19. Mimpi Buruk

1.3K 106 18
                                    

Hari berlalu berganti hari. Kejadian lama berganti kejadian yang baru pula. Kini seorang remaja tengah tertidur dengan pulas nya selama sekitar 3 bulanan lebih.

Semenjak kejadian dimana sang Remaja mengalami yang namanya Mati Suri itu dirinya langsung melakukan tindakan operasi tidak lama dari kejadian tidak mengenakkan tersebut.

Operasi demi operasi dirinya jalanin, hingga sampailah ke operasi ketiganya, sekaligus operasi penutup dari Tiga Fase operasi yang ia jalankan.

Jarak antar satu fase ke fase yang lain juga tidak terlalu lama, paling cuman 1 bulan setengah setelah operasi pertama usai, akan dilakukan operasi kedua, begitu pula untuk operasi ketiganya.

"Kak, Kakak kapan bangunnya? Lama banget sih tidur nya, masih sakit ya badan Kakak?" Tanya satu–satunya orang yang berada diruangan itu.

Dia tersenyum tipis saat otaknya mulai memutar kejadian Mati Suri itu.

Flashback On.

Aku nggak sedang halusinasi Marcel Zirgan tadi tuh aku, benar–benar da–”

Ma--ma ... Pa--pa ... Ta--ufan ... Ge--mpa ... Bla--ze ... Ic--ce ... Tho--rn ... So--lar ... Ka--li--an? ...

Mereka menoleh kearah seseorang yang melantunkan kalimat penuh dengan nada lemah, nafas berat tersirat dalam kalimat tersebut.

Dia Halilintar seseorang yang mereka kira telah mati itu kini kembali hidup, menampilkan mimik wajah sayu nya, serta nafasnya yang kembang–kempis sedari awal.

Mencoba menunjukkan senyum tulus yang tersirat dengan kelemahan didalamnya, “Ha--Halilintar?” Mauuren membeku ditempat, ternyata yang tadi itu bukan halusinasi nya saja.

He--hey Ma, Sorry uda--dah bi-kin ka--lian kha--awatir ya?” Senyum tulus tak pernah luntur dari bibir pucatnya, tampak dua lesung pipit dibagian pipi chubby nya pun terlihat, sungguh manis.

Ja--gan nangis, Aku ma--masih hidup kok!” Ujar nya penuh dengan nada layaknya semangat 45 anak kecil.

Beneran kamu kan sayang? Mama nggak lagi mimpi kan?” Mauuren dengan senyum yang diiringi oleh air mata terharu pun menghampiri Halilintar, memeluknya erat.

Iya, ini aku. Anak Mama, Ini aku Halilintar Calvino Zirgan.” Halilintar mengelus pelan pucuk kepala Mauuren yang tertutupi dengan hijab berwarna baby blue itu.

Wanita belesteran Arab–Indonesia itu terlihat sangat cantik meskipun umurnya tak terbilang muda lagi, bahkan suaranya tak pernah berubah dari tahun ke tahun. Tetap lembut dan menenangkan seseorang yang mendengar nya.

Makasih, udah kembali sayang. Mama janji bakalan nepatin janji Mama kali ini,” Bagai alunan musik yang mengalun lembut ditelinga Halilintar saat Ibu nya melantunkan kata–kata dengan sangat lembut.

Aku pegang janji Mama,” Balas Halilintar dengan suara seraknya, mengangkat satu jari kelingking nya. Mengisyaratkan kepada Mauuren bahwa ia harus berjanji kepada dirinya.

Mama, Janji.” Jari lentik kelingking wanita itu telah berjanji dengan Halilintar. Senyum keduanya masih sama seperti tadi. Tak ada kata luntur.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang