03. Pertemuan Saudara

1.9K 146 17
                                    

5 tahun sudah Halilintar pergi meninggalkan kediaman rumahnya, tak ada satu pun dari anak–anak buahnya Marcel, atau pun keenam BoEl bahkan teman–temannya Mauuren yang berhasil menemukan keberadaan dimana Halilintar sekarang.

Kemana sebenarnya Halilintar? Apakah benar dugaan mereka bahwa Halilintar sudah mati?

Apakah mereka sudah terlambat untuk meminta maaf kepadanya? Bisa kah waktu diputar ulang sekali lagi?

Mereka ingin mengulang semua kesalahan mereka. Kenapa dulu mereka tak mempercayai apa yang pernah dijelaskan oleh Halilintar?

"Tch, Kak Hali, sebenarnya Kakak dimana sih?" Gumam seorang pemuda bermanik silver yang sedang menatap kearah jendela kamarnya.

Sementara dibelahan dunia lain, ditempat yang sama sebuah keluarga yang hanya diisi oleh tiga remaja Laki–laki sedang duduk menikmati sarapan pagi mereka.

"Well, jadi ini hari pertama kita disekolah Shailendra?"

"Iya lah, pindah rumah otomatis pindah sekolah juga, nggak mungkin kan kaloh kita harus bersekolah disana terus? Ayolah sekolah kita yang lama sama rumah baru kita aja jauh."

"Lagian sih kamu Petir kenapa coba nyari rumah yang jauh dari permukiman sekolah? Kan tanggung kita udah kelas 12, kenapa nggak pas kelas 11 aja waktu itu?"

"Ye, mana ku tai, kaloh kepikiran nya aja baru sekarang kan."

"Mana ku tai,"

"Hah?" Beo Petir dan Voltra tak mengerti maksud gumaman Halilintar tadi.

"Petir tadi ngomong mana ku tai," Ulang Halilintar disaat tau kedua temannya itu tak mengerti sama sekali.

"Hah? Masa sih, tadi kan aku bilang aku, mana ku tai."

"Eh?"

"Mana ku tai."

Astaga, mulut bisa typo kayak gitu ya? Batin Halilintar dan Voltra melihat tingkah Petir yang menurut mereka agak laen.

"Ah dah lah bangsat!" Kesalnya sendiri, seperti nya mulut typo nya itu harus diservis ulang deh, namun pertanyaannya sekarang– emangnya ada servis mulut typo?

"Udah, udah, mendingan makan aja dulu! Capek tau aku tuh dengerin typo ‘Mana ku tai’ itu!"

"Ya, mana ku tai Lintar, namanya juga mulut typo–eh? Bentar mana ku tai?"

"Argh! Udah lah woi jangan bicara itu lagi capek tau denger nya!" Kesal Voltra ketus.

"Ya udah mangkanya diem aja!" Aarkas Halilintar.

"Dikira kami bisu apa hah?!" Serempak mereka berdua.

"Yah nggak gitu juga lah! Aku cum–" Halilintar menghentikan ucapannya saat ia melihat kearah jam dinding, yang hampir menandakan jam setengah tujuh.

"Udah berhenti berantem nya! Cepet habiskan makanan kalian sekarang juga!" Titah Halilintar, Petir dan Voltra memiringkan kepalanya layak nya anak kecil yang tak mengerti apa yang dikatakan oleh Mamanya.

Halilintar yang tahu akan tatapan itu pun, memutar bola matanya malas. Ayolah kedua teman kesayangannya ini kan udah dewasa? Kenapa sikap mereka jadi seperti anak kecil polos yang menyebalkan? Tapi disisi lain–mereka juga sangat menggemaskan!

Tahan Hali tahan, untung sayang!

"Udah hampir mau jam tujuh, kalian harus cepetan makannya entar telat lagi." Jelas Halilintar berujar sangat lembut.

Petir dan Voltra membulatkan mata mereka, menatap kearah jam dinding dan benar saja apa yang dibilang oleh Halilintar tadi.

"Hah?! Kenapa nggak bilang dari tadi sih?!" Kesal mereka berdua lalu memakan–makanan mereka dengan cepat.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang