Punggung tegap

98 30 16
                                    

Disalah satu gedung terdengar suara cetuskan tawa kecil bernada sinis. Terlihat jelas dibawah sana seorang lelaki berkemeja hitam dengan sibuk dengan laptop didepannya.
Zaidan terkekeh. Matanya menajam melihat setiap gerakan yang lelaki itu lakukan. Tangannya meremat pakaiannya sendiri, matanya tak bisa beralih dari tubuh kekar yang duduk disalah satu bangku taman dibawah sana.
Dibawah sana terdapat objek fantasinya.
Benaknya mengatakan bahwa dirinya harus bisa mendapatkan lelaki yang ada dibawah sana.

Harus mendapatkannya.

Entah dalam keadaan apapun, ia harus mendapatkan lelaki itu.

Semenjak sang ayah memintanya untuk merangkap Jezia pada perangkap keluarganya, namun atensinya bukan lagi pada gadis itu, melainkan pada gadis.
Pesona lelaki itu memusatkan seluruh atensinya.
Selain mengikuti apa perintah ayahnya tentang dirinya yang harus mencicipi tubuh Jezia, ia harus membuat David membenci Jezia dengan alsan apapun itu.
Salah satunya ingin membuat David membenci Jezia, dan beranggapan bahwa gadis yang dikagumi David adalah seorang pelacur yang mau-mau diincipi olehnya.

Ia hanya ingin David membenci Jezia bukan karena misi ayahnya.
Tetapi karena menginginkan David menjadi miliknya. Hanya miliknya.

David menghiraukan percekcokan yang terjadi antara teman-temannya dengan lelaki itu.
Ia tak perduli.

Ia hanya ingin membawa gadisnya untuk cepat-cepat pergi dari sini.
Tubuh David meremang marah saat mengetahui modus menjijikkan lelaki itu, terlebih dengan cara merusak tubuh gadisnya.

Emosi mengambil alih tubuhnya.

Wajahnya memerah menahan kemarahan saat netranya dengan jelas melihat banyak rona merah yang dibubuhkan pada tubuh Jezia.

David melepaskan pelukannya dengan Jezia, menggendong Jezia seperti anak koala. Membawa tubuh itu jauh-jauh dari tempat menjijikkan ini.

Obsidiannya menatap bayu, mengisyaratkan untuk membereskan semuanya yang ada disini dan berpamitan untuk pergi sembari menunjuk kepala Jezia yang sudah bergerak tak nyaman dipundaknya.
Gue pergi dulu mimik bibirnya bergerak yang lantas dibalas anggukan oleh Bayu.

Bayu menatap punggung lebar David dengan sayu. Ia tau berapa banyak beban yang ditanggung pada punggung lebar sahabatnya itu. Hanya saja sahabatnya terlalu pandai untuk menutupi semua hal.
Bagaimana punggung yang mulai rapuh itu saat ini masih bisa memperlihatkan kekokohannya setelah baru saja menyelamatkan tambatan hatinya.

David berusaha berlari sembari menggendong badan mungil Jezia yang masih berada didekapannya. Merengkuh tubuh itu erat, mengucapkan kata maaf berkali-kali saat pundaknya terasa semakin basah karena air mata.

David merutuki diri disaat ia menggilai motor daripada mobil. Jika sudah begini David jadi susah membawa Jezia pulang dengan keadaan genting seperti saat ini.

David meletakkan tubuh tingkuh itu diatas jok motornya kemudian menarik pelan pipi Jezia yang sudah basah karena air mata. Sayup-sayup telinganya mendengar isakan yang masih terus keluar dari bibir mungil gadisnya.
"Semuanya baik-baik aja. Yang tenang ya je.. Pegangan, saya mau ngebut" ucapnya setelah mendudukkan diri pada jok sepeda motornya. Tangan kekar itu menarik pelan tangan mungil Jezia untuk melingkari pinggangnya.
Meremat tangan itu pelan seraya mengusapnya dengan lembut. Memberi aba-aba sebelum ia meremat setir motornya hingga spedometer menyentuh angka gila.

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang