36. Perkara Sixpack

740 61 18
                                    

VOTEE DULU BARU BACA✓
KOMEN DI PERTENGAHAN JALAN YA✓
SUKA SAMA KARYA DARI AKUN INI? FOLLOW AKUNNYA! ✓

°°°°°

"Buset, dah tuh bocah aktif bener anjir,"

"Iya nih, gue aja capek dari tadi ngejer–ngejer tuh bocil,"

"Main sama dia berasa main sama malaikat mau anjir, untung cuman 5 hari doang."

"Ya tapi, gue lebih kasihan lagi sama Tante Mau,"

"Kenapa kasihan sama nyokap gue?"

"Ya kan nyokap lo yang udah ngerawat sih Kunti Bogel itu dari bayi sampe 13 tahun lamanya, tahan bener dah Tante Mau ngerawat bocil super aktif kayak Halilintar,"

"Mana yang dirawat bukan cuman satu lagi," Kekeh Petir, cowok itu juga merasa kelelahan akibat mengejar–ejar Halilintar tadi.

Main yang dimaksud sama mereka itu, artinya Halilintar bocil ekstrim. Masa iya, dia mau ngajak main lompat–lompatan, tapi lompat nya dari atas balkon?

Terus juga, katanya mau main perang–perangan. Alat yang digunain sama tuh bocah bukannya bantal, guling atau selimut, atau bisa juga pendang mainan, eh ini malah gunain pisau dapur.

Gimana gak strees coba mereka? Tapi itu belum seberapa, dari acara makan tadi. Sih Kunti Bogel kan tadinya tuh laper, tau apa yang dia minta?

Ayam hidup–hidup, Oreo, Ice Cream, dan buat minumannya itu.... Darah ayam. Ngeri pisan euyy.

"Gak mungkin lah Mama capek ngurusin kita, lagian dia sendiri yang bertarung nyawa buat ngelahirin kita."

"Dan juga katanya, seorang Ibu itu tidak akan pernah menyerah untuk menghadapi sikap anak nya yang aneh," Ujar Taufan, cowok itu tengah memakan camilan yang berada di meja pantry.

"Iya sih, lo–"

BRUKK!

"UWAAAAAA MAAMM, PAAP!"

"Anjir belum juga sampe 5 menit kita duduk, udah bangun aja tuh Kunti Bogel,"

"Tau nih, capek gue ngeladenin dia sumpah,"

"Sekarang apaan lagi Tuhan yang dibuat oleh tuh Kunti Bogel?" Ringis Solar.

"Ye ini semua juga kan gara–gara elu bego! Lagian sih kenapa coba lo ngeubah Halilintar jadi balita 2 tahun, ken–"

"Gue gabut,"

"Tapi–"

"Bisa berhenti gak? Kita harus liat Kak Ai secepatnya, entar yang ada dia kenapa–kenapa lagi," Kata Gempa menatap tajam ke arah mereka berdua.

.
.
.

Ceklek.

"Hiks..hiks.. huaaa! Mam, Pap hiks..hiks.."

"Loh, Kak, Kakak kenapa nangis, hm?" Tanya Gempa yang baru saja duduk disamping Halilintar, seraya mengelus surai kecoklatan milik Kakaknya itu.

"Bubuu!" Halilintar merengek kecil, bocah itu merangkak menghampiri Gempa yang tengah duduk pada bibir ranjang king size.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang