10. Kilas Memory Lama?

1.5K 130 10
                                    

Selepas makan malam telah usai dilakukan, semua orang berkumpul diruang tamu. Terkecuali Halilintar yang katanya sudah mengantuk tadi.

"Apa kalian percaya kaloh Hali udah ngantuk dijam segini?" Tanya Cahaya seraya melirik jam dinding yang baru saja menunjukkan pukul 19.34 AM.

"Nggak deh kayaknya, pasti tuh bocah masih melamun sendirian sekarang ini kamarnya." Sahut Petir.

"Melamun, ngapain?" Tanya Taufan penasaran.

"Nggak tau, orang udah dari dulu sih Hali kayak gitu, dia bakalan tidur kaloh memang dia udh ngantuk berat banget,"

"Gimana kaloh kita kekamarnya aja sekarang? Sekalian kalian bereenam bisa modus kan sama dia?" Lanjut Voltra.

"Ide yang bagus! Ayo kaloh gitu kita kekamarnya Kak Hali sekarang juga!" Semangat Blaze.

"Skuy!" Seru mereka semua, membalas ucapan Blaze.

Mereka bangkit dari acara duduk mereka, berjalan menuju kamar Halilintar. And yang nanya kemana para orang tua mereka, mereka lagi sibuk membereskan barang–barang mereka untuk besok, dan sisanya tengah mencuci piring didapur.

Beralih kedalam kamar Halilintar sendiri.

"Huff, sial kenapa sih bawaan nya pengen muntah mulu dari tadi?" Gumamnya kesal dengan tubuhnya yang memaksanya untuk mengeluarkan seutas cairan merah pekat.

"Mending mimisan aja kaloh disuruh muntah kayak gini, lagian bersihin muntah itu ribet sih, nggak kayak ngebersihin mimisan." Kata Halilintar mendumbel sebal.

Tapi mengapa dirinya bilang tadi sore 'mending sekalian keluar banyak, kan?' Dan sekarang disaat tubuhnya ingin mengeluarkan lebih banyak cairan merah pekat dari dalam tubuhnya.

Kenapa Halilintar merasa kesal sendiri? Dan memilih untuk mimisan saja? Ketimbang muntah darah. Seperti nya anak satu ini banyak tingkah nya yah.

"Gue rasa gue harus berterima kasih dengan Tuhan, karna telah memberikan gue pendek umur." Katanya datar.

Tok!

"Hali, lo ada didalam kan?" Tanya seseorang dari balik pintu kayu tersebut.

Halilintar lantas menoleh kearah pintu kamarnya, Bego, mau sampai kapan sih kalian berharap dengan gue? Kaloh ujung–ujungnya gue cuman ngasih harapan palsu kekalian semua aja?

"Lin, buka pintunya. Gue tau lo belum tidur kan? Cuman pura–pura tidur aja kan?" Tanya Petir.

Halilintar dengan langkah seribu kemalasannya pun langsung berdiri dan membuka pintu kamarnya.

Ceklek.

"Ngapain kalian kesini?" Tanya Halilintar seraya menyembulkan kepalanya dari daun pintu kamarnya.

"Lo ngapain sendirian dikamar hm? Gue tau kok lo belum ngantuk kan? Lo cu–"

"Nggak usah sok tau tentang gue," Potong Halilintar.

"Dihh, siapa yang sok tau? Orang itu kenyataan lohh." Senyum miring mengembang di bibir Voltra.

"Terserah. Ngapain kalian kesini?" Tanyanya langsung pada inti permasalahan mereka saja.

"Keruang tamu yuk Kak, ngumpul sama kami." Jelas Thorn.

"Bukannya gue udah bilang tadi, kaloh misalnya gue sudah terlalu ngantuk untuk berkumpul bersama kalian diruang tamu?" Ujar Halilintar.

"Bukannya jam tidur lo biasanya itu jam 22.00 hm?" Sangkal Voltra.

"Terserah, la–"

"Anak–anak, kenapa kalian masih disini? Ayo bereskan barang–barang kalian buat besok," Ucap seseorang yang memotong ucapan Halilintar.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang