14. Penjelasan Halilintar

1.4K 121 13
                                    

⁽⁽◝•Mochi, Mochi Reading!•◜⁾⁾

Halilintar itu adalah manusia biasa sama seperti kita, mau berapa kali pun ia menyembunyikan sesuatu terhadap orang lain, pasti akan selalu terbongkar dengan caranya masing–masing.

Dan contohnya seperti sekarang ini. Rahasia yang ia pendam selama 7 tahun lamanya, kini terbongkar didepan mereka semua. Dan apalagi rahasia nya ini terbongkar karna ulah nya sendiri, karna sebuah kecerobohan Halilintar sendiri.

Dan sekarang Halilintar bingung ia harus melakukan apa. Ia bingung, apakah dirinya harus jujur? Atau tidak? Ya Tuhan, bantulah hamba dua dimensi mu satu itu.

"Kak," Panggil Thorn, Halilintar tertegun dan langsung menoleh kearah adiknya itu, "A--ah, ya? Ada apa?" Tanya kikuk.

"Jawab dong, Kak. Masa Kakak cuman diem aja sih?" Lanjut Thorn.

"Jawab apa?" Tanya Halilintar berpura–pura tidak mengetahui hal apa yang tengah dimaksud oleh sang adiknya itu.

"Itu–"

"Jangan berpura–pura bodoh Halilintar. Papa tidak menyukai sikap seperti itu, berada di diri anak–anak Papa,"

"Berkata lah dengan jujur. Ini surat hasil pengecekan kamu kan? Atau bukan?" Tanya Marcel serius.

"Papa ngomong apa sih? Aku nggak pernah ngecek apapun dirumah sakit, lagian selama aku hidup bersama kalian semua, bukannya kalian tau bahwa aku sehat–sehat aja tuh? Ng–"

"Iya mungkin itu dulu kamu sehat–sehat aja, tapi sekarang mungkin sudah berbeda lagi, Halilintar." Tekan Mauuren yang tak luput melepaskan pandangannya dari Halilintar.

"Karna dulu sama sekarang itu berbeda nak," Lanjut Mauuren dengan senyum tipis, setipis benang wool.

". . Aku. . ." Halilintar terdiam sejenak, entah apa yang harus ia jelaskan kepada mereka semua. Karna percuma saja, kedua orang tuanya pasti akan lebih mempercayai bukti yang telah mereka temukan dikamarnya.

Apalagi jika surat itu, jelas-jelas menterterakan namanya disana. Lagi pula tanggal pengecekan dalam surat itu, juga masih baru. Dan belum lama terjadi nya.

"Aku apa hm? Kamu kaloh nggak bisa jawab, itu berarti ini benar punya kamu kan?"

"Itu–"

"Kamu mau alasan apa lagi hm? Jelas–jelas surat ini punya kamu, surat ini berada di halaman–halaman buku novel kamu, Halilintar."

"Mama sama Papa cuman minta buat kamu bicara dan jelasin yang jujur, surat ini punya kamu kan?" Tanya Mauuren serius.

Halilintar terdiam, memandangi lekat surat itu, lalu memandangi wajah sang Mama. Sementara keenam BoEl yang sedari tadi hanya diam pun akhirnya bertanya karna kebingungan tak berujung mereka.

Sebenarnya apa isi surat itu? Kenapa wajah kedua orang tuanya berubah drastis dari yang tadinya dingin, kini berubah menjadi khawatir sepenuhnya, ditambah lagi dengan Mauuren yang sekarang seperti hendak menangis.

Dan lagi pula Halilintar hanya diam, menundukkan kepalanya, enggan menatap sang Mama atau pun ingin menjelaskan semuanya.

"Kamu.. kamu jangan diem aja Halilintar! Jawab Mama ini surat punya kamu kan?!" Mauuren berteriak, setetes air mata jatuh dari kelopak matanya.

"Halilintar lebih baik kamu berkata jujur. Semua bukti ada didalam surat ini,"

"Untuk apa kamu berbohong? Jika sudah ada sebuah bukti yang pasti ditangan kami ini." Sahut Marcel seraya mengelus lembut punggung sang Istri.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang