Perduli

148 35 10
                                    

"kakak? Jezia gak papa kan kak?" Satu kalimat tanya itu berasal dari sang bunda saat melihat anak sulungnya datang dengan biru yang ada di gendongannya.
Bedanya saat ini wajah David sangat amat terlihat tidak bersahabat.

David melewati tubuh sang bunda begitu saja dengan biru yang masih berada di dekapan lelaki jangkung itu.
"Kakak gak perduli lagi sama Jezia" ucapnya lalu -

Brak!

Pintu kamar ditutup dengan kasar.

Sudah bunda David duga, ada yang tidak beres antara David dan Jezia.
Pikiran beliau berkecamuk sejak 20 menit yang lalu.

Anak sulung bageur nya ini kenapa?

Tok tok tok.

"Kakak?" Panggil bunda David saat beliau sudah berdiri di depan pintu anak sulung kesayangannya.

"Bunda masuk ya kak?" Izin beliau lalu.

Ceklek !

Netra biru milik bunda David meneliti seluruh isi ruangan David.
Beliau dapat melihat jelas anak sulung kesayangannya yang tidur meringkuk menghadap kearah kanan dengan biru yang selalu di dekapnya.

"Kakak?" Panggil bunda sesaat beliau sudah berada tepat di hadapan tubuh jangkung David yang meringkuk bak anak kecil.

"Jezia bunda. Jezia sudah bisa bebas tanpa adanya bantuan David ..." Lelaki itu berbisik pelan dengan tangan kekarnya yang mendekap erat makhluk mungil di sampingnya ini.

"Dia sudah bisa bebas dengan rutenya sendiri, tanpa bantuan David"
"David bangga, tapi David rasa ini terlalu jauh buat dia melangkah bunda"

"Jezia sudah bisa mencari kebahagiaannya sendiri bunda" David bergumam dengan suara yang super pelan, tapi untungnya bunda David mendengar apa yang anaknya itu utarakan.

"Kakak suka ya sama Jezia?" Satu pertanyaan itu membuat David sontak terbangun tak tertampar keras.
Ia tau bahwa ikatan batin antara ibu dan anak memang kuat, namun ia tak menyangka hal seperti ini bisa ibunya tebak tanpa meleset sekalipun.

"Kenapa? Jezianya sudah punya pacar ya?" Bukannya menemani euforia kegalauan yang melanda sang anak, beliau justru terkekeh geli saat mengatakannya.

"Bunda..." David linglung, ia pikir bundanya akan marah habis-habisan saat mengetahui dirinya menaruh rasa pada anak didiknya sendiri.
Ternyata? Bunda justru fine fine saja?

"Kalau gebetan sudah punya pacar, ya tikung pacarnya lah kak! Gak guna banget kamu gamon hahahaha!" Tiba-tiba suara seseorang gadis menginterupsi obrolan anak dan ibu itu.

Gadis berambut panjang , badannya yang sempurna dimana-mana memasuki kamar David dengan langkah riangnya.

"DIIIIHHHHH PANGERAN HECTOR GAMON GAIS" ini lagi, suara berat namun riang dari pria remaja bertubuh 7 cm lebih pendek dari David pun ikut memekik.

"Kalian?" David menatap keduanya dengan mata yang terus ia usap kasar, takut halusinasi.

"TARAAAAAAADAAAAA KITA ADA DISINIIIII" pekik gadis itu lalu duduk di samping David dengan gerakan brutalnya.

"Dean? Dea? Kalian ngapain kesini! Ngaku tugas kalian pasti banyak banget kenapa kabur kesini ha!?" Bukannya menyambut adik-adiknya dengan suka cita, David justru mengomeli adik-adiknya itu dengan tangan besarnya yang menjewer telinga mereka berdua dengan ganas.

"KAK/AA!" Teriak mereka berdua kesakitan.

"Aa aduin papa kalian kena marah gara-gara kabur kesini, lihat aja" omel David.

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang