29. Operasi Fase Dua LKA?

1K 87 10
                                    

HAPPY READER'S

SELAMAT MENIKMATI <3

****

"Dia, siapa sebenarnya?" Cowok itu bergumam pelan. Ia masih memikirkan surat misterius dari seseorang waktu itu.

"Kaloh Mama, gak mungkin, apalagi Papa. Terus kaloh mereka bereenam gak mungkin lah, secara aja ini tulisan nya rapi bener, kek tulisan cewek."

"Baku, itu nama panggilan gue dari dia? Terus kaloh iya berarti Gerius itu bukan nama dia dong? Itu kayak nama panggilan juga,"

"Tapi yang jadi pertanyaan nya, apa gue kenal sama dia? Gue pernah ketemu atau akrab sama orang lain selain mereka?"

Halilintar memijit kepalanya pusing, ia seperti sedang diteror saja oleh seseorang yang sama sekali tidak ia kenali. Sudah beberapa hari semenjak kejadian itu, Halilintar selalu saja memikirkan siapa orang asing misterius yang di maksud didalam surat itu.

"Ira, gue kangen sama lo,"

.
.
.

"Temui, enggak, temui enggak ya?"

"Kaloh gue temui berarti gengsi gue sebagai cewek pudar gitu aja dong? Demi tuh cowok batu,"

"Tapi kaloh gak gue temui malah entar dia–nya yang kenapa–kenapa lagi,"

"Argh!" Cewek itu lantas mengacak–acak rambut panjang nya yang digerai bebas. "Gue bisa dianggep gak waras ngomel–ngomel mulu dikamar, sendiri lagi!" Rutuk gadis itu.

Tok!

Cewek itu lantas menoleh kearah ambang pintu. Ada seseorang diluar sana yang berdiri didepan kamarnya. "Sayang, Mama boleh masuk?" Tanya sang Mama lembut.

Cewek itu lantas tersentak kaget saat mendengar suara Mama nya disebrang sana. Kenapa Mama nya bisa sampai di kamarnya?

Ah, bukan, maksud cewek itu, apa karna teriakan membahanannya tadi? Namun ia rasa, suaranya di atas labil rata–rata pada umumnya.

"Bo--boleh, kok, Ma. Masuk aja, gak dikunci," Jawab cewek itu tampak gugup karna kebingungan.

Ceklek.

"Mama, ngapain dateng ke kamar aku? Apa karna suara teriakan aku tadi?"

Sang Mama tersenyum dan lantas berjalan ke arah anak sematawayanya itu.

"Itu bisa jadi alasan kedua Mama kesini sayang." Kata sang Mama, gadis itu menautkan satu alisnya bingung.

Alasan kedua? Jika begitu apa alasan pertama Mama nya datang kesini, dong?

"Maksud, Mama?" Sementara sang Wanita paru bayah itu, tersenyum. Ia sudah memprediksikan ini semua akan terjadi.

"Kamu, bisa nemuin Halilintar setelah dirinya, melakukan operasi besok jam 10.23 PM." Sementara mata sang cewek berdarah Indonesia–Korea itu lantas membola dengan sempurna.

"La--lah, kok bisa? Mama gak lagi bercanda kan, Ma?" Tanya gadis itu spontan tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang Halilintar yang keras kepalanya melebih batu itu, mampu menerima tawaran dengan sesingkat itu?

Habis di ruqyah sama Pak Ustadz apa ya? Sampai–sampai bisa langsung cap–cip–cup gas operasi aja.

Sang Mama menggeleng. "Nggak sayang. Ini semua terjadi karna Halilintar sendiri yang ngomong didepan Mama, sama Dokter Gojo tadi pas lagi ngecheck keadaan dia, siang tadi."

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang