Alarm berbunyi sangat nyering membuat penghuni kamar berkali-kali mematikannya serta menutup kepalanya dengan bantal. Namun lagi-lagi dalam beberapa menit usai jeda, alarm dari gawai segi empat berukuran enam inci itu kembali memperdengarkan bunyinya sampai-sampai si empu terpaksa bangkit dengan perawakan yang sangat berantakan.
Masih dengan rasa malas, ia meraih gawainya yang tersimpan manis di atas nakas. Memeriksa notifikasi serta waktu yang ditampilkan pada layar gawainya.
Sontak matanya membulat sempurna saat melihat layar gawainya menunjukkan angka—
"What? Serius? Udah jam segitu? OMG OMG, gua telat banget nih," kagetnya segera bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Tak lebih dari tiga menit, ia kembali keluar dan menuju lemari pakaian mencari kostum yang sesuai dengannya mood-nya hari ini. Usai memakai baju, ia memoles sedikit wajahnya dengan cream tak lupa pula lip serum ia poleskan pada bibirnya.
Begitu selesai, ia mengambil kumpulan kertas dengan tulisan tangan itu yang sudah dijilid rapi di meja belajarnya. Dimasukkan ke totebag sebelum melangkah meninggalkan kamarnya tergesa-gesa sampai-sampai untuk pamit ke bundanya pun hanya dengan berteriak tanpa sempat mencium punggung tangan beliau.
Sehubung karena waktu yang sudah mendesak, maka Aya memutuskan mengendarai OJOL dibanding menunggu sang sahabat menjemputnya.
Dalam perjalanan, tak henti-hentinya Aya merapalkan doa agar sebuah keajaiban terjadi hari ini. Entah dosennya yang itu lupa ingatan gara-gara kejedot pintu atau malah tiba-tiba hilang dari planet bumi. Bunyi dari gawainya yang berutun tak ia hiraukan sangking khusyuknya ia berdoa agar apa yang dia harapkan terkabulkan.
Sesampainya ia di kampus, ia segera turun dan memberikan uang kepada OJOL tersebut dan berlari. Namun harus terhenti sebab dipanggil sama tukang OJOL-nya.
"Apa?" tanya Aya.
"Kembaliannya, Neng. Uangnya kelebihan," ucap OJOL tersebut sembari menyerahkan kembaliannya."
"Udah, ambil aja itu." Aya melanjutkan langkahnya.
Baru beberapa langkah, namanya dipanggil lagi.
"Apa lagi sih?"
"Makasih ya, Neng."
"Hmmm," tanggap Aya malas dan berlari masuk ke gedung fakultasnya. Namun lagi-lagi harus terhenti, sebab Bang OJOL-nya meneriaki namanya—lagi.
Dengan muka dongkol, Aya kembali mendekati Bang Ojolnya. "Apa lagi sih, Bang? Gua buru-buru nih."
"Aduh, maaf banget ya, Neng. Tapi helmnya belum Eneng kembaliin," jawab Bang Ojol penuh rasa bersalah.
DUUAARRR!!!
Seketika Aya tersadar. Dengan malu ia membuka helmnya. "Aduh, maaf ya, Bang. Sumpah gak inget gua. Gara-gara keburu waktu nih." Usai Aya menyerahkan helm itu kepada Bang OJOL.
"Gak apa-apa kok, Neng."
"Sekali lagi maaf ya, Bang," ucapnya sekali lagi sebelum berlari memasuki gedung fakultasnya.
Perkara tadi benar-benar menguras waktunya, ia merutuki dirinya sendiri yang gak bisa bangun pagi gara-gara begadang mengerjakan tugas dari sang dosen. Hingga semua yang terjadi pagi itu berakhir pada kesalahan Pak Dosen yang terlalu kejam dalam memberi tugas.
Langkahnya semakin dipercepat saat melewati lorong-lorong kelas, ia sudah tidak ada niat untuk berlari karena itu membuatnya sesak napas.
Saat tiba di ruangan dosen, dengan cepat ia mendorong pintu masuk ruang Pak Anta. "Maaf, Pak. Aya telat setengah jam," ucap Aya lantang saat memasuki ruang Pak Anta.
Krik krik krik!
Tidak ada orang di sana.
Pun, tidak ada tumpukan kertas—tugas dari teman-temannya di sana juga.
Apa-apaan ini? Protesnya dalam hati.
Ia pun memutuskan untuk keluar dari ruangan Pak Anta usai menunggu beberapa menit.
"Ini gua yang kepagian atau gimana sih?" monolongnya.
"Gak mungkin dong gua kepagian, jelas-jelas udah setengah sebelas gini. Kecuali itu jam mati," ucapnya lagi saat melihat jam yang melekat di atas dinding ruang dosen.
Capek berpikir yang tidak-tidak hingga membuatnya pusing, ia memutuskan ke kantin untuk sarapan sekaligus makan siang.
Ia memilih meja paling pojok usai memesan makanan. Sambil menunggu pesanannya tiba, ia membuka gawainya.
Pertama kali yang ia lihat saat membuka layar kunci gawainya ialah nomor tak diketahui dengan panggilan tak terjawab yang begitu banyaknya, sebelas dua belas dengan rentenir yang garangnya minta ampun.
Aya mengabaikan itu. Paling penggemar rahasia. Pikirnya sambil beralih ke aplikasi chat.
Ada dua grup chat yang sengaja Aya beri pin, hingga keduanya tetap berada di posisi teratas meski ada banyak yang chat pribadi dirinya. Kedua grup tersebut tak lain dan tak bukan adalah grupnya bersama kedua sahabatnya serta grup Persatuan K-Pop Se-Indonesia. Grup kelas? Tidak termasuk grup penting bagi Aya, jadinya cuma ia bisukan dan sesekali buka itu pun bila ia tak sengaja.
Di antara kedua grup penting tersebut, yang paling menarik perhatian Aya ialah grup bersama kedua sahabatnya. Langsung saja ia buka dan berniat memberi tahu posisinya, sebab tadi sebelum berangkat tak sempat ia hubungi sahabatnya. Takutnya mereka mencari Aya di kampus.
Namun, belum juga Aya mengetik di kolom chat. Matanya langsung tertuju pada kedua spam chat sahabatnya yang isinya hampir sama. Membuat dirinya melotot dan jantungan.
"Info dari grup kelas, Pak Anta ngundurin jadwal pengumpulan tugasnya sampai minggu depan. Jadi, besok tugasnya gak dikumpul."
"WHAT???" pekiknya.
Ooo
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Pak Setan! || SELESAI
Teen Fiction[AWAS NGAKAK!!] [DISARANKAN TERLEBIH DAHULU MEMFOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA!] Berawal diciduk dosen mengagumi K-POP di kelas, Aya akhirnya mendapat hukuman menjadi asisten dosen selama satu semester. Siapa sangka yang awalnya cuma asisten dosen m...