22. Solar Sakit?

1.2K 104 27
                                    

Janlup Votmen Ya–

Bulan bergulir berganti kembali posisi dengan Matahari. Langit malam keunguan pun akan tergantikan oleh langit biru yang masih dipenuhi dengan semburat warna jingga dan putih nya awan sebentar lagi.

"Hoaam, jam berapa sekarang?" Tanya pemuda yang baru saja bangun dari tidur nya.

Pukul masih menginjak 05.16 AM. Remaja itu beranjak mulai keluar dari kukungan saudara–saudaranya yang masih tertidur pulas. "Sholat dulu ah, mumpung masih ada waktunya. Gak baik, ninggalin sholat, apalagi kaloh itu sholat subuh." Katanya yang lantas mulai mengambil air wudhu.

Setelahnya sang remaja yang diketahui sering dipanggil Ai saat waktu kecil itu pun lantas langsung melaksanakan ibadah sholat subuh nya. Tak lupa setelah sholat ia berdoa.

Dan juga mengaji. Lantunan ayat–ayat suci Al–Qur'an terdengar sangat merdu dari mulutnya. "Kira–kira dosa gue bisa diilangi apa enggak ya?" Gumam pemuda itu yang tengah merapikan baju sekolahnya.

Setelahnya, remaja itu berjalan mendekati Gempa. "Gem, bangun. Gem. Udah pagi." Katanya pelan seraya mencoba membangunkan adiknya itu.

Pemuda yang kerap kali di panggil Esi saat waktu kecil itu lantas mulai membuka matanya. "Eum, jam berapa sekarang, Kak?" Tanya Gempa yang masih mengumpulkan nyawanya.

"Setengah enam, buruan mandi terus sholat sana. Bangunin yang lain juga," Pinta Halilintar yang mana membuat Gempa mengangguk pelan.

.
.
.
.

"Solar, kamu gak papa kan, Nak? Soalnya wajah kamu pucet banget Mama perhatiin dari tadi."

Sementara sang pemilik tubuh pun dengan lemas menjawab, "Gak tau Ma, cuman badan Leo lemes, lesu, sama gak nafsu makan Ma. Pusing juga." Aduh Solar pada Mamanya.

Taufan mengangkat tangan nya, dan meletakkan punggung tangannya ke kening adik nya. Rasa panas yang tercipta saat itu juga ditangan Taufan. "Anjir, panas banget badan lo. Lo demam? Lo bergadang lagi?"

"Iya, soalnya masih ada materi yang harus gue selesai, Kak."

"Solar, Papa kan sudah pernah bilang jangan sering bergadang, gak baik buat kesehatan kamu. Apa lagi kamu masih muda, kaloh mau belajar ya pagi, siang, sama sore aja Solar."

"Kaloh kamu udah demam kayak gini, siapa yang gak enak? Kamu kan?" Nasehat Marcel.

"Maaf Pa, Solar udah coba buat gak bergadang tapi Insomnia Solar yang buat Solar gak bisa tidur malam." Ujar nya seraya menundukkan kepalanya.

"Hah, ya sudah gak papa. Lain kali jangan diulangi lagi ya, kami bukan melarang kamu, tapi ini semua demi kebaikan diri kamu sendiri Solar." Ucap Mauuren seraya mengelus rambut Putra Bungsu nya.

"Iya, Ma. Solar janji gak bakalan ngulangin lagi deh." Kata Solar seraya memeluk Mamanya erat, keluar deh sifat manja anak Bungsunya.

"Mama pegang omongan kamu. Masih nafsu kan makan?" Tanya Mauuren yang mana membuat Solar mengangguk kecil. "Ya udah, kamu makan dulu terus minum obat. Terus gak usah sekolah hari ini ya." Pinta Mauuren.

Solar yang mendengar kata gak usah sekolah hari ini pun langsung melepaskan pelukan nya dari Mauuren. "Gak mau Ma! Solar mau sekolah, masa iya Solar dirumah sendirian? Nanti yang jadi babu pesuruh nya Solar siapa dong, kaloh mereka sekolah semua?" Tanya Solar.

"Baba, Babu, Baba, Babu lo pikir kita pembantu lo hah? Kita Kakak–Kakak lo Lar. Lagian kaloh lo sekolah, lo juga bakalan ngerepotin kita pasti," Sahut Blaze kesal.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang