusnya membantu diri sendiri serta sang bunda untuk meringankan pengeluaran, meskipun keluarga mereka cukup berada di keluarga terpandang.

"Vid! dipanggil pak Herman tuh" ucap salah satu lelaki berkulit tan dengan outfitnya yang tidak pernah mengecewakan.

David yang awalnya sedang serius mengerjakan materi tugas pun menoleh, awalnya menyirit bingung namun setelahnya memberikan gesture oke kepada salah satu teman kampusnya tadi.

David dengan langkah lebarnya berjalan terburu-buru ke arah salah satu ruangan dosen yang di kenalnya.
"Assalamualaikum pak?" sapa David dengan sopan setelah mengetuk pintu ruangan yang berada tepat di depan matanya.

"Waalaikumsalam vid sini masuk." Ucap seseorang didalam yang ternyata saat ini tangan beserta indera suaranya sedang sibuk menelepon seseorang.

David terdiam berdiri diambang pintu setelah menutup pintu ruangan sang dosen. Matanya mengerjap bingung sesaat menatap dosennya yang justru sibuk dengan telepon genggamnya.
"Ya baik Nand tenang aja aku punya salah satu anak didikku yang sudah aku uji kemampuannya, dan pastinya oke dalam segi materi, keterampilan dan juga fisiknya."

"Sing tenan man? ojo ngapusi koe ya, aku butuh banget ini tutor buat anak gadisku." Lelaki diseberang telepon terlihat sedikit meninggikan suaranya, membuat David tanpa sengaja mendengar percakapan keduanya.

(yang bener man? jangan bohong kamu)

"Iyo astaghfirullah Nand, ojo kuwatir! Wis kasih kepercayaan ke aku dan anak didikku, sudah pasti jos!"

(jangan khawatir)

"Wadon utowo lanang to man?"

(cewek atau cowok sih man?)

"Lanang toh Nand, Saiki sing unggul isih arek lanang, lek njaluk wadon mengko tak golekke ya"

(cowok lah nand, sekarang ini yang unggul masih yang cowok, kalau minta yang cewek nanti ku carikan ya)

"Loalah, gak usah deh gak usah, yang penting ini orangnya nggenah, enggak wanti" dan nggak bikin macem-macem sama anak gadis saya, kamu tau kan si Jeje itu anaknya polos banget"

"Sing tenang bos! wes ojo kuwatir pokok e ya!"

"Yaudah yaudah makasih banget loh aku man, jadi gak bingung lagi aku nyari tutor buat anakku. tak pateni yo man wes mulai iki meeting e assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam"

Setelah beberapa kali mendengar pak Herman berbicara sendiri pada telepon yang ada di genggamannya, akhirnya David mendapatkan atensi penuh oleh pak Herman.

"Gini vid, to the point' aja ya, misal kalau ada yang ngasih kamu tawaran pekerjaan sampingan, kamu mau nggak?" Tanya pak Herman secara tiba-tiba tanpa banyak basa basi.

David yang sempat terperangah sebentar pun dapat mengatasi keterkejutan nya tadi.
"Bisa pak sangat bisa, asalkan pekerjaan yang akan saya lakukan halal"

"Bagus, mulai besok kamu bisa jadi seorang private tutor buat anak SMA? kelas 3 yang mau PTN"

David terlihat menimbang-nimbang sedikit lalu menganggukkan kepalanya mantap.
"Jelas bisa pak, insyaallah"

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang