54

3.3K 182 3
                                    

Seminggu menjelang pernikahan.

Suasana kantor terasa hening, sebagian besar penghuninya telah menikmati makan siang. Memberi asupan pada tubuh masing-masing agar tak kelelahan nantinya. Anta masih di kantornya saat itu, ia menatap lamat-lamat cincin pernikahan. Cincin yang sebentar lagi akan menemukan pemiliknya.

Inilah masalahnya. Dan akar dari segala permasalahan yang ada. Andai hatinya seperti yang Arya katakan, bahwa ia hanya mencintai satu orang di dunia ini, maka semua urusan akan selesai. Tapi, inilah hidup. Manusia diciptakan memiliki hawa nafsu, dan hawa nafsu itulah membuat ia semakin serakah.

Beberapa hari yang lalu, ia mendapat kabar dari Arya bahwa keadaan Aya baik-baik saja. Arya juga bilang bahwa gadis itu tak memiliki perasaan padanya, dan jika pun ada maka perasaan itu bukan ditujukan untuknya. Jujur sejak pertama bertemu setelah hampir enam bulan berjarak, ia amat khawatir dengan Aya. Namun, mendengar kabarnya. Sepertinya ia tak perlu berlebihan seperti itu.

Baiklah. Dengan begitu, ia bisa memantapkan hatinya pada Araya—gadis beruntung dicintai oleh Anta, dulu, kini, dan selamanya.

Bicara perihal Ara—gadis yang koma bertahun-tahun itu secara tiba-tiba sadar dari koma menjelang kesepakatan Anta pada pengurus perusahaan.

Ia masih ingat isi wasiat sang kakeknya, bahwa hanya Anta yang bisa menggatikan sang papi, namun itu pun jika Anta sudah menikah. Awalnya, Anta ingin memilih Aya, sepertinya gadis itu hanya oke-oke saja terlebih ia sudah memiliki perasaan pada gadis keras kepala itu. Namun seketika berubah haluan saat dering teleponnya mengabarkan bahwa Ara tiba-tiba sadar dari komanya, tepat saat ia mengisi nama calon istri Anta disurat perjanjian.

Itu sebuah keajaiban.

Dan keajaiban itu berlanjut seminggu kemudian. Sang papi juga ikut sadar.

Anta menghela napas kasar. Seharusnya cincin yang dipegangnya saat ini adalah milik Aya. Cincin yang ingin ia kasih menjelang hari kepulangan Aya ke Indonesia. Cincin yang sudah ia siapkan sejak lama. Cincin itu milik Aya, tapi cinta pertama selalu ada jalan untuk kembali.

Ya, cincin itu akan menjadi milik Ara.

***

Masih hari yang sama. Namun, lokasi yang berbeda.

Seminggu menjelang hari pernikahan Anta.

Aya masih berbagi tawa bersama teman-temannya. Mereka sedang berkumpul di sebuah kafe, dan bermain truth or dare berempat dengan Maudy, Clara, dan Dion. Ya akhirnya, cowok nyebelin itu ikut dalam pertemanan Aya. Meski Maudy dan Clara belum ikhlas, tapi tak masalah. Lumayan punya kacung. Begitu pikir mereka.

"Nah sekarang giliran lo, Ris," ucap Dion enteng begitu botol yang ia putar mengarah ke Aya.

"Lo pilih apa? Truth or dare?"

"Dari pada gua disuruh aneh-aneh, mending truth deh," pilih Aya.

"Oke, sehubung yang jadi korban sebelumnya adalah Clara. Maka silakan bertanya terlebih dahulu," ucap Dion mempersilakan.

Clara sendiri tadi memilih dare, hal tersebut membuat Aya jadi trauma. Bagimana tidak, Clara harus selfi dengan Bang Waiters, nyanyi lagu bahasa inggris yang amat dibencinya, terakhir dimake-upin sama Maudy. Sekarang tampangnya kayak ondel-ondel berkat MUA dadakan—Maudy.

"Diantara kita ini siapa yang paling baik?" tanya Clara.

"Semuanya kecuali Dion!" Aya mantap menjawab.

"Siapa yang lo temuin tiap hari tanpa absen?"

"Dion!"

"Kok Dion? Bukannya kita-kita?" Maudy protes.

"Ya gua juga baru tahu kalo ternyata Dion sekompleks sama gua!" sungut Dion.

"APAAAA!!!" keduanya tak percaya.

"Percaya gak percaya, kalian bedua harus percaya. Nah sekarang giliran gua yang nanya," Dion mengambil alih.

"Sebutin siapa orang yang paling lo benci dan tak ingin lo temuin di dunia ini, tapi bikin lo ketawa ketiwi?" Dion menaik-naikkan alisnya.

Dengan gampang Aya menjawab, "LO DION!!"

Clara dan Maudy terpingkal-pingkal dibuatnya melihat ekspresi Dion yang enggak enak banget.

"Hati-hati, Dik. Boleh jadi orang yang paling kamu benci dan ingin kamu lenyapkan adalah orang yang kamu butuhkan dan kamu harapkan." Kata-kata bapak-bapak samping meja mereka seketika mengenai ulu hati mereka berempat, yang membatu dibuatnya.

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang