09. Tetesan Darah

1.6K 135 42
                                    

Setapak demi setapak langkah kaki mereka semua berjalan menuju kearah rumah kediaman milik Marcel dan Mauuren.

Canda dan tawa selalu mengiringi perjalanan mereka, gurauan dari Gentar, mau pun Blaze selalu saja mereka dapatkan.

Dan lucunya, Petir dan Voltra mulai terbawa suasana yang mengakibatkan mereka malah ikut–ikutan bercanda. Terkecuali Halilintar yang hanya diam sedari tadi.

Dan tak terasa mereka berjalan kurang lebih 30 menitan, mereka sudah kembali lagi diperkarangan rumah kediaman milik Marcel, dan Mauuren.

Kret!

Suara pintu rumah dibuka oleh Daun, mengucapakan salam sebelum memasuki area ruang tamu mereka. "Assalamualaikum Mama, Papa, Om, Tante kami pulang!" Ucap mereka semua. Terkecuali Halilintar yang hanya mengucapkan salamnya saja.

"Waalaikumsalam, kalian ini dari mana aja sih? Bikin kami khawatir aja tau, mana pergi nggak bilang–bilang lagi." Tanya Naomi khawatir.

"Eum, Itu.." Petir mulai angkat suara, namun tiba–tiba saja Gamma langsung memotong ucapan Petir, dengan menatapnya dengan tatapan yang mengandung code.

"Hehe, anu Tante tadi Kak Petir mau ngeliat sekeliling kompleks aja katanya, tadi kami juga mau izin sama kalian eh kami nggak nemuin kalian dimana–mana, jadi nya kami langsung pergi aja dan nggak bilang–bilang lagi sama kalian semua." Jelas Gamma.

"Maaf yah? Udah bikin Mama, Papa, Om sama Tante khawatir," Ucap Kristal merasa bersalah.

"Nggak papa kok sayang, selagi kalian masih dalam keadaan baik–baik saja sudah cukup lega untuk kami, lain kali jangan diulangi lagi yah?" Pinta Aldara seraya mengelus pipi Kristal lembut.

"Iya Ma, janji deh nggak bakalan diulangi lagi!" Kata mereka semua bersamaan.

"Yah udah, mandi gih sana lalu makan malam. Dan kami juga mau mengatakan sesuatu sama kalian semua,"

"Mengatakan sesuatu? Apa itu Tante?"

"Ada deh, nanti kalian semua bakalan tau kaloh udah dimeja makan nanti, ya." Kata Mauuren seraya tersenyum hangat.

Sementara mereka semua memandangi heran pada orang tua mereka masing–masing, kenapa orang tua mereka senyam–senyum sendiri? Tidak mungkin kan kaloh mereka tadi malam habis melakukan ...

Hohohihe? Terus mereka yang nggak dirumah itu tadi, jangan–jangan kerumah sakit lagi? Dan pas disana tau nya .. Mama mereka tengah mengandung adik baru mereka lagi jangan–jangan?!

Kaloh iya, itu benar–benar mimpi buruk sepertinya. Bukannya mereka tidak mau mendapatkan saudara baru lagi, hanya saja mereka takut jika nantinya disaat adik baru mereka lahir,

Mereka tidak disayangi lagi oleh kedua orang tua mereka, dengan alasan 'Udh besar lohh, nggak boleh iri sama adek kalian.'

"Hm? Oke." Ucap mereka ragu. Lantas 27 pemuda itu berjalan menaiki anak tangga, guna sampai dikamar mereka masing-masing yang terletak dilantai 2.

Sementara dibawah sana, para orang tua mereka sibuk mendiskusikan hal yang akan mereka sampaikan nantinya ke anak-anak mereka.

"Kalian yakin dengan keputusan kalian itu?"

"Yakin kok Ren, lagian rumah lama kami juga sayang kaloh nggak ditempati."

"Ya udah, kaloh gitu mau kalian kami bisa apa. Tapi yang terpenting kaloh kalian butuh apa-apa datang lah kesini, pintu rumah ini selalu terbuka untuk kalian."

"Baiklah, kami bakalan sering–sering kesini nantinya kok kaloh ada waktu luang."

Beralih ke kamar Halilintar.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang