44

2.7K 161 13
                                    

"Jauh-jauh ke Korea, ternyata makannya Cuma mie instan doang," komentar Aya saat melihat Anta menghidangkan dua porsi makanan berkuah mirip mi.

"Jangan salah. Ini bukan mie instan biasa tapi mie instan khas Korea dengan nama ramyeon," jelas Anta tak mau kalah, duduk berhadapan dengan Aya.

"Mau ramyeon kek, meon kek, yang namanya mi ya tetap mi."

"Gak usah banyak komen, makan aja yang ada. Atau malam ini mau kelaparan? Ingat kamu baru tiba ke Korea hari ini. Gak tahu seluk beluknya," perintah Anta.

Mau gak mau, Aya pun menuruti. Jujur ia memang lapar. Makanan di pesawat tadi tak cukup untuk tubuhnya yang mungil ini.

Mereka pun menikmati mi instan khas Korea tersebut dengan khusuk. Ramyeon, ya begitu orang Korea menyebutnya. Padahal dilihat dari segi mana pun juga orang awam bakal nyebutnya mi. Ya emang mi sih. Tapi ini khas Korea, yang bisa dihidangkan dengan berbagai topping seperti daun bawang, tofu sampai telur setengah matang.

Bagi pecinta drakor, pasti gak asing dengan makanan yang satu ini karena hampir semua drama korea menampilkan tokohnya sedang menikmati ramyeon. Pada umunya masyarakat Korea menikmatinya dengan kimchi. Ya sesuai dengan selera lah pokoknya.

"Sudah ada list tempat yang bakal kamu kunjungi salama di sini?" Anta usai melahap habis makanannya.

"Udah, mau Aya tunjukin?"

"Tidak usah," tolak Anta.

"Yee, emang Bapak tahu Aya mau kemana aja?"

"Diliat dari modelanmu, paling-paling tempat yang kamu kunjungi tidak jauh beda dengan latar drama-drama yang sering kamu tonton."

Aya menye-menye mendengar ucapan Anta yang sok tahu padahal bener. Tanpa menanggapi, ia melanjutkan acara makannya yang tertunda.

"Kamu makannya emang gitu?" Anta beralih topic membuat Aya yang memasukkan mi ke mulutnya tertunda.

"Maksudnya?"

"Lelet."

"Aya gak lelet, tapi mi-nya yang panas."

"Bilangnya lelet. Diliat dari segi mana pun emang lelet, gak liat makanan saya? Sudah tandas kan?"

"Itu mah Bapak aja yang rakus."

"APAA???" sontak Anta menggebrak meja sangking kagetnya mendengar perkataan Aya akan dirinya.

"Upss, sorry. Sengaja Aya nya." Aya menjawab acuh tak acuh.

Rahang Anta mengeras, tapi urung membalas Aya. Belum juga sehari ia bersama gadis ini di Korea tapi sudah membuat tensinya naik. Gimana kalau seminggu? Anta gak bisa membayanginya.

***

Sesuai pesan Anta, Aya langsung beristirahat. Sejak tadi, ia sudah tak sabar membuka jendela kamar, menikmati pemandangan Korea pada malam hari, tapi urung. Pemulihan tenaganya lebih penting, karena esok ada banyak tempat yang ingin Aya kunjungi bersama dosennya itu.

Belum lima menit ia memejamkan mata, notifikasi ponselnya membuat ia tersadar kembali. Secepat kilat ia membuka notifikasi tersebut.

Dosen Pak Setan:
Saya sudah sampai! Jangan begadang, langsung tidur!

Seketika Aya mencibir melihat pesan yang masuk.

Aya:
Saya udah tidur, Pak! Gak usah ngechat deh!

Dosen Pak Setan:
Kalo tidur kenapa balas chat saya?

Aya:
Itu karena bapak yang ngechat Aya duluan

Dosen Pak Setan:
TIDUR!

Aya membanting ponselnya di kasur, menyesal sudah membalas chat dari dosennya yang bersikap semena-mena. Langsung, ia menutup wajahnya dengan bantal. Kembali memaksa dirinya untuk tidur.

Ting!

Lagi, notifikasi ponsel Aya kembali berbunyi.

"Aduh, nih Pak Dosen gak nyadar apa, udah gak dibalas masih ada nge chat," gerutunya meraih kembali ponsel yang tergeletak di bawah kakinya.

Saat Aya membuka pesan tersebut, saat itu pula jantung Aya berdegup kencang.

Dion Dion:
Kamu udah sampai Korea, Ay? Jaga diri baik-baik ya! J

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang