49. Kebahagiaan Itu Milikku Bukan Milikmu, Halilintar!

406 36 33
                                    

"Jadi, Halilintar Calvino Zirgan, bisa kah kamu menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya kepada kami?"

"Bahkan mungkin kejadian beberapa hari yang lalu itu pastinya bukan sebuah tikus yang masuk kedalam kamar Taufan kan?" Mauuren berkacak pinggang, menatap kesal anak pertamanya itu.

"Aduh Halilintar Mama bingung deh sama kamu, kamu ini sebenarnya nurunin sifat siapa sih? Perasaan Mama gak ada keluarga kita yang memiliki sikap kayak kamu,"

"Kamu aja heran apalagi aku, Mauuren. Anak kamu yang satu ini hobi banget nutupin masalah besar seperti ini sama kita bahkan, dia bisa terlihat biasa–biasa saja sampai–sampai kita tidak bisa mencurigai sifatnya."

"Bahkan sifat putramu itu sangat susah ditebak oleh orang lain."

"Putraku itu juga putra mu Marcel." Kata Mauuren sebal.

Marcel? Laki–laki itu hanya mampu menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Oke, oke, kembali ke topik utama, jadi jelaskan sama Mama apa yang terjadi sebenarnya Halilintar."

"Iya Kak! Jangan bohong lagi! Kami bosen melihat kebohongan mu itu!"

"Baiklah jadi begini.... Beberapa bulan setelah kita mengunjungi sel tahanan Kagami aku mulai mendapatkan pesan misterius di kampus. Lalu setelah pesan itu ku terima, pesan lain mulai berdatangan lewat wa."

"Pesan itu selalu saja mengisyaratkan tentang kejadian 8 tahun yang lalu. Dia bilang bahwa kematian Raya karna kegagalan ku. Itu fakta untuk peneror pertama."

"Whait, peneror pertama? Jadi kamu di teros berapa orang emangnya?"

"Dua Pa. Nah buat peneror yang kedua ini aku gak tau pasti notif nya apa, tapi kayak nya dia sengaja menjadikan peneror pertama sebagai kambing hitam, seolah–olah kematian Kagami bahkan yang menaruh kepala Kagami dikamar ku itu adalah ulah peneror pertama, aslinya itu ulah peneror kedua."

"Sepertinya peneror kedua itu adalah seseorang yang benci sama aku, maybe dimasalalu aku barang kali, soalnya aku sama sekali tidak terlalu berteman dengan banyak orang."

"Oke, Papa paham lalu bagaimana kejadian yang dimaksud Pak Yowok waktu itu?"

"Itu... Adalah kejadian dimana kepala Kagami tergeletak dikamar ku disebuah kardus. Kondisi kepala itu sudah tidak ada lagi kulitnya, bola matanya sengaja di congkel, mulut di robek rambutnya yang penuh dengan darah, telinga nya yang hilang separuh dan darah yang menggenangi kotak itu."

"Oke. Sekarang pertanyaan Papa kenapa kamu tidak mau jujur soal ini kekami? Kenapa Halilintar kenapa?" Tanya Marcel.

"Aku gak mau bikin Mama sama Papa khawatir sama aku. Aku gak mau menanggung beban kalian. Karna menurut aku kedua peneror itu cuman mengertak saja, tidak lebih."

"Selagi belum kelewatan batas aku bisa mengatasi itu semua sendirian."

"Tetep saja kamu harus memberitahukan hal itu kepada kami Halilintar! Kecil besarnya masalalu kamu, itu juga masalah kami!"

"Mama tidak mau kamu kenapa–kenapa bahkan terluka lagi, Mama gak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Kamu anak Mama, Mama gak bakalan mau kehilangan salah satu dari kalian." Mauuren menangis, seraya menarik Halilintar kedalam peluknya.

"Jangan bertindak bodoh seperti itu lagi Halilintar, Mama tidak mau kehilangan kamu. Kamu ini memang bandel ya!" Mauuren berujar ketus lalu pergi begitu saja meninggalkan Halilintar, Marcel dan keenam Boel.

"Ma--maaf Ma, aku gak bakalan ulangin lagi," Halilintar menatap kepergian Mamanya, nah lho ngambek sudah Mauuren.

"Mampus kau Halilintar Mama mu itu kaloh udah ngambek bakalan susah dibujuknya. Semoga berhasil ya Nak, Papa bantu doa disini!" Ejek Marcel.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang