Payung dan Hujan

110 28 7
                                    

David dan Jezia berteduh di halte dekat kampus saat matahari telah tenggelam.

Hujan lebat menahan mereka pulang segera, hampir 2 jam lamanya air menyiram habis abu tebal di jalanan. Udara kota Surabaya juga terasa lebih segar.

David membuka tasnya lalu merobek selembar kertas dan tangannya mulai berkreasi. Kertas yang ada di genggamannya mulai terlipat menjadi beberapa bagian. Manik Jezia menontoni lakon David yang sangat random itu dengan tenang.

Tangan kekarnya membentuk sebuah kapal dan juga burung lalu dua mahakarya itu ia tunjukkan pada gadis disampingnya.

"Apa?"
David tidak berkomentar. Tangannya menjulur untuk memberikan dua mahakaryanya pada jezia.

Tiba-tiba petir menyambar, memecut jalanan kota dan membuat Jezia yang ada di samping David menciut.

David menghela. Hujan semakin deras, jalanan mulai banjir, David sangat ingin menenangkan gadisnya namun perlu di ingat ini masih lingkungan kampus dan seperti status hubungannya. Ia dan Jezia sepakat untuk backstreet maka dari itu ia tidak boleh melakukan skinship di area kampus.
Tangan besarnya terjulur mengelus pelan tangan yang lebih mungil darinya.
Lalu secara tiba-tiba seseorang bocah lelaki yang memakai jas hujan datang dengan dua payung yang ia tenteng.
David berdiri, lalu menyugar pelan rambutnya yang basah terkena air hujan. Berjongkok di depan bocah lelaki sambil berujar. "Ojek payung?"

Yang segera di jawab dengan bibir pucat bocah kecil itu.
"Iya mas"

"Saya pakai ya? Sampai kearea parkir depan itu. Payungnya kasih ke kakak-kakak itu ya?"

"Terus satunya?"

"Kamu pakai. Kamu basah begini jas hujannya pakai plastik, masih tembus. Di pakai aja ya payungnya"

Bocah yang saat ini tengah memakai jas hujan plastik itu menatap David bingung.
David membalikkan badannya dan menemukan Jezia yang saat ini memperlihatkan interaksi David dengan bocah itu.
"Kamu pakai payung. Mau yang mana?"

"Ungu" jawab gadis itu dengan hidungnya yang mulai memerah karena kedinginan.

"Terus mas gimana?"

"Sama kamu berdua. Gapapa? Adeknya kasihan badannya masih kebasahan je.."

"Oke. No problem mas"

Jezia mulai beranjak dari duduknya lalu menerima satu buah payung yang berkuran cukup besar.

Mereka berdua berjalan dengan diikuti bocah kecil di samping mereka.
David menggenggam erat tangan Jezia yang mulai menggigil. Sampai akhirnya mereka sampai di tempat parkir fakultas.
David membukakan pintu untuk Jezia terlebih dahulu lalu berikutnya dirinya yang masuk kedalam mobil.
Melipat kembali payung yang dipakainya lalu ia berikan kepada bocah kecil itu.
Tangannya merogoh kantong juga merogoh dasboard mobil berusaha mencari sesuatu.

"Berapa tadi?"

"15 ribu mas 1 payung"

David mengangguk mengerti lalu tangannya menyodorkan satu lembar uang merah di tangan mungil pucat milik bocah kecil itu sembari menyelipkan sebotol minyak angin.

"Gak usah kembalian. Kembaliannya buat beli jas hujan disana ya? Minyak anginnya di pakai biar gak kedinginan. Ingat belinya yang tebal jangan yang bahannya begini lagi nanti gak ngaruh, tetap tembus" David berujar sembari menunjuk toko jual jas hujan di ujung jalan.

Bocah kecil itu tersenyum setelah berucap terimakasih lalu berlari pergi kearah tempat toko jas hujan.

Jezia tersenyum kecil saat melihat interaksi keduanya. Tangan gadis itu menggenggam erat, merasa dirinya tidak tau bersyukur padahal masih banyak anak-anak diluar sana yang masih lontang-lantung di jalanan. Seharusnya ia paham dan tak banyak mengeluh.

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang