Boyfriend (?)

157 38 4
                                    

Setelah tragedi David yang mengajaknya menikah. Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu bangku dan menonton salah satu pertunjukan musik yang di adakan oleh mall yang mereka datangi.

Jezia menempatkan diri untuk duduk di sebelah David yang saat ini tengah menunduk sembari mengerucutkan bibirnya.
Jezia mengernyitkan dahinya. Orang tua satu ini kenapa lagi?
"Pak?"

 Orang tua satu ini kenapa lagi? "Pak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hm?" David bergumam seraya mendongak menatap kedua manik mata jezia yang selalu bisa membuatnya terbuai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hm?" David bergumam seraya mendongak menatap kedua manik mata jezia yang selalu bisa membuatnya terbuai.

"Kenapa cemberut?" Jezia bertanya sembari badannya yang semakin ia dempetkan ke tubuh David.
Aneh. Iya aneh sebab yang menanyakan hal seperti ini justru sang gadis bukan sang pria. Sekekanakan apa dirimu saat ini vid sampai-sampai jezia menanyakan hal memalukan seperti itu.

David menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu yang kenapa? Kenapa dempet-dempet?" David terheran melihat sekarang tubuh mereka saling menempel tanpa sekat, begitu rapat dan David juga merasakan tubuh jezia yang saat ini seakan ikut terpaku.

"Je?" Panggil lelaki itu lagi. David bahkan mulai mendongak menatapi satu persatu pengunjung yang siapa tau membuat jezia menjadi risih.

"Ada temen-temen" bisik gadis itu sambil menunjuk pelan ke arah salah satu tempat duduk.
David dapat mengingat jelas siapa yang jezia panggil sebagai teman-teman itu. Teman-teman sebayanya yang berani melakukan perundungan kepada jezia di luar jam sekolah. David dengan spontan merengkuh pundak jezia, mengusak pelan rambut jezia berusaha menenangkan.
Posisinya saat ini David merengkuh setengah tubuh jezia, menutupi wajah jezia di dadanya sembari berbisik pelan tepat di sebelah pelipis gadis itu. "Mau pindah?" Bisik lelaki itu seraya menunduk, berbisik tepat di pelipis jezia dan berusaha melihat raut wajah jezia yang saat ini ia sembunyikan di dada bidang miliknya.

"Kemana? Penuh gitu" jezia mendongak berusaha melihat keadaan sekitar namun manik matanya justru bertubrukan dengan obsidian hitam David yang saat ini tengah menatapnya intens.

David terkesiap, lalu mendongak dan memejamkan matanya. Astaghfirullah!

"Mau pulang? Atau tetep mau lihat live music?" Tawar David lagi. Dari pada mereka terus-menerus seperti ini dan terus menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar mereka , lebih baik mereka pulang bukan?

Di Dalam Sangkar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang