Satu minggu sudah berlalu. Semuanya seolah-olah sudah berjalan seperti semula padahal nyatanya, membuka mata sepertinya sulit dilakukan oleh pak Nando.
David memanjatkan beberapa ucap doa setelah dirinya selesai melakukan kewajiban shalat subuh.
Tangannya menggelung lengan kemeja sebatas siku, menyugar rambutnya yang basah karena air wudhu.Benaknya tiba-tiba mendapatkan feeling tak mengenakkan. Dengan cekatan dirinya keluar dari tempat ibadah menuju kamar Jezia yang sudah ia sewakan disalah satu apartemen dekat rumah sakit.
"Je?" David berteriak keras saat melihat kamar jezia yang kosong.
"Jezia? Jangan bercanda" tangannya membuka pintu kamar mandi namun hasilnya tetap nihil.
Mencari-cari dimana Jezia pergi, sempat menelpon security penjaga apartemen dan menanyakan keberadaan Jezia tapi tiba-tiba pintu kamar gadis itu terbuka. Menampilkan Jezia yang menatap polos David dengan 2 kantung plastik yang dibawanya."Kenap-"
"Duduk" bariton rendah David terdengar. Lelaki itu berdiri tak jauh dari ranjang Jezia. Berdiri dengan kedua tangannya yang terlipat.
"Subuh-subuh begini pergi kemana?"
Jezia menelan ludahnya.
Takut melihat obsidian gelap David yang menatapnya intens."Keluyuran terus. Ini negara orang bukan negara kita" alis David menukik, menginterogasi Jezia yang saat ini menatapnya polos.
"Aku cuma beli-"
"Beli apa? Dimana? Kenapa gak izin? Kalau kamu hilang yang khawatir siapa? Kalau kamu diculik yang nangis siapa?"
"Mas bakal nangis kalau aku diculik?" Tiba-tiba bukannya menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut David, Jezia justru melontarkan pertanyaan kembali pada David.
Jezia dalam hati terkikik gemas melihat alis David yang menukik kesal.
David menghela nafas kemudian mendekat perlahan didepan tubuh Jezia yang saat ini duduk diatas baringan ranjang.
"Bukan begitu. Ini negara orang. Kamu, kita gak ada yang bisa kita kenali disini. Semuanya asing, kita gak kenal siapapun orang yang bisa membantu kita disini. Dan kamu masih asing dengan kota ini, jadi kalau mau kemana-mana izin, saya anter tapi jangan kucing-kucingan begitu" David memberi nasihat sembari mengelus puncak ubun-ubun Jezia.David suka sekali mengelus atau hanya sekedar mengecup ubun-ubun Jezia. Baginya ikatan batin juga perlu.
"Baru selesai shalat subuh. Hari masih petang dan kamu nekat keluar dari kamar tanpa izin sekalipun dari saya""Denger gak? Orang klo ngomong itu ya dilihat, di dengerin bukan malah senyum-senyum" celotehan David membuat Jezia tak kuasa menahan gemas. Tangan kecil itu terulur untuk menggapai kedua sisi wajah David yang kemudian ia dekap. Kepala David ia dekap kemudian mengusak gemas rambut halus David.
David yang berada didekapan Jezia bergumam, "tapi beneran je.. jangan nekat lagi ya? Saya hampir mau telepon bunda subuh-subuh saking khawatirnya."
Jezia mengangguk sembari tergelak rendah, "tadi mau beli pembalut di toko kelontong depan tapi abiss ga ada.. bukannya jadi beli pembalut aku malah borong jajan hehe" tangan gadis itu terangkat keatas, menunjukkan hasil belanjanya kepada David yang saat ini masih nyaman berada dipelukan gadis itu.
David yang mendengar itupun mendongak, "kamu haid lagi?" yang lekas dijawab anggukan oleh sang empu.
"Bukannya bulan ini sudah? Kok haid dua kali?" Tangan kekar itu terangkat. Mengusap kening gadis itu dengan gerakan teratur.
"Kecapekan banget? Jangan bikin saya khawatir je... Kalau lagi ada yang dipikirkan bilang, kalau ada yang bikin kamu stress bilang, kalau kecapekan bilang.. saya bantu pijit hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dalam Sangkar [COMPLETED]
Teen Fictionpretty good relationship!! David adalah salah satu asisten dosen disalah satu kampus ternama di kota Surabaya. Ia adalah seorang pemuda yang sedang merantau di kota tersebut. suatu hari ia di tawari pekerjaan sampingan oleh salah satu dosennya, un...