20. Misterius?

1.2K 95 19
                                    

┗@VaRell Story

Pagi hari ini sepasang Pasutri tengah menghela pasrah. Karna pemaksaan yang dilakukan oleh Halilintar agar dirinya diperbolehkan pulang oleh keluarganya.

Tentunya itu bertentangan buruk bagi dirinya. Baru saja bangun dari acara tidur bocan nya, masa iya langsung pulang kerumah aja?

Gimana jika sewaktu–waktu kondisi Halilintar memburuk? Kembali down lagi? Mereka tidak mau sampai hal itu terjadi. Namun yah ...

Yang namanya Halilintar itu keras kepala, egois, dan tidak memikirkan dirinya sendiri. Sedari kecil Halilintar memang tidak menyukai Rumah Sakit katanya sih karna bau obat yang menyengat, mangkanya dia gak betah lama–lama ditempat itu.

"Gak bisa, Halilintar sayang. Ini semua kan demi kebaikan kamu. Lagian jika kamu pulang kerumah nanti, kamu bukanya istirahat, eh malah ngotot mau sekolah. Iya kan?" Bantah Mauuren lembut.

"Tapi kan Ma, Aku bosen disini. Gak ada yang menarik dirumah sakit, kecuali bau obat sama warna putih semua. Dan aku gak suka itu." Balas Halilintar seraya merenggut kesal. Ada rasa gemas melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.

"Emang diluar sana ada apa sih? Sampai–sampai buat kamu gak betah disini?" Tanya Marcel seraya bersedekap dada.

"Diluar emang nggak ada yang menarik, Pa. Tapi aku pengen aja pulang kerumah. Boleh ya? Aku lebih betah dirumah dari pada dirumah sakit." Melas Halilintar.

Kedua Pasutri itu menghela nafas lelah mereka, jika sudah begini apa yang bisa mereka lakukan? Halilintar itu keras kepala. Entah dari mana ia mendapatkan sikap keras kepala itu.

Mungkin keturunan dari Om nya Amato? Atau Nenek dan Kakeknya? Tidak ada yang tau tentang hal itu. "Ya, udah boleh. Tapi janji sama Mama jangan kesekolah dulu ya, sampai kamu bener–bener sembuh, Oke?" Pinta Mauuren mengalah.

"Gak asik, kaloh gak sekolah Ma." Jawab Halilintar kecewa. "Vino gak selemah itu Ma. Vino anak laki–laki yang kuat, izinin Vino sekolah ya? Kan ada mereka bereenam yang bisa jagain Vino disekolah." Jelas Halilintar kembali yang mana membuat Mauuren dan Marcel menatap satu sama lain.

"Izinin aja, anak kamu yang satu itu keras kepala banget. Percuma kamu mau ngomongin dia kayak gimana, dia bakalan ngebantah mulu." Kata Marcel yang sudah menyerah dengan sikap anaknya.

Yang mana membuat Mauuren memutar bola matanya malas. "Anak aku, ya anak kamu juga lah. Gen kamu kan ada di dalam pembuluh darah Halilintar, lupa?" Ketus Mauuren yang mana membuat Marcel terkekeh ringan.

"Iya mangkanya, kita sebagai orang tua harus nurutin kemauan dia, asal dengan itu membuat dia cepat sembuh. Dia anak aku, dia pasti kuat ngadepin semua ini." Marcel menggenggam tangan Mauuren lembut.

"Aku tau, cuman aku takut dia kenapa–kenapa aja, tau kan Halilintar anaknya kayak gimana?" Tanya Mauuren yang membuat Marcel mengangguk.

Sementara Halilintar yang hanya menjadi nyamuk diantara kedua orang tuanya hanya mampu memutar bola matanya malas. Mereka pikir dirinya tidak mendengar semua yang mereka katakan? Dan lebih parahnya lagi, kenapa matanya harus menyaksikan adegan romantis {Dramatis} kedua orang tuanya itu?

Anjir yang jomblo nyimak, jadi nyamuk dadakan nih gue. Mana mereka ngomong nya ceplas–ceplos lagi, mau nyindir anaknya sendiri atau gimana seh? Batin Halilintar jengkel.

"Aku tau, tapi mau bagaimana lagi? Izinin aja ya. Kasihan juga dia. Coba deh kaloh kamu melakukan hal–hal yang nggak kamu sukai, kamu mau?" Tanya Marcel yang mana membuat Mauuren menggeleng.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang