Ruangan bernuansa klasik nampak lenggang. Lelaki berusia 22 tahun terlihat merebah diatas kasur king size miliknya.
Kepalanya terasa pening, entahlah, setelah semalam ia dan Jezia melakukan qtime, tiba-tiba saja Kakung dari Jezia mengiriminya sebuah pesan singkat yang membuat kepalanya pening setengah mati.Ia merebah, menatap langit-langit kamar dalam diam. Obsidiannya menelisik setiap penjuru kamar, isi pikirannya penuh dengan sang gadis, tapi tiba-tiba saja pintu kamarnya di ketuk pelan oleh seseorang dari luar sana yang kemudian David jawab dengan teriakan "masuk aja, gak dikunci"
Ceklek
Suara pintu yang terbuka membuat David menoleh dan obsidiannya menangkap sang gadis dengan balutan dress selutut dan rambut yang dikepang lucu mendekat padanya. Tangan mungil gadis itu menenteng satu tas berisi sekotak brownies buatannya.
David bangun dari tidurnya, terduduk dan menyender pada kepala ranjang.
Tangan lelaki itu kemudian terbuka lebar, mengundang sang gadis itu segera berlari menghambur ke pelukannya.
Jezia menelusup masuk kedalam pelukan sang pria, tangan mungilnya melingkar pada pinggang lebar David dengan tangan yang masih menenteng satu totebag."Di anter siapa?" Tanya David dengan tangannya yang aktif mengelus pelan puncak kepala Jezia.
"Pak Anton! Kesini mau ngasih mas incip brownies, aku habis bikin browniesss tauuu" Jezia melepaskan pelukan mereka, menodongkan satu kotak brownies buatannya.
"Brownies apa?" David bertanya dengan senyum tipis yang terbit dari wajahnya.
Tangan lelaki itu membuka perlahan kotak bungkus brownies yang dibawa Jezia."Oreooo, kata bi Inah ini udah enak. Tapi gatau, lidah orang kan beda-beda. Aku bawa dua, mau suruh mas incipin dulu klo mendingan, aku kasih ke bunda satuuu"
David mengernyit, "kenapa gak dikasih sekarang aja?"
"Ya mas coba dulu, klo enak aku kasih ke bunda. Masa aku ngasih ke bunda kalau rotinya ga enak? Ya malu dong!"
David mengangguk paham, kemudian tangannya menepuk sisi ranjang menyuruh Jezia untuk duduk disebelahnya. Tangannya mulai mencomot satu potong brownies dan mulai melahapnya.
Bibirnya mengatup, mengunyah dan mencecap rasa brownies oreo buatan gadisnya.
"Gimana?" Disebelahnya Jezia berharap-harap cemas. Takut jika brownies yang dibuatnya belum cukup sempurna."Maunya saya bilang apa?" David sedikit menjahili. Tangan lelaki itu kembali mencomot satu potong brownies lagi.
"Bilang enak! Biar aku bisa ngasih ini ke bunda"
David tersenyum puas, mengambil sepotong lagi dan menyuapi satu potong brownies kepada Jezia yang tak henti-hentinya mengoceh soal rasa.
"Ini enak je, besok ajari saya ya?""Eh?"
David mengangguk sembari mulutnya aktif mengunyah, "iya, recook sama saya"
"Enak beneran?" Sepertinya Jezia masih tak menyangka brownies buatannya dipuji oleh David.
David berdecak, menatap kesal Jezia yang saat ini memasang wajah speechless nya.
"Yaudah , brownies nya gak enak""DIHHHHHH PLIN PLAN"
David mendengus, tangannya menunjuk kotak brownies yang tersisa 4 biji.
"Kamu pikir ini brownies habis kalau bukan karena saya doyan, terus karena apa?" Jezia membalas omelan David dengan kekehan."Yaudah habisin, aku mau cari biru sama ngasih bunda brownies" ucapnya lalu beranjak pergi keluar kamar sembari menenteng satu kotak brownies.
David tersenyum kecil, menatap punggung sang gadis dengan perasaan was-was juga berbunga-bunga. Ia bingung harus merespon apa dikala hubungannya tidak direstui oleh salah satu pihak keluarga Jezia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dalam Sangkar [COMPLETED]
Teen Fictionpretty good relationship!! David adalah salah satu asisten dosen disalah satu kampus ternama di kota Surabaya. Ia adalah seorang pemuda yang sedang merantau di kota tersebut. suatu hari ia di tawari pekerjaan sampingan oleh salah satu dosennya, un...