28

3.3K 190 1
                                    

Hari minggu bukannya istirahat seperti yang lalu-lalu, Aya malah telah bersiap-siap. Sejak jam 7 pagi ia telah mematuk dirinya di depan cermin hingga mengabaikan acara sarapan bersama bundanya di lantai dasar.

Ia tersenyum melihat penampilan dirinya, setelah hampir sejam gonta ganti pakaian karena menurutnya tidak terlalu cocok baik dari segi model maupun dari segi warna. Hingga jadilah ia baru selesai setelah jam di ponselnya hampir menunjuk angka 9.

Langsung saja ia bergegas keluar menuruni tangga. Berjalan terburu-buru, karena takut ketinggalan menyaksikan Oppa Kim-nya syuting perdana di kampusnya.

Tak lupa ia mengambil topi hitam favoritnya yang tergantung di belakang pintu kamar sebagai pelengkap penampilannya hari ini di mana mengenakan kameja flanek motif kotak dengan paduan celana denim panjang di atas mata kaki serta sepatu sneakers putihnya. Sangat pas dan cocok untuk dirinya yang berbadan mungil.

"Gak mau sarapan dulu, Sayang?" tanya Bunda dari pintu masuk membawa beberapa kantong belanja, sepertinya baru saja kembali dari pasar.

"Gak, Bun. Keburu. Nanti Ay makan di sekitar kampus saja," balasnya mengecup pipi kanan Bunda lantas pamit.

Bunda hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis bungsunya.

Sementara itu, Aya yang tidak nebeng dengan Clara dan Maudy terlihat tak sabar menunggu ojol pesanannya. Hampir setiap 5 detik ia melihat jam tangannya dan setiap itu pula ia menggerutu tak jelas.

"Dengan Mbak Ayara ya?" Seorang bapak-bapak mengenakan atribut ojol ternama bertanya pada Aya.

"Iya, Pak."

Langsung saja Aya duduk di belakang Pak Ojol, tak lupa ia memakai helm yang baru saja diberikan untuknya.

"Yang ngebut ya, Pak!" pesan Aya sedikit meninggi lantara bertaru dengan bunyi mesin kendaraan.

"Waduh, saya takut, Mbak. Bahaya."

"Gak apa-apa, Pak. Keburu ini." Paksa Aya.

Setelah beradu pendapat antara Bapak Ojol dan Aya, akhirnya Bapak Ojol pun mengalah. Langsung saja ia tancap gas seperti permintaan Aya tadi, membuat helm yang dikenakan Aya hampir terbang karena ia tak mengenakannya dengan benar. Untung saja ia tahan dengan kedua tangannya.

Di tengah perjalananan , lagi-lagi Aya terkena masalah. Ponselnya yang berkali-kali berdering membuatnya mau tak mau harus menanggapi panggilan masuk tersebut.

"Pak! Pak! Pak! Berenti!" teriak Aya menepuk-nepuk bahu Pak Ojol membuat si empu langsung mengerem mendadak.

"Ya, Mbak?"

"Bentar, saya jawab telepon dulu," izinnya menekan panel hijau sambil memperbaiki helmnya lagi.

"Halo!"

"Restoran BBC sekarang!"

"Hah?"

"Pokoknya ke sini!"

"Ta—"

"ENGGAK PAKE TAPI-TAPI. SEKARANG!!"

"Oke. OTW, BOS!"

Seketika raut wajah Ayara berubah murung.

"Pak ke Restoran BCC ya," ucapnya usai menerima panggilan dari Pak Anta.

"Loh, gak ke kampus, Mbak?"

"Nggak, Pak. Ganti haluan."

"Tapi, Mbak—"

"Nanti saya kasih bintang 7 deh, sekalian tip bagaimana?" tawar Aya.

Tanpa tapi, Pak Ojol langsung mengiyakannya. Langsung saja ia nyalakan mesin motornya bersiap tancap gas.

Di belakang, Aya telah siap. Bahkan helmnya telah terpakai dengan bener.

"Pak?" Aya menepuk bahu Pak Ojol lagi sebelum berangkat.

"Ya, Mbak?"

"Kalau bisa, pelan-pelan aja, ya Pak. Gak usah ngebut-ngebut."

"Loh kenapa, Mbak?" herannya, pasalnya baru saja beberapa menit yang lalu disuruh ngebut sekarang disuruh pelan-pelan, kan aneh?"

"Pokoknya, ikuti aja, Pak. Gak usah banyak komen."

Si bapak tadi langsung diam. Pelan-pelan ia menjalankan motornya sesuai permintaan Ayara. Sementara Ayara hanya menghela napas pasrah. Gagal sudah rencananya menyaksikan Kim Oppanya secara langsung, gagal sudah rencananya ingin fotbar dengan idola favoritnya. Semuanya gagal total. Hanya karena satu manusia. PAK DOSEN RESENYA SEDUNIA AKHIRAT ITU!

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang