18. Kejadian Lama

1.2K 112 11
                                    

Flashback On.

Jakarta, 13 Maret 2005.

Flashback sekitar 17 tahun yang lalu..

Dua pasang Pasutri tengah berbahagia saat ini, karna tepatnya di pagi hari ini, tepatnya pada pukul 04.32 dini hari tadi, Sang Istri Mauuren Ketlovly Madison yang baru saja melahirkan bayi yang sudah selama 9 bulan ia kandung.

Kak?” Panggil seorang wanita yang sekarang tengah bersandar di dinding ranjang nya, seraya menatap lurus ketujuh ranjang mini kecil yang diisi oleh ketujuh Putranya.

Hm? Ada apa?” Tanya sang Suami menautkan satu alisnya heran.

Ini perasaan aku aja, atau emang dari tadi Halilintar nggak bergerak sama sekali ya? Kamu coba liat aja, sendiri.” Kata Mauuren cemas.

Marcel mengangkat satu alisnya, lantaran bingung, dan kembali berjalan menuju keranjang baby sulung nya.

Memang anak sulungnya itu memang tidak menunjukkan gerak–gerik sama sekali, tidak seperti saudara–saudara nya yang lain.

Misalnya, Taufan yang tengah ceria dengan menampakkan mulutnya yang ompong, lalu Gempa yang masih tersenyum manis, Blaze yang dari tadi tidak bisa diam dan terus–menerus wajah adik bungsunya.

Ice yang terlihat menahan kantuknya, lalu Thorn yang selalu mengoceh dengan bahasa bayi nya, dan yang terakhir Solar terlihat menggemaskan dengan memasukan 5 jarinya kedalam mulutnya tanpa menghiraukan sang Kakak yang sedari tadi usil menendang–nendang pipi nya.

Dan Halilintar yang hanya diam, dan menutup matanya sedari tadi, tak hayal membuat rasa khawatir berkecambuk muncul dihati Mauuren.

Tenang Ren, Halilintar cuman tidur kok, dia nggak kenapa–kenapa kok, jangan khawatir ya.” Kata Marcel seraya menggendong Baby Halilintar, dan berjalan menuju Mauuren.

Menerima baik Halilintar kecil kedalam pelukannya, selepas Marcel memberikan Halilintar kepada dirinya.

Mauuren memerhatikan mimik pucat wajah sang anak, badan anaknya dingin, berbeda dengan keenam anaknya yang lain, selepas itu dirinya mencoba memberanikan diri untuk memeriksa denyut nadi anaknya.

Dan bum!

Mauuren terasa mati ditempat saat tak dapat merasakan detak jantung Halilintar, bahkan nadi Halilintar pun tidak berdenyut sama sekali. Helaian nafas kecil nya tak dapat dirasakan keluar dari hidung mancung mungil itu.

K--kak, in-ini ng--gak be--ner kan?!” Tanya Mauuren cemas, ia meremas satu tangan Suaminya. Air matanya jatuh mengenai wajah anaknya.

Hey, Auuren jangan nangis dulu ya, Halilintar kenapa memangnya? Kan sudah Kakak bilang tadi, Kaloh Halilintar itu–

Meninggal dunia Kak! Halilintar sudah meninggal dunia Kak! Detak jantung nya, nadi nya, bahkan helaian nafas nya nggak ada sama sekali,

Pantesan aja Halilintar beda sama yang lain, ternyata karna ini? Kak ini mimpi kan? Anak kita nggak mungkin meninggal kan? Kak! Ayo jawab aku jangan diem aja!” Kata Mauuren menahan isak tangis yang hendak keluar.

Marcel dengan cepat memeriksa sang anak, dan memang benar saja apa yang dikatakan oleh Istri nya tadi. Halilintar bukan tidur, melainkan meninggal dunia.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang