Just the two of them

151 33 2
                                    

Dari balik jendela matahari mengucap salam pada seorang gadis yang masih bergelung nyaman di dalam selimut tebalnya. Gadis itu terlihat tertidur pulas namun siapa sangka di pikiran gadis itu seringkali merasa takut setiap ia membuka mata. Takut akan ada masalah besar yang menimpanya keesokan harinya.

Tangannya bergetar, merasakan hangat menyerbu tangan mungilnya sebelum akhirnya ia mengerjapkan pelan matanya dan mendapati David sedang duduk di hadapannya dengan tangan besar lelaki itu yang menggenggam hangat tangan mungil nya.

"Mandi lalu turun buat sarapan ya je sebentar lagi kita ke pengadilan agama untuk melihat proses perceraian kedua orang tua kamu"

Satu kalimat itu membuat jezia merasakan sesak menyerang hebat dadanya.

Jezia tahu tidak sepantasnya ia banyak mengeluh. Jezia tau tidak sepantasnya ia menahan apa yang papanya lakukan. Tetapi melihat keluarganya yang hancur lebur, kakaknya yang masih terbaring lemah di ranjang dengan banyak bantuan selang medis, serta kabar burung dirinya yang akan di jodohkan dengan sepupu sedarahnya sendiri membuat jezia kepalang lelah dan hendak menyerah. Namun ia tak lupa bahwa dirinya memiliki satu lelaki yang membuatnya bisa kembali untuk bangkit melawan banyaknya ranting dan pepohonan yang menghalangi jalannya untuk mengepakkan sayap.

Dunia yang sudah gila atau keluarganya yang hampir membuatnya gila?

Burung itu ingin terbang bebas namun ia lupa bahwa setelah sangkarnya terbuka ia akan menghadapi badai yang lebih besar lagi diluar sana.

Jezia sangat ingin melihat keluarganya utuh kembali. Harapan terbesarnya adalah berkumpul kembali bersama keluarga setelah kakaknya ditemukan namun harapannya pupus begitu saja saat melihat kabar perselingkuhan sang mama.

Kabar perselingkuhan orang tuanya yang sudah diketahui khalayak ramai.
Tak jarang di kampus jezia seringkali mendapat olokan secara tersirat oleh beberapa mahasiswa/mahasiswi disana. Namun ia tak takut jika akan mendapatkan perundungan seperti dahulu karena ia tahu sekarang ia sudah mempunyai seseorang yang bisa menjaganya.

Setelah selesai mandi dan mempersiapkan diri untuk datang ke pengadilan agama. Jezia menyempatkan dirinya untuk pergi ke kamar milik sang kakak, menjenguknya sebentar untuk berpamitan.

"Kak.." sapanya setelah menutup pintu kamar sang kakak.

"Pagi ini aku mau lihat proses perceraian papa mama" jezia tersenyum berusaha menampilkan ekspresi terbaik didepan kakaknya.

"Iya, papa mama mau cerai kak eca... Katanya mama udah punya anak lain, yang lebih tua dari kita.."

"Kakak seneng gak punya saudara lagi? Kembar lagi" tangan mungilnya menggenggam tangan yang lebih kurus darinya. Menggenggam dan mengusap berusaha menghangatkan tangan sang kakak yang terasa begitu dingin.

"Kak Eca mimpi apa sih disana? Mimpinya bagus ya sampe kak aca gak mau bangun? Pasti kak aca tau kehidupan didunia kita lagi gak baik-baik aja" netra russet itu mengerjap berusaha menahan air mata yang akan jatuh dari pelupuk matanya.

"Kalau masih mau istirahat, istirahat aja kak biar jeje yang ngehadapin semua ini. Yaudah aku mau pergi dulu ya! Kalau keadaan sudah membaik jeje janji bakal ngasih tau kak Eca! Dadah!" Suaranya yang riang memenuhi ruangan sunyi itu namun matanya tak bisa berbohong, mata gadis itu berkaca-kaca seiringnya ia merasakan sentuhan hangat yang melingkar di perutnya dengan sempurna.

Itu David. Lelaki itu datang setelah mengetahui bahwa gadisnya tidak ada didalam kamar. Lelaki itu sedari tadi mendengarkan celotehan yang gadis itu lontarkan didepan tubuh lemas sang kakak.

Ia tahu ini adalah tindakan paling terlancang yang pernah ia lakukan. Memeluk seorang gadis dari belakang secara tiba-tiba namun untuk kali ini David mencoba tidak perduli. Gadisnya saat ini merasakan keterpurukan yang begitu besar.

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang