39. Anonymous

590 45 4
                                    

"Gimana, dapet?"

"Dapet. Orang yang bunuh Raya 8 tahun yang lalu itu adalah Halilintar Calvino Zirgan. Usia 21 tahun. Menjenjang fakultas kedokteran di Universitas Vaganza." Jelas temannya yang ternyata seorang hacker.

"Brengsek, dia dengan bisa–bisanya masih bisa hidup bahagia kayak gitu? Ingin mencapai impian dia jadi Dokter? Sedangkan Raya sahabat kecil gue harus mati diusia yang masih belia dengan impian yang tidak akan pernah terwujudkan," Cowok berusia 18 tahun itu mengepal erat kedua tangannya.

"Kenapa lo bisa sebenci itu sama dia sih? Bukannya dia–"

"Diem! Bagi gue dia tetep salah! Gara–gara dia, Om Arsenal mati karna kecelakaan! Tante Viska juga depresi dan sekarang jadi gila gara–gara dia!" Geram laki–laki itu.

"Vel, gue tau lo marah. Gue tau lo masih gak terima atas kematian cinta pertama lo itu, tapi lo juga gak bisa lakuin apapun disaat kejadian itu kan?"

"Lagian, yang namanya ajal juga kita gak bakalan tau. Lo gak seharusnya sedendam itu sama tuh orang, niat dia–"

"Berisik lo! Kenapa jadi elo yang ngebelain Halilintar, udah dicuci otak lo sama dia?"

Alzeiga berdiri dari acara duduknya. "Serah lo lah capek gue harus ikut campur masalah lo terus,"

"Kaloh emang lo masih mau bales dendam sama dia, ya silahkan. Gue gak maksa lo buat berhenti,"

"Tapi satu hal yang harus lo inget, Vel. Setiap perbuatan pasti ada pertanggungjawaban dan hasil yang bakal lo tuai dari sana,"

"Gue pamit." Setelahnya, Alzeiga pergi begitu saja meninggalkan dirinya sendiri disana.

Cowok itu terdiam menahan kesal. "Raya, kamu tenang aja ya? Nanti aku bakalan balesin dendam kamu ke semua orang yang pernah jahat sama kamu, termasuk sama sih, Kagami Hiroshima itu,"

.
.
.

"Lho Lin, udah masuk aja lo?" Celetuk salah satu anak kampus saat melihat Halilintar yang berjalan memasuki lobby kampus Vaganza.

"Emang kenapa kaloh gue masuk kuliah hari ini? Kan emang ini hari ada matkul," Tanyanya.

"Bukan gitu. Cuman maksud gue tuh, lo udah sembuh dari sakit lo?"

"Sakit?" Beo Halilintar membuat orang itu mengangguk.

"Iya, kata Solar lo 5 hari yang lalu gak dateng ke kampus karna lagi sakit, iya?"

Halilintar terdiam. Memandangi datar saat mendengar pertanyaan salah satu teman kampusnya itu.

Kurang ajar tuh anak, pakek ngomongin gue sakit lagi, padahal dia kan yang buat gue jadi balita selama 5 hari lamanya.

"Iya, gue sakit waktu itu. Udah dulu ya gue mau–"

"Bentar dulu," Cegah Agara.

"Kenapa lagi sih, Ga?"

"Gue tadi dapet surat katanya sih buat lo,"

"Dari siapa anjir? Gue gak buat salah apapun perasaan,"

Agara mengedikkan bahunya tak tahu. "Fans lo kali, kan lo cukup famous dikampus ini,"

"Ya udah kaloh gitu gue duluan ya!" Kata Agara lalu diangguki oleh Halilintar.

Sementara itu, Halilintar memilih berjalan memasuki ruangan kelasnya yang masih kosong.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang