23. Merasa Aneh?

1.1K 114 38
                                    

JANLUP PAKET LENGKAP YA↗

Pagi hari yang baru kini menanti. Kedua remaja yang tidur dengan posisi berpelukan itu masih setia memejamkan matanya, tak ada rasa pegal dihati keduanya, akan posisi tidur mereka yang seperti itu disepanjang malamnya.

Sang pemuda yang lebih muda beberapa menit dari sang pemuda satunya pun akhirnya terbangun, dengan kondisi badan yang sehat dan bugar.

Sepertinya perawatan yang diberikan oleh Kakak nya itu sangat manjur untuknya. Terlebih lagi, perawatan untuknya itu tulus dari hati, dan penuh rasa kasih sayang yang amat besar untuk diri nya.

"Eumhh.." Leguhnya, lantas mulai membuka matanya. Manik silver itu pun terlihat menoleh ke kanan dan kirinya saat pandangan matanya sudah tidak memburam lagi, ia melirik jam kamarnya. Ternyata sudah pukul 06.17 AM.

Ia membulatkan matanya, "Anjir, telat sholat subuh weh, dosa gue kurang dikit jadinya!" Paniknya, ia lantas menoleh ke arah sampingnya, dan terkejut dengan kehadiran Kakaknya yang masih tidur dalam memeluknya dengan wajah yang tampak lelah dalam tidurnya itu.

"Manis," Gumam Solar saat melihat wajah sempurna Kakaknya. Ia mengubah posisi tidurnya, begitupun juga posisi Kakaknya. Sehingga sekarang posisi mereka itu masih sama kayak tadi, walau dalam keadaan kebalik bedanya.

Jika tadi, Halilintar lah yang memeluk Solar, maka sekarang giliran Solar yang memeluk Halilintar. Mengusap rambut nya lembut. Santui lah, mumpung masih hari Sabtu, ye kan?

Kebetulan memang sekolah mereka, libur untuk hari Sabtu. Karna digantikan oleh pelajaran ekstra kurikuler. "Coba aja lo kayak gini terus sikapnya, kan sabi lah jadi mainan lelah kami, Kak." Tutur Solar, ia masih memainkan rambut Kakaknya itu.

Ia mengambil ponselnya yang memang tidak jauh dari tempat tidurnya, membuka pola kunci ponselnya itu, dan bergulir berganti untuk membuka aplikasi kamera.

Ceklis!

Ia tersenyum gemas saat sudah berhasil mendapatkan foto yang ia mau, sabi lah untuk ditunjukin sama orang–orang, waktu lagi gabut. Jahanam emang.

"Kak, bangun Kak. Udah siang," Tepuk Solar pada pipi kanan Halilintar.

Namun bukannya bangun Halilintar malah meleguh pelan dan mulai menggeliat gelisah dalam dekapan Solar, ia mencoba mencari kenyamanan dalam tidurnya.

Sedangkan Solar? Pemuda itu hanya mampu tersenyum geli, mau marah tapi Kakak nya saat ini sungguh manis dan imut. "Untung lo Kakak gue, kaloh bukan, udah gue jual ke Tante girang Reta'ka kali." Katanya seraya mencubit gemas pipi Halilintar.

"Kak? Ih Kak bangun," Kali ini Solar mengguncang tubuh Halilintar, agar sang pemilik tubuh bangun, namun na'as nya itu tidak berhasil sama sekali.

Halilintar masih setia tidur. Seakan–akan malam hari masihlah panjang. Sebenarnya apa yang pemuda itu mimpikan, sampai–sampai membuatnya susah untuk bangun?

Bukan mati ya. Jika kalian berpikir susah bangun itu mati itu berarti kalian pinter sekali. Patut untuk mengikuti KTK {Kejuaraan Teori Kematian} jika ada.

"Kak! Oi! Bangun gak lo! Kaloh gak bangun gue cipok nih lama–lama?!" Solar yang akhirnya geram pun mengeluarkan jurus buayanya. Tenang, Solar gak belok kok. Cuman mancing Halilintar aja.

Halilintar meringis saat mendengar kalimat itu, "Shhht, apasih Lareng, ganggu orang tidur aja!" Kesal nya lantas mulai terduduk walau masih dalam keadaan setengah sadar.

"Ya abisnya sih lo tidur udah kayak mati aja tau!" Kesalnya. Solar bangkit dari tidur nya, lantas memandangi Halilintar yang tengah mengucek matanya lantaran mungkin untuk menghilangkan sensasi pandangan yang masih sedikit memburam.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang