49

2.5K 160 3
                                    

Aya berjalan cepat menyusuri lorong kampus mencari-cari ruang kuliah tempat teman-temannya mengikuti perkulihan. Hari ini merupakan kuliah perdana semester ganjil. Banyak mahasiswa baru yang berseliweran mencari-cari ruang kuliah karena belum hafal. Tak sedikit yang bertanya pada Aya, di mana terkadang membuatnya menahan senyum karena dipanggil 'kak'. Tentu hal itu wajar, hanya saja baru menyadari bahwa ia sekarang telah semester lima. Tiga semester lagi, maka persoalannya dengan dunia kampus akan usai.

Tepat saat Aya belok kanan, ruangan yang ditujunya berada. Dengan pelan Aya membuka knop pintu, dan... selamat. Dosen pengampu belum tiba. Langsung ia menuju tempat kosong, yang seketika membuat sebelah alisnya terangkat karena berada di samping—Dion?

"Lo ngambil mata kuliah ini juga?" tanya Aya usai ia duduk.

"Iya. Gak nyangka lo juga ngambil."

"Gua kan pernah sakit semester ganjil lalu, jadi harus ikut matkul ini lagi. Nah lo ngapain? Jangan bilang karena nilai lo eror?"

Bukannya menjawab Dion malah cengengesan. Aya bisa geleng-geleng kepala.

Tak berlangsung lama, dosen pengampu pun memasuki ruangan. Mau tak mau, semuanya harus siap menerima materi perkuliahan.

***

"Abis ini lo mau kemana?"

"Kantin."

"Mau bareng gak?"

"Hmm, gak deh. Gua sama Maudy—Clara. Mending lo jauh-jauh deh, lo kan gak akur sama mereka berdua."

Dion mengangguk paham, "Oke deh. Kalo gitu, gua duluan ya."

"Yoo."

Sepeninggalan Dion, Aya mengecek ponselnya. Tampak beberapa pesan dari kedua sahabatnya yang belum ia baca. Ternyata mengabari lokasi pertemuan mereka. Usai membaca dan membalas, Aya pun beranjak.

***

"Ay!" Maudy melambaikan tangan begitu sosok Aya memasuki restoran, melihat itu Aya pun ikut melambai dan menghampiri mereka.

"Mau pesan apa Ay?"

"Samain aja."

"Oke deh."

Clara mengode pramusaji, begitu mendekat ia menyebut pesanan untuk Aya.

"Btw, makasih souvenirnya ya Ay. Jujur gua suka banget," Maudy memulai percakapan.

"Gua juga suka, pulang dari Ausi, bukannya belanjaan gua yang pertama kali buka, tapi paketan dari lo," Clara menimpali.

Aya tersenyum mendengarnya, "Syukur deh kalo lo suka, maaf ya Cuma itu yang gua kasih dari Korea."

"Gak apa-apa kali Ay."

Aya lagi-lagi tersenyum. Ada rasa lega ia membeli souvenir saat di Night Market bersama Relhan hari pertama ia berada di Korea. Ia tak bisa membayangi jika ia membeli souvenit menjelang pulang, selain karena tak ada waktu, bahasa Koreanya juga sangat minim. Ternyata ada baiknya juga ia tak ditemani Anta hari itu.

Ngomong-ngomong soal Anta, Aya masih belum berkomunikasi dengannya. Bahkan saat ia melihat mata kuliah yang ia ikuti semester ini pun tak ada satu pun diampu oleh Anta. Bahkan ia tak melihat Anta di sekitar kampus.

Jadi ke mana kah Anta?

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang