34. Ulah Solar

716 66 8
                                    

WASH S2

"Semenjak kejadian kemarin malem, Kak Ai jadi lebih pendiem bener anjir,"

"Seakan–akan ada yang dia tutup–tutupi dari kita semua, tapi apa coba?"

"Dan.... Kalimat, dia yang waktu itu maksudnya gimana weh? Gue masih gak ngerti, sumpah."

"Menerima, bukan berarti memaafkan." Seseorang bergumam, memikirkan sesuatu makna dalam kalimat itu. Cowok yang tengah duduk dimeja belajar nya, dengan sebuah pena yang ia letakkan pada bibir semerah ceryy nya itu.

"Ck, percuma otak pinter tapi filosofi gini aja gue gak ngerti sumpah," Kata Cowok itu yang sekarang, tengah mengacak rambutnya frustasi.

"Ahaha, otak lo pinter?" Tanya salah satu remaja yang memang sedari tadi sibuk mendengarkan ocehan Adek nya itu.

"Maksud lo gue goblok gitu? Iya deh tau, sipaling pinter." Tekan remaja itu–Ice–kesal.

"Gak sih, lo cuman pinter tidur aja. Tapi herannya kenapa lo bisa tau apa yang sedang terjadi disekitar lo? Sedangkan ... Kerjaan lo selama ini, aja cuman ngebo. Aneh,"

"Itu artinya gue pinter dalam telepati, asu!"

🌻🏵️🌻🏵️

VAGANZA LABORATORIUM.

Laboratorium kampus Vaganza, sedang diisi oleh beberapa anak fakultas ilmiah saja. Tidak heran hanya beberapa saja, masalahnya ini sudah jam usainya para anak–anak kampus.

Sekitar ada 11 orang disana. 4 diantaranya masih memiliki hubungan darah.

Racikan demi racikan dimasukan dalam tabung kimia itu. Mengakibatkan beberapa reaksi kimia terjadi. Bahkan sesekali ada juga sedikit kepulan asap abu–abu yang keluar dari tabung kimia itu.

"See, kaloh gue denger–denger cerita elo sih, Le, gue jadi ngerasa ada yang lagi di tutup–tutupi dia dari kita semua." Sahut salah satu remaja yang tengah membaca beberapa buku kimia yang sempat ia pinjam di perpustakaan tadi.

"Salah satunya pasti itu. Tapi yang gue heran kenapa dari sekian lamanya, kenapa baru ditahun ini aja dia jadi aneh kayak gitu?"

"Frustasi, depresi, gak waras, maybe." Sahut seseorang seraya mengedikan bahunya acuh.

"Sembarang lo kaloh ngomong! Mana mungkin Kakak gue gila asu! Kaloh dia gila, kenapa dia bisa dapet peringkat satu tetap selama 12 semester ini, hah?!"

"Bercanda kali gue, lagian omongan gue masih aja dianggep serius dihari begini."

"Eh, tapi gimana sama serum yang lo buat itu? Udah jadi?" Lanjut cowok itu–Supra–balik bertanya.

Solar menoleh kepalanya. "Udah, tapi gue gak tau ini berhasil atau enggak. Mungkin pulang dari sini, gue bakalan suruh dia nyobain ramuan ini." Jelasnya.

"Caranya, gimana? Lo tau kan Vino itu paling susah banget kaloh disuruh ngelakuin hal–hal gila dari otak lo itu. Nolak mulu tuh anak," Sahut Cahaya yang sedari tadi duduk santai disalah satu kursi didekat meja laboratorium yang berisikan beberapa tabung kimia.

Solar tersenyum miring mendengarnya. "No, problem. Gampang sih kaloh sama gue, tinggal nunggu hasilnya aja," Kata cowok itu penuh dengan tanda tanya.

Sementara ketiga remaja lainnya hanya bisa saling pandang saat sama lain, lalu kembali bertanya. "Emangnya, lo udah dapetin penawar buat tuh ramuan gila lo?" Sahut Gamma.

We Are Sorry Halilintar | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang