33. Menerima Bukan Berarti Memaafkan

596 61 36
                                    

PARA CIALI UDAH PADA SIAP BACA BAB 3 S2 WASH?

KALOH UDAH, SKUY LAH LANGSUNG SCROLL AJA SAMPE HABIS BABNYA, YA!

SEPERTI BIASA SEBELUMNYA, BINTANG DAN KOMEN KAMU JANGAN LUPA DISINI, BIAR MAKIN TAU, GIMANA KEHIDUPAN AI SETELAH 2022.

-----

"Taman Anggrek?" Halilintar menautkan satu alisnya bingung saat mobil milik Marcel berhenti disini.

"Ngapain kita kesini, Pa?" Tanya Halilintar seraya menunjuk tempat yang hanya dilalu–lalangkan oleh beberapa orang saja. Sisanya mungkin masih berbalut selimut dirumah mereka.

Marcel tersenyum tipis. "Jalan–jalan sekeluarga lah, kita kan jarang kayak gini, kamu sama adek–adek kamu kan sibuk sama kuliah kalian, kaloh Papa sibuk kerja jadi ya .. mumpung ada waktu luang, jadi Papa ajakin kalian kesini, mumpung juga kalian lagi libur semester, kan?"

"Emang nya kamu gak suka liburan, atau kamu mau ketempat lain?" Tanya Marcel saat melihat raut wajah Halilintar yang hanya memandangi datar taman itu.

"Kak Ai gak suka taman Anggrek? Ih masa sih, kayak bukan Kak Ai deh. Asal Papa tau ya, setiap pulang sekolah dulu Kak Ai selalu dateng ketempat ini,"

"Dia suka banget sama taman ini. Kata nya, tempat ini punya kenyamanan tersendiri. Dia juga bilang kaloh duduk di bangku taman yang disana itu, terus mejemin mata kayak ada sensasi yang beda aja gitu, jadi dia betah banget disini, apalagi kaloh udah baca buku,"

"Beh, udah gak inget rumah lagi! Itu lah alasayn kenapa Kak Ai selalu pulang telat dulu, Ma." Blaze bercerita dengan panjang lebar, tanpa lelah.

"Oh ya?" Kata Mauuren, membuat Blaze mengangguk antusias.

Sedangkan, Halilintar hanya memandangi datar kearah Blaze yang antusias. Namun seketika digantikan oleh wajah sendunya. Dan ditaman ini jugalah tempat buat gue selalu mengadu, mengeluh pada angin, Tuhan dan waktu yang hanya bisa mendengarnya. Banyak luka dan momen bahagia yang gue ceritakan disini, tapi ... Dari sekian banyaknya momen bahagia di hidup gue, luka itu lebih membekas dipikiran gue,

Dan disini juga, tempat gue ketemu sama lo Rezer, Yanvaro.

"Ya udah kaloh gitu, yuk kita duduk dan bermain disana, katanya kamu suka banget disini, iya kan, sayang?" Usul Marcel yang hanya mampu mendapatkan anggukan kecil dari Halilintar.

.
.
.

Dibawah pohon rindang, Halilintar duduk dengan mata yang terpejam, menikmati hebusan angin yang menerpa wajah nya.

Disisi kanannya ada Taufan sementara disisi kirinya ada Gempa yang sama–sama menatap langit cerah.

Ice? Bocah itu tengah asik bermain dengan kucing liar yang tak sengaja ia temui tadi. Lalu Thorn dan Blaze mereka sedang asik berlari–larian ditaman. Lalu Solar? Pemuda itu sibuk melakukan live streamingnya di akun Instagramnya.

"Ngelamun mulu, Kak. Mikirin apaan sih?" Taufan menyenggol perut Halilintar dengan sikunya, membuat pemuda itu tersentak membuka matanya dan menoleh ke arah adiknya.

"Jodoh gak usah dipikirin Kak, entar dateng sendiri. Atau Kakak lagi mikirin lulus atau enggaknya masuk tempat kerja impian, Kakak ya?" Gempa ikut menggoda Halilintar.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang