Kamar VIP yang tiga jajar angka cantik sebagai nomor kamar itulah terbujur seorang wanita dengan berbagai alat perlengkapan medis melekat di sekitar tubuhnya.
Dari luar kamar, dua orang berbeda genre tengah mengintip dari kaca pintu yang lupa ditutup.
"Araya."
"Araya?"
"Iya, nama kekasih Bang Sena."
Aya tampak berpikir perihal nama itu, terasa tidak asing dan sepertinya pernah mendengar, tapi lupa tepatnya di mana dan waktunya kapan.
Tak mau ambil pusing, Aya kembali mengintip. Saat itulah ia melihat seorang pria duduk tenang menatap wanita koma itu dengan sayang sembari mengusap tangan wanita itu dengan lembut.
"Itu Pak Setan bukan sih?"
"Iya, itu Bang Sena."
"Tadi dia ngomong apa sama kamu?" Relhan bertanya.
"Hmmm, katanya ada urusan."
"Nah, urusan dia itu ya ke sini."
"Kok tahu?"
"Tiap Abang ke Korea, pasti karena ia ke sini. Ia gak pernah absen ngunjungi kekasihnya tiap bulan."
"Jadi, alasan ia pulang balik Korea karena cewek itu?"
"Begitulah."
"Kalau diliat dari tingkahnya sih, keknya dia cinta banget ya sama tuh cewek."
"Hmmm, ya wajarlah. Mereka pacaran sejak SMA."
"Lama juga ya. Tapi kenapa gak nikah-nikah?"
"Gimana mau nikah, lah ceweknya aja udah koma duluan."
"Dia kek gitu kenapa?"
"Kecelakaan."
Aya tak bertanya lagi, takutnya semakin ia mengorek informasi malah membuatnya semakin bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Gimana pun dia masih tunangan Anta. Maksudnya tunangan boongan.
"Cabut yuk! Gua lapar nih." Ajak Relhan kemudian, sepertinya ia bosan berdiri dan mengintipi seseorang. Tak baik untuk dirinya yang seorang artis. Untung dia pakai masker.
"Oke deh." Aya mengiyakan. Ia tak tahu akan diajak ke mana oleh Relhan, tapi yang ia yakini mereka akan ke sebuah tempat yang penuh dengan makanan karena tadi Relhan bilangnya laper.
Kali ini mereka memutuskan untuk ke Night Market. Pasar malam yang ramai jika melewati jam 10 malam. Berbagai jenis souvenir, pakaian, aksesoris, mainan dan tentunya makanan ada di sana.
Aya sempat membeli beberapa souvenir untuk temannya di Indonesia. Berkat bantuan Relhan, ia bisa membeli dengan harga yang lebih murah. Usai berburu souvenir, barulah mereka dapat menikmati camilan khas Korea.
"Kalo ke Korea itu gak afdal kalo gak makan snack Tteobokki!" ungkap Relhan.
Ya, mereka memilih menikmati Tteobokki setelah berdebat panjang perihal camilan apa yang akan mereka nikmati.
Tteobokki sendiri sebenarnya sama dengan cilok, cuma bahannya dari tepung beras yang dibalut dengan bumbu gochujang yang pedas dan manis.
"Jadi ini alasannya lo ngotot banget milih nikmati tteobokki?"
"Enggak lah, tapi lo. Lo kan baru ke Korea, kalo gua mah keseringan, pake banget malah."
Aya terkekeh, "Cih, dasar sombong! Mentang-mentang tinggalnya di Korea ya, Pak!"
"Ohh jelasss."
Seketika mereka pun tertawa.
Mereka menikmati tteobokki di gerbang night market ditemani beberapa ocehan-ocehan Relhan seputar Korea. Aya bersyukur bisa menginjakkan kaki di Korea. Akhirnya, salah satu mimpinya bisa terwujud. Ya, walaupun ada sedikit luka di hatinya.
"Jadi gimana?" Relhan bertanya begitu camilannya habis.
"Gimana apanya?" Aya nanya balik, camilannya masih separuh. Rupanya ia tak secepat Relhan menghabiskan makanan, atau karena mungkin ia terlalu menikmati makanan khas Korea tersebut.
"Keputusan lo setelah tahu cerita dibalik sandiwara yang lo lakuin sama Abang gua? Masih mau lanjutin?"
Deg!
Seketika Aya menghentikan makannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Pak Setan! || SELESAI
Teen Fiction[AWAS NGAKAK!!] [DISARANKAN TERLEBIH DAHULU MEMFOLLOW AKUN INI SEBELUM MEMBACA!] Berawal diciduk dosen mengagumi K-POP di kelas, Aya akhirnya mendapat hukuman menjadi asisten dosen selama satu semester. Siapa sangka yang awalnya cuma asisten dosen m...