16. Pulang

1.3K 117 36
                                    

꒰⑅Diantara Ambang Kematian Dan Kehidupan?꒱˖

Pagi hari ini sungguh membosankan, bagi Halilintar. Bagaimana tidak, dirinya yang tak hayal selalu saja mencium aroma obat–obatan yang sangat menyengat disetiap saat nya, dan bahkan itu akan berlanjut sampai ia sembuh nantinya.

Tak ada lagi aroma mentari pagi, tidak tercium lagi aroma pengharum ruangan bunga akasia.

"Lama–lama disini gue kayak orang sakit jiwa aja sumpah, pagi–pagi udah menggabut aja,"

"Mana disuruh makan oatmeal kayak muntahan kucing lagi, belum minum obatnya lagi. Heran gue, emang dengan minum obat ijo ini gue bakalan bisa sembuh gitu?" Tanya nya menggeluh pelan.

"Nggak boleh nyinyir Kakak ku sayang, udah kayak netizen aja lagi nyinyirin artis yang lagi selingkuh sumpah." Sahut Taufan.

"Tau nih Kak, makan aja apa sih susahnya? Lagian oatmeal sama obat nggak seburuk yang Kakak pikirin kok," Timbal Solar.

Kan yang ngerasain semuanya itu gue Lar! Dan bukannya lo!

"Udah deh, intinya Kakak makan sama minum aja yah disini, istirahat juga, dan jangan mikirin yang aneh–aneh oke?" Pinta Gempa.

Gue bukan Sopan yang otaknya mesum, masa iya cowok ganti baju diliatin sih?

"And, buat masalah tugas–tugas sekolahnya Kakak, biar kami aja yang ngurusinnya. Pokonya Kakak duduk manis aja disini ya! Kayak orangnya!"

"Hm, Iya, iya." Jawab Halilintar singkat lalu memakan oatmeal rasa brokoli coklat madu itu.

Yek! Ini mah mau nyuruh gue mati muda sama rasa oatmeal nya. Rasa kok aneh–aneh sih, ini gue yakin yang bikinnya pasti kurang waras. Komentar Halilintar.

"Ya udah kaloh gitu kami pergi dulu ya, Kakak! Bye, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

♪┌|@GantaraRey|┘♪

Ceklek.

Decitan pintu terdengar, saat beberapa remaja berpakaian putih abu–abu, lengkap dengan Jas Hitam nya membuka pintu dengan nuasan putih dengan ukiran kota–kota ditengah–tengah pintu tersebut.

Bukan six pack ya.

Sementara diluar ruangan sudah ada dua pria paru baya lengkap dengan Jas hitam formalnya, serta kaca mata hitam mereka, tengah berdiri dengan tegap didepan pintu.

"Pak Gepeng, dan Pak Penyok kami mohon kerja sama nya ya, buat jagain Kak Hali pas kami sekolah."

"Iya, Pak. Jangan sampai Kak Hali kabur atau ngelakuin hal yang aneh–aneh deh pokoknya."

"And, kaloh ada apa–apa sama Kak Hali, kalian bisa call kami atau Mama, sama Papa, understand?"

"Kami mengerti, Tuan muda. Sudah menjadi tugas kami untuk melindungi Tuan muda Halilintar." Jawab Penyok.

"Thanks, Mrs. Bodyguard." Kata Solar yang sudah tercandu–candu mencampurkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dinada bicaranya. Salahkan saja Guru mereka yang sering mengajari mereka berbicara seperti itu.

"Dimengerti, Tuan Solar." Kata Bodyguard itu seraya membukakan sedikit punggung nya.

Langkah kaki terdengar saat Keenam kembar itu tidak lagi melanjutkan percakapan sebentar mereka, hanya ada kesunyian diluar sana.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang