45

2.9K 188 17
                                    

Pagi-pagi sekali, Aya sudah bersiap-siap. Dari mandi, gosok gigi, sampai beresin tempat tidur. Saat ini, Aya menikmati ramyeon (lagi) sembari menunggu Anta menjemputnya.

Hari ini, ia memulai liburannya mengunjungi tempat-tempat terindah di Korea. Sambil menikmati sarapannya, ia mensroll media sosialnya melihat-lihat postingan orang. Sempat berbalas chat dengan kedua sahabatnya yang pamer spot foto bersama keluarga masing-masing membuat Aya iri saja. Bundanya sudah ia kabari bersama Arya saat bangun tidur tadi. Aya juga sudah membalas chat Dion semalam, hanya saja sampai sekarang belum ada balasan dari dia lagi.

Usai menikmati sarapan, Aya berjalan ke balkon apartemen menikmati Korea di pagi hari. Langsung saja ia mengambil gambar dan mengirimi sahabatnya. Tentu saja membuat keduanya heboh dan spam di grup. Aya tersenyum puas melihatnya. Siapa suruh tidak ikut dengan Aya.

Belum puas ia tertawa, tiba-tiba sebuah pesan masuk. Aya segera membacanya.

Dosen Pak Setan:

Maaf, Aya. Sepertinya saya tidak bisa menemanimu hari ini, tapi tenang saja, rencana liburanmu tidak akan berantakan. Relhan sedang menuju ke sana menemanimu.

Aya berembus napas panjang, bersamaan itu bel apartemen berbunyi.

"Hai, Ay!" sapa Relhan ramah sambil melepas maskernya.

"Hai, Kim Oppa!" balas Aya salting.

"Bang Sena tadi barusan ngehubungi kalo lo ada di Korea liburan, gua disuruh temenin lo."

"Iya, barusan gua juga baca chatnya."

"Jadi, sekarang lo mau di bawa ke mana?"

"Mau ke sini," Aya memperlihatnya sebuah gambar di ponselnya.

"Oke, kalo gitu yuk berangkat!" ajak Relhan memakai maskernya.

Aya pun mengangguk setuju.

Meski masih dipenuhi tanda tanya dengan batalnya Anta menemaninya liburan tapi itu tidak mengganggunya menikmati liburannya bersama Relhan.

***

Aya tersenyum senang saat sampai di Seoul Tower Plaza. Salah satu tempat yang wajib Aya kunjungi jika ke Korea. Alasannya karena selain tempat ini sering dijadikan lokasi syuting drama Korea yang sering ia nonton, juga karena letaknya di atas bukit yang bagus untuk menikmati udara segar.

Di banding naik ke Namsan Towernya yang harus mengeluarkan biaya, Aya memilih menuju ke gembok-gembok yang pating Grendel. Di tempat inilah para pasangan yang sedang jatuh cinta mempersiapkan sebuah gembok yang ditulisi namanya dengan pasangan, kemudian dikunci, lalu kuncinya dilempar ke gunung. Katanya sebagai symbol cinta abadi.

Relhan yang sejak tadi mengikutinya dari belakang hanya tersenyum-senyum melihat Aya. Lebih memilih menikmati tingkah lucu Aya dibanding mendekat dan mengacaukan kesenangan wanita itu.

"Lo gak mau pasang gembok cinta gitu?" Relhan mendekat begitu melihat Aya sibuk berpose di depan kameranya.

"Enggak. Malasin banget."

"Hahaha, padahal kalo lo mau, gua bisa beliin lo gembok."

"Kalo pun gua mau, gua pasangnya ama siapa? Sama lo?"

"Sama gua juga gak apa-apa. Biar cinta kita abadi. Hehehe."

"Lo sinting ya? Lo tahu kan kalo gua tunangan kakak lo."

Relhan tersenyum miris mendengar tanggapan Aya. "Tunangan boongan kan? Kalian berdua pura-pura tunangan di depan bokap-nyokap gua kan?"

"Loh kok?" Aya habis pikir dengan jawaban Relhan.

"Gua tahu sebenarnya, Ay. Kalian pura-pura tunangan agar Abang gua gak dijodohin kan?"

"Anta yang kasih tahu?"

Relhan menggeleng. "Abang gak pernah ngasih tahu gua, gua tahu sendiri kok karena gua paham keadaan dia sebenarnya, alasan dia gak mau dijodohin."

"Karena gak mau gantiin Om pimpin perusahaan kan?"

Relhan menggeleng. "Bukan itu alasannya, Abang hanya mengakal-akali itu."

"Terusss?"

Relhan menggeleng. "Ngeliat kamu kebingungan kek gini, gua jadi yakin kalo Abang belum ceritain masalahnya ke kamu."

"Cerita apa sih? Gua makin gak ngerti deh." Aya bingung.

"Jujur ini bukan hak gua buat cerita, tapi biar lo juga tahu alasannya mungkin tidak masalah. Asal lo janji sama gua buat gak ngasih tahu kalo gua yang cerita ke lo."

"Gua janji! Sekarang cerita!" paksa Aya.

Napas kasar Relhan keluar begitu saja mendengar paksaan Aya. "Alasan Abang menolak perjodohan dan ngelakuin tunangan pura-pura itu karena—"

"Karena?"

"Kekasih Bang Sena koma."

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang