Surabaya, kota besar yang dijuluki sebagai Kota Pahlawan yang terletak di propinsi Jawa bagian timur. Kota dimana tempat lahirnya salah satu makhluk Tuhan yang David bangga-banggakan. Meskipun ia bukan warga asli Surabaya, namun ia cukup bangga tinggal di kota ini selama beberapa tahun belakangan.
Kota Surabaya. Dimana ia mendapatkan pengetahuan begitu luas, mendapatkan teman-teman yang begitu baik, David juga dapat mendapatkan apapun di kota ini. Termasuk gadis mungil yang sedari awal ingin dia jaga, saat ini dapat ia miliki, meskipun tidak seutuhnya.
Jika dapat, David akan berteriak mengucapkan puji syukurnya kepada Tuhan yang dengan baik melancarkan segala urusannya di kota ini, meskipun pasti ada saja badai yang menimpa, namun setidaknya selalu ada jalan keluar untuk permasalahannya.Di tengah panas terik kota Surabaya tepat di tengah lapangan tempatnya menuntut ilmu. Saat ini David, berdiri menjelaskan didepan ribuan mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan orientasi. David berdiri dengan beberapa jajaran asdos, dosen dan rektor yang menemaninya untuk berdiri di tengah untuk menjelaskan beberapa kegiatan sampai kepada visi misi kampus.
Di tengah itu pula berdiri sesosok gadis yang menatapnya penuh, terpesona dengan lagak keren David yang sedang memimpin acara orientasi. Dengan wajahnya yang bak pangeran, tubuhnya yang tinggi, badannya yang tegap dan memiliki dada yang bidang tentu membuat David menjadi pusat perhatian meskipun cover lelaki itu terlihat kaku.
Sepertinya David akan menjadi idola besar lagi di kampusnya ..Setelah lelaki bertubuh jangkung itu selesai mengucapkan beberapa kata di depan lapangan lalu beranjak turun dari panggung kecil yang di sediakan. Namun tiba-tiba obsidiannya menangkap jezia yang saat ini pipinya terlihat bersemu merah. Gadis itu kenapa?
"Waktunya kalian rehat tiga puluh menit, di himbau untuk tidak keluar dari area kampus ya terimakasih" suara salah satu panitia terdengar jelas membuat para mahasiswa dengan tertib keluar dari barisan dan mulai berjalan pergi ke arah kantin.
Seperti kemarin, David sudah menunggu Jezia di ruangan asdos. Ngomong-ngomong hubungan mereka bisa dibilang untuk sementara backstreet, hanya untuk mengurangi asumsi publik atas hubungan mereka yang bisa dibilang tidak wajar untuk beberapa orang.
"Bunda masak apa?" Gadis itu bertanya saat sudah mendudukkan diri di depan David yang saat ini sudah mau membuka kota bekalnya.
"Tumis udang" jawaban David seketika membuat jezia mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa?" Tanyanya lembut.
"Alergi udang .." David yang mendengarnya langsung membelalakkan mata.
"Maaf je.. saya gak tau. Mau makan apa hm? Saya belikan di kantin langsung" David bertanya dengan tangannya yang mengelus pelan rambut halus jezia yang terurai.
"Terserah aja deh.."
David mengernyitkan alisnya saat melihat raut murung gadis itu.
"Serius je.. kenapa cemberut gitu? Maaf kan saya gak tau kalau alergi udang untung kamu ngomong sebelum saya suapin kan""Spaghetti carbonara dong masss. Aku pengen, tadi lihat di brosur ada yang jual spaghetti carbonara di kantin" David yang mendengarnya pun tergelitik lalu tersenyum manis menanggapi permintaan gadisnya yang terlalu lucu.
"You will get that" ujarnya lalu berdiri, mengambil dompetnya yang ada di laci meja. "Saya pergi dulu ya? Pintu ruangan gak saya kunci jadi nanti kalau ada yang nyari bilang aja saya keluar sebentar" David berujar dengan mengusak pelan ujung kepala jezia setelah dijawab gelengan antusias dari gadis itu.
"Cantik" puji David tiba-tiba saat obsidiannya menatap manik mata jezia yang berkilau dibawah pancaran cahaya matahari.
"Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dalam Sangkar [COMPLETED]
Teen Fictionpretty good relationship!! David adalah salah satu asisten dosen disalah satu kampus ternama di kota Surabaya. Ia adalah seorang pemuda yang sedang merantau di kota tersebut. suatu hari ia di tawari pekerjaan sampingan oleh salah satu dosennya, un...