50

3.1K 176 0
                                    

Penyebab ketidakberadaan Anta pun terjawab, saat Aya tak sengaja menguping pembicaraan beberapa mahasiswa di perpustakaan sebulan kemudian.

Demi memenuhi tugas penelitian bahasa, Aya harus mencari beberapa referensi penelitian seniornya yang pernah lulus di perpustakaan. Jadi, waktu istirahat ia pergunakan ke perpustakaan. Lagi pula ia sudah makan banyak tadi pagi—bundanya menyediakan makanan enak, sehingga lupa untuk berhenti.

Ketika ia memilah-milah judul mencari penelitian bahasa di sebuah lemari yang memang dikhususkan untuk skripsi. Saat itulah Aya mendengarnya.

"Guyss, lo tahu gak?" ucap mahasiswa sepantaran Aya berbisik-bisik, namun tetap kedengaran oleh Aya karena berada tepat di belakangnya.

"Gak tahu," balas yang satunya berbisik-bisik juga.

"Yaelah, gua kan belum ngomong."

"Ya udah ngomong, apaan dah?"

"Lo tahu Pak Anta kan?"

"Dosen muda itu bukan sih? Yang ngajar sejarah di fakultas bahasa?"

"He'em. Yang cool itu."

"Iya, gua tahu. Kenapa emang?"

"Lo jangan kasih siapa-siapa tapi."

"Emang apaan sih?" desak temannya.

"Kemarin gua ke ruang dosen, gak sengaja gua denger kalo katanya Pak Anta udah berenti jadi dosen."

"SERIUS LO?"

"Isshht, jangan rebut-ribut. Nanti ditegur!"

"Upsss, sori-sori. Keceplosan gua. Jadi sekarang gimana?"

Aya sudah tak mendengar percakapan kedua mahsiswi itu karena saat mendengar bahwa Anta berenti jadi dosen, seketika ia keluar meninggalkan perpustakaan. Lupa sudah tujuan awalnya ke sana.

***

"Maaf, saya gak sengaja," sesal Aya merasa bersalah tak sengaja menabrak seseorang membawa tumpukan buku.

"Kalo jalan, liat-liat dong," gerutu orang itu tak mengindahkan permintaan maaf Aya.

Demi menembus kesalahan, Aya membantu memungut buku-buku yang berjatuhan.

"Sekali lagi saya minta maaf," Aya kembali mengulang permintaan maafnya.

"Iya, kali ini saya maafin. Tapi kalo ada masalah, jangan tergesa-gesa, yang ada malah buat orang lain kena musibah."

Aya hanya mengangguk dan membungkukkan badannya. Salah ia memang karena tak fokus ke jalan. Sibuk menghubungi Anta yang nyatanya tak menjawab malah berakhir dengan bertabrak.

***

Sayang seribu sayang, alasan Anta berenti jadi dosen belum juga diketahui Aya. Bukankah Anta sangat mencintai pekerjaannya? Lantas apa yang membuatnya menyerah?

Jika ditelaah lebih dalam, sejujurnya bukan urusan Aya perihal berhenti atau tidaknya Anta menjadi dosen. Ia hanyalah mahasiswa biasa, pernah menjadi asisten dan tunangan boongan Anta. Hanya saja urusan perasaan ini rumit sekali.Aya merasa semuanya tiba-tiba. Dan itu, tak ia ketahui penyebab ketiba-tibaan ini.

Ya, mereka berdua terjebak tapi tak tahu bagaimana caranya untuk keluar dari jebakan yang mereka buat sendiri.

Anta menyadari itu, tapi Aya?

Selamanya, gadis itu tak akan tahu.

Kecuali, jika alur cerita ini berubah.

Bagaimana caranya berubah? Entahlah?

Kita hanya menunggu, bagaimana cara mereka menyikapi semua ini.

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang