Jenjang serius?

136 31 6
                                    

David dan jezia sudah melupakan kejadian dimana Jezia dicumbu oleh satu lelaki yang sedari awal patut David awasi.
Bagi mereka kejadian itu cukup membuat keduanya was-was dan perlu antisipasi yang tinggi. Namun saat Jezia selalu merasa takut, David selalu bisa menenangkannya.

Seperti saat ini, mereka berdua duduk di salah satu taman kampus mereka dengan keduanya yang membaca sebuah buku.
Mereka melakukan study date dengan tenang. Ditemani oleh percikan air mancur disudut taman, suara burung-burung yang berkicau ramai, suara kendaraan dan mahasiswa-mahasiswa yang berlalu lalang tak membuat mereka terusik. Setidaknya sebelum lelaki berkemeja biru tosca datang mendekati mereka.

"Jezia" panggil orang tersebut kepada Jezia yang tadinya terdiam anteng membaca buku.

Bukannya Jezia yang menjawab justru David yang membalas.
"Iya, kenapa ya?" Lelaki itu melepaskan fokusnya dari buku, menatap lelaki didepannya dengan pandangan tajam. Perlu diingat, David saat ini harus berkali-kali lipat lebih waspada akan pergaulan Jezia. Ia takut Jezia mengalami hal yang tak mengenakkan seperti kemarin. Untung saja pada saat itu Jezia masih bisa berontak, mempertahankan diri, kalau sewaktu-waktu gadis itu mengalami hal apes bagaimana?

Lelaki didepan David terlihat tersenyum sekilas. Maniknya terfokus pada obsidian hitam David yang menaruh awas.
"Nanti sore Jezia dipanggil keruang dekat lobi kampus kak"

"Sama siapa?" Serobot David.

"Sama anak sejurusan Jezia kok kak"

"Iya, sama siapa?" Tanya David lagi dengan intonasi tegas.

"Jangan bertele-tele, kalau memang niat bertemu dengan Jezia datang. Datangi sendiri jangan lewat orang lain seperti ini" ucap David menatap lelaki didepannya dengan pandangan seolah yang nyuruh kamu siapa!

"E-em gatau kak pokoknya saya dikasih tugas buat manggil Jezia keruang dekat lobi"

David menggeleng kemudian menunduk membaca kembali buku yang ada di genggamannya. "Saya gak izinkan. Jezia gak bakal kesana" ucapnya lalu seperkian detik lelaki itu berpamitan dan melenggang pergi.

Jezia terdiam, menatap David dan sekitarnya dengan pandangan linglung.
"Aku kangen"

David mendongak kala mendengar ucapan yang terlontar dari gadisnya tiba-tiba.

"Aku kangen jadi burung di dalam sangkar"

⏭️

Manusia sedari awal memang serakah. Dulu ingin meminta dibebaskan, namun setelah dibebaskan justru rindu saat ia ditingkar.

Jezia mungkin tak paham bila saat ini Tuhan tengah memberinya cobaan sebelum memberinya kenikmatan yang tak terkira.

David terdiam tak menjawab setelah mendengar ucapan tiba-tiba Jezia.
Kemudian David beranjak berdiri membersihkan barang-barang yang ia bawa.
"Mau ikut saya atau tetep disini nemuin orang tadi?"
Jezia mengangguk samar lalu ikut berdiri dan berjalan beriringan menuju tempat parkir sampai pada akhirnya suara dering telepon David menghentikan langkah mereka.

Tangan kekarnya menggeser ikon bewarna hijau dan mulai mengucapkan salam.
"Assalamualaikum ada apa pak?"

"Waalaikumsalam kalian sudah pulang?"

"Sampun pak, ada apa pak?"

"Dateng kerumah ya vid ajak Jezia. Kita bahas sesuatu disini"

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang