53

3.2K 170 1
                                    

"Kakak dengar Anta bakal nikah," ucap Arya duduk di dekat Aya yang sibuk menulis.

"He'um. Aya malah dapat undangan. Kakak?"

"Dapat juga, barusan. Lo?"

"Dua minggu lalu."

"Wuuiihh, cepet banget lo."

"Iyalah," jawab Aya masih menulis. Tapi meski begitu, ia tetap menanggapi sang kakak. Karena hanya tangannya dan matanya yang bekerja, tetapi telinganya masih jelas mendengar ucapan Kakak.

Arya berdeham, sebelum membuka pembicaraan yang serius.

"Jadi hubungan tunangan boongan lo berakhir dong?"

"Ohh jelasss..."

"Kamu gak ada perasaan sama sekali kan sama dia selama berhubungan?" tanya Arya hati-hati.

Aya menghentikan aktivitasnya. "Maksudnya gimana?"

"Lo beneran gak tahu?"

"Tahu apa sih?"

Dengan gemas, Arya menoyor dahi Aya, "Dasar gak peka!"

"Aduuh, sakit, Kak," protes Aya.

"Abisnya."

"Ya jelasin."

"Aya, umur kamu berapa?"

Aya tampak berpikir sebelum menjawab, "21."

"Kamu tahu gak, umur 21 itu dengan status kamu mahasiswa bisa dibilang udah dewasa. Kamu tahu kan, umur dewasa itu adalah fase dimana semua akan dipikirin, mulai keluarga, pekerjaan, dan utamanya pasangan."

"Ya teruss?"

"Selama ini kakak liat, kamu belum sampai di fase itu. kamu masih berada di fase remaja, masih mengidolakan hal-hal yang gak mungkin."

"Kakak nyinggung oppa-oppa Aya?" Aya tersinggung.

"Bukan begitu. Maksud Kakak bukan ke arah itu. Itu gak apa-apa, tapi Aya harus pikirin yang lain kan? Seperti pekerjaan atau pasangan," Arya berkata hati-hati saat menyebut kata terakhir.

"Yeee, kakak juga gak punya pasangan kan?"

"Kakak emang gak pacaran, tapi kakak punya gadis yang kakak suka. Lah kamu?"

"Kalo maksud kakak itu, Aya mungkin gak punya, kecuali Oppa-oppa Korea Aya. Tapi kalo suatu saat Aya punya, Aya pastikan itu bukan Pak Anta! Aya gak suka sama Pak Anta, hari ini sampai bila-bila," tegas Aya.

Mendengar jawaban Aya, Arya bernapas lega. Akhirnya maksudnya tercapai. Ia memang ingin memastikan perasaan Aya ke Anta. Karena jika Aya memiliki rasa pada Anta maka urusan ini akan rumit sekali.

Bagaimana mungkin ia merelakan adik kesayangannya menjadi bayang-bayang di hidup Anta. Ia tahu, seumur hidup, Anta hanya menyukai satu gadis. Araya. Nama gadis yang beruntung itu.

Selama ini, ia mengizinkan Aya dan Anta tunangan boongan hanya demi persahabatan. Ia ingin menolong Anta agar tak dijodohan, dan tepat sekali, Aya memang gadis yang cocok, karena sejak kecil tak pernah pacaran. Sibuk menghalu dengan oppa-oppa Koreanya.

Ah! Andai semua tahu, bahwa dari awal yang paling tersakiti sebenarnya adalah Aya. Ia yang jadi korban. Tapi, apakah Aya merasa demikian? Tidak! Ia hanya gadis polos, gadis lugu yang mengikuti arus.

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang