56

5.5K 202 10
                                    

Hari yang dinanti pun telah tiba. Semua orang sibuk menyambut hari itu, memilih pakaian terbaik, make-up terbaik bagi perempuan, serta aksesoris terbaik.

Bukan hanya dari keluarga, tetapi hari teman dekat, rekan kerja, sampai tetangga ikut berbahagia.

Seperti Arya, sejak enam pagi tadi ia sudah meninggalkan rumah menuju kediama mempelai laki-laki. Amat antusias.

Aya pun demikian, hanya saja tidak sepagi kakaknya. Ia baru bangun pas pukul 7. Mandi jam 8, barulah ia siap-siap jam 9. Syukur akad nikahnya pukul 11, jadi ia tak perlu buru-buru.

"Kau yakin ingin datang Ay?" itu kata Arya dibalik telepon saat menghubunginya.

"Iyalah, Kak. Masa Aya bohong."

"Emang kamu gak apa-apa?"

"Lah? Emang Aya kenapa?" Aya malah balik bertanya.

Diseberang sana, sang kakak mengusap wajahnya kasar. Sulit sekali berbicara dengan Aya.

"Kakak masih ragu sama kamu kalo kamu gak punya rasa sama Anta."

Kini giliran Aya yang mengusap wajahnya kasar. "Ihh, kakak gak percayaan banget sih."

"Firasat saudara gak pernah gagal, Aya."

"Kali ini, firasat Kakak gagal total. Buktinya Aya baik-baik saja."

Sulit memang berdebat dengan seseorang yang tak mengerti cinta.

"Baiklah, tapi kamu datang jangan sendiri."

"Iya iya iya."

Sudah Aya duga, bahwa kakaknya akan seperti itu. padahal Aya sudah pastikan bahwa dirinya baik-baik saja, tapi tetap saja manusia robot itu tidak percaya. Beruntung ia sudah menghubungi Maudy dan Clara. Awalnya mereka terkejut jika mantan dosennya itu akan menikah, tapi seketika bahagia ketika diajak ke pernikahan tersebut. Lumayan cuci-cuci mata. Pikirnya.

Dion tidak diberitahu. Akan semakin ribet urusannya jika makhluk setengah waras itu diajak. Bisa-bisa mereka bertiga malu jika Dion diajak. Jadi demi jaga-jaga, lebih baik tidak diajak.

Mereka sampai bersamaan dengan dimulainya akad nikah. Beruntung Relhan melihatnya, jadi tak seperti orang dungu. Dan dugaan Aya salah, bukan Dion yang membuatnya malu, tapi kedua sahabatnya itu saat melihat Relhan.

Ah! Aya lupa, jika Relhan searing idol. Maka pecah sudah kepala Aya mendengar keduanya histeris melihat Relhan. Untungnya, keadaan cepat diatasi dan akad nikah pun kembali dilanjutkan.

Aya beserta dua sahabatnya duduk tak jauh dari tempat Anta mengucap ijab Kabul. Dapat ia lihat sang Kakak duduk tak jauh dari mempelai laki-laki. Sementara mempelai perempuan belum terlihat, mungkin nanti setelah ijab Kabul selesai.

Ngomong-ngomong, acara pernikahan Anta dan Ara dirayakan di Indonesia, karena sebagian besar keluarganya ada di sini. Banyak kolega papi Anta datang, juga dosen-dosen kampus yang Aya kenal.

Ijab Kabul sendiri dilakukan di masjid raya, depan rumah Anta. Jadi tadi, saat aya sampai langsung ke sana karena keburu dilihat sama Relhan. Andai tidak, mungkin ia sempat masuk ke rumah Anta.

"Mbak Aranya mana?" tanya Aya pada Relhan.

"Di rumah, ditemani sama ibu-ibu kolega Papi. Jadi sebenarnya Ara itu yatim piatu," jelas Relhan.

Aya ber-o dan mengangguk.

Tibalah waktu suara penghulu menikahkan Anta.

"Saudara Anta Sena bin Gunawan, saya nikahkan engkau dengan Araya binti Abdullah dengan mahar satu juta dinar Kuwait dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Araya binti Abdullah dengan mahar satu juta Kuwait dibayar tunai."

"Bagaimana saksi? SAH!"

Kompak para undangan mengucap SAH. Berakhir sudah masa lajang Pak Anta, resmi sudah menjadi suami dari Araya.

Tak lama kemudian, pengantin wanita datang dan duduk di dekat Anta.

Inilah yang Aya tak mengerti, saat wanita itu mencium tangan Anta entah mengapa rasanya seperti sesak napas. Dan air matanya luruh begitu saja.

"Kamu kenapa, Ay?" tanya Maudy melihat Aya menangis.

"Gak tahu, tiba-tiba Aya nangis. Mungkin terharu."

Maudy tidak menanggapi banyak karena terlalu bahagia melihat kedua pengantin.

***

Pada akhirnya, Aya pun tahu penyebab kenapa ia menangis dan merasa sesak saat melihat Ara mencium tangan Anta. Bukan karena terharu tetapi karena sedih bukan dirinya yang jadi Ara.

Selama ini ternyata semua spekulasinya salah. Itu Aya sadari saat kembali membuka buku Bodoh dalam Jatuh Cinta dan membaca bagian terakhir.

Ciri-ciri jatuh cinta ke-99: Jika dari 98 ciri-ciri jatuh cinta sebelumnya tak menggambarkan dirimu, boleh jadi engkau jatuh cinta dengan kepribadianmu yang sebenarnya. Banyak yang jatuh cinta berusaha untuk memperbaiki diri di depan pasangan agar terlihat menarik, padahal ia lupa bahwa hal-hal menarik itulah justru membuat diri tercekik.

Daarrr...

Seketika Aya tersadar.

Bahwa ia mencintai Anta Sena.

Dosen Jahannamnya yang baru saja menikah.

Dan semakin membuat Aya tersiksa saat tahu Anta juga memiliki rasa yang sama. Ia tahu email yang dikirim Relhan seminggu sebelum Anta menikah.

Aya tak sempat membacanya karena saat itu sedang main tare or dare bersama Maudy, Clara, dan Dion.

Sangat-sangat terlambat.

Hingga semalaman itu berhasil membuat Aya tergugu.

Tuhan, dari banyaknya rencana. Mengapa harus aku jatuh cinta pada orang yang membuatku terluka?

***

Dan malam itu juga, sebuah pesan masuk ke ponsel Aya.

Dion Dion:
Are you oke, Ay?

Sayang, Aya tak pernah membalasnya.

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang