51

3K 197 35
                                    

Sebulan kemudian, Aya akhirnya tahu penyebab Anta berhenti. Bukan dari gossip-gosip yang didengar, bukan pula dari spekulasinya sendiri. Tapi langsung dari orangnya—Anta Sena.

Lelaki itu sendiri yang menjelaskan secara rinci, saat pertemuan perdana mereka setelah hampir setengah tahun tak berjumpa.

"Maaf.."

"Maaf tak bisa mengantarmu pulang saat itu."

"Maaf, tak memberimu kabar saat itu hingga sampai saat ini."

Aya belum bersuara, masih menunggu penjelasan atas pertanyaan-pertanyaannya atas Anta saat ini.

"Kamu masih ingat kan apa yang saya bilang saat malam terakhir kamu di Korea?"

Aya mengangguk. Tentu saja ia ingat, bahkan sampai saat ini kalimat itu masih terekam jelas di pikiran Aya.

"Besok, jangan berangkat sebelum bertemu saya di bandara!"

Pada akhirnya, Aya berangkat jua sebelum bertemu dengan Anta karena lelaki itu sendiri yang mengingkarinya.

"Maaf karena saya harus mengingkarinya," Anta kembali mengulang maaf.

"Malam setelah saya antar kamu pulang, Papi saya dilarikan ke rumah sakit."

Aya tertegun.

Ia tak tahu masalah itu.

***

"Papi dimana?" tanya Anta entah pada siapa begitu sampai.

Di ruang tunggu terdapat Relhan yang memeluk sang Mami—menangis.

"Sedang ditangani dokter, malam ini Papi harus dipaksa operasi."

"Operasi?" Anta tak percaya dengan itu. "Kenapa bisa harus dioperasi?"

"Entahlah, Bang. Relhan juga tidak mengerti, dokter hanya bilang harus mengeluarkan darah beku di kepala Papi agar tak terjadi kebutaan.

Anta mengusap wajahnya kasar. "Bagaimana bisa terjadi?"

"Ini semua salah Mami, Nak. Mami tak mencegah papimu untuk membantu Mami memasak. Katanya ia sedang senang, proyek yang pernah kamu presentasiin ke kliennya berhasil dan banyak ingin bekerja sama. Ia ingin makan malam bersama dengan kalian semua dan dia.. dia..." kata-kata Mami terbata-bata.

"Dia ingin membujukmu untuk menggantikan posisinya, Nak. Dia ingin menikmati masa tuanya dengan bersantai bersama Mami. Ya Tuhan, jika tahu akhirnya seperti ini. Mami tak akan menyuruhnya bolak-balik membawa menu masakan ke atas meja. Kakinya kesandung dan.. dan.. Ya Tuhan, darah mengalir dipelipisnya karena terbentur di meja makan." Mami histeris menceritakan kembali apa yang terjadi dengan suaminya.

Relhan sibuk menenangkan Mami, "Sudah, Mi. Papi akan baik-baik saja. Kita kirim doa banyak-banyak," ucapnya mengusap lembut bahu perempuan yang telah menemaninya hingga sekarang—bahkan menyusulnya ke Korea.

Anta membatu mendengar penjelasan maminya. Bukannya masalahnya sangat sederhana? Papinya hanya ingin menikmati masa tua bersama sang istri tanpa memikirkan masalah pekerjaan? Ya Allah, amat durhaka ia menjadi searing anak. Seharusnya sudah lama ia menyadari hal itu. Orang tua akan semakin menua seiring dengan bertambah dewasanya kita.

Ah! Bukankah kesadaran selalu hadir saat masalah mengalir?

Syukur, operasi berjalan lancar. Hanya saja yang menjadi masalah lelaki tua itu tak sadarkan diri. Ia koma.

Sebagai putra tertua, Anta lah yang mengurusi perusahaan itu. Berbulan-bulan. Sembari menuggu sang papi sadar. Hal tersebut membuatnya mengundurkan diri sebagai dosen di kampus.

***

"Jadi apakah beliau sudah sadar?"

Anta mengangguk, "Alhamdulillah. Seminggu yang lalu."

"Syukur deh kalo gitu." Aya menyeruput cappucinonya.

Akhirnya segala pertanyaan-pertanyaan itu telah terjawab. Setidaknya itu membuat beban pikiran Aya berkurang.

"Tak berniat kembali jadi dosen?" tanya Aya.

Anta menggeleng, "Saya akan mengganti posisi Papi secara resmi."

"Benarkah?"

"Iya, untuk itu saya kemari."

"Untuk?" Aya mengerutkan keningnya.

"Mengakhiri hubungan kita sebagai tunangan boongan. Kita tidak mungkin berbohong selamanya kan?"

"Tentu saja. Lalu?" Aya mengiyakan.

"Aya, saya akan menikah. Kuharap kamu akan datang di hari bahagia saya." Anta menyodorkan sebuah undangan bertuliskan nama lelaki itu dengan wanita pilihannya.

***

Catatan:
Hari ini publisnya sampai di sini dulu ya, Teman-teman. Lagi fokus nulis soalnya.

Oh ya, kalo suka jangan lupa support cerita aku ya, dibagiin juga gak apa2 kok. Hehehe.

Bantuin aku nemuin typo ya, soalnya cerita yang aku publis gak masuk tahap editing. Habis nulis, langsung publis gitu. Hehehe.

Btw,
Terima kasih atas antusiasnya selama ini.

Semoga endingnya nanti gak mengecewakan kalian semua.

Jujur aku sayang banget sama kalian. ❤️

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang