50. Nyawa Dibalas Dengan Nyawa

303 26 7
                                    

Flashback kematian Kagami, On.

Malam yang gelap dan sunyi, seorang tahanan bernomor 44 tengah termenung didalam sel penjara nya.

Ada raut keputusasaan, sedih, menyesal dan juga nafas gusar yang selalu keluar dari hidung pesek miliknya.

Laki–laki itu mengacak–acak rambutnya pusing. “Akh sial.... Seharusnya aku tidak melakukan itu dulu.....”

“Aku terlalu ceroboh. Aku terlalu pendek akal pada saat itu. Bahkan aku melibatkan seorang bocah 1 SMP yang tidak tau apa–apa kedalam masalah ini.”

“Oh ya tuhan..... Apa kira–kira orang tua ku bahkan adikku juga menanggung dosa yang ku perbuat sebelumnya?”

“Akh sial kau memang tidak berguna Kagami...... Huh, maafkan aku Ibu, Ayah, Adek..... Aku terlalu ceroboh maaf.....”

“Tuhan apakah kesalahan ku sefatal itu? Apakah kesalahan ku masih bisa diperbaiki? Tuhan..... Aku tau, aku adalah seorang pendosa hebat, tapi izinkan aku untuk kembali lagi ke jalan mu. Ke ridho mu ya Allah....”

“Ampuni hamba ya tuhan hamba terlalu terlena didunia..... Bahkan hamba melupakan tugas hamba sebagai seorang muslim.” Racau nya tidak jelas.

Hening melanda. Didalam penjara itu Kagami terus–menerus memikirkan sesuatu.

Apa aku harus sholat? Apa tidak papa? Ah.... Aku ragu, batinnya.

Tidak, tidak apa yang ku pikirkan? Tentu aku harus sholat, karna mau bagaimana pun kesalahan para hamba nya, Allah pasti akan menghampuni nya, ini belum terlambat buat ku bertobat.

Bahkan jika aku mati dalam sujud mu ya Allah hamba juga tidak papa setidaknya..... Aku sudah berusaha untuk taubat, batin Kagami.

Kagami bangkit dari duduknya, dia mengambil sebuah koran bekas lalu meletakkan nya di bawah lantai, tak lupa juga dia melakukan tayamum.

“Subhanallah wabihamdi.... Subhanallah wabihamdi.... Subhanallah wabihamdi....” Kagami melantunkan ayat–ayat sujud terakhir nya. Laki–laki itu sengaja melamakan sujudnya, agar dia bisa berdoa sejenak kepada Allah.

Dia juga menangis dalam sujudnya.

Ya Tuhan..... Ampunilah dosa hamba, hamba tau hamba selama ini bersalah, seharusnya hamba tidak perlu melakukan itu dan hamba mohon...... Jangan siksa lagi orang tua hamba disana ya Allah, hamba lah yang seharusnya engkau siksa, bukannya mereka.

Mereka tidak tau apapun tentang ini ya tuhan....., Batin Kagami.

Jleb!

Jleb!

Jleb!

Bruk!

Kagami, pria itu ambruk dengan posisi tengkurap saat seseorang baru saja menusuk nya sebanyak tiga kali di arah pinggang kanan, pinggang kiri, dan punggungnya.

Darah mulai merembes keluar dari bekas tusukan itu, dengan pisau yang masih tertancap indah didalamnya.

Kagami meringis. “Akh.... Si--ap--a ka---u?” Katanya menahan rasa sakit.

Sang pria bertopeng hitam tersenyum smrik dibalik topengnya. “Oh ayolah, jangan pura–pura bodoh, apa anda melupakan ku secepat itu?”

“Si--ap--a ka---u? Ak--u tid--ak men--genal mu! Da--n ke--na--pa ka---u me--nusuku ar--gh!”

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang