"Tenaga mu besar juga ya, nyimas?" tanya laki-laki tampan disampingku. Untuk sekejap aku menganggumi rupinya. Jika ini Wattpad, aku akan mengatakan wajah nya sangat tampan bak dewa Yunani. Maaf aku jadi hiperbola.
"Hahaha, aku hanya sedikit bekerja keras sehingga punya tenaga sebesar ini," ucapku diiringi kekehan kecil.
"RAJENDRA OI JANGAN MAIN KABUR!"
"DERANA! TUNGGU!"
Dari arah belakang nampak Yunda Sudewi dan seorang pemuda menghampiri kami. Btw, aku tak mengenal nya.
"Kau jangan main langsung kabur dong! Aku jadi panik!" Seru pemuda dengan raut kesal nya kepada laki-laki disampingku. Laki-laki disampingku hanya tertawa kecil.
"Maaf."
Napas Yunda Sudewi naik turun, karena mengejar ku. Ah aku jadi merasa bersalah.
"Jangan main lari begitu Derana, aku jadi panik!"
"Maaf, Yunda."
Yunda Sudewi menatap kedua laki-laki didekat ku. Dahinya mengernyit.
"Loh, kalian kok bisa disini?" Tanya Sudewi.
"Yu-yunda Sudewi? Kenapa ada disini?" Tanya pemuda disampingku balik. Yunda menghela nafas.
"Aku tadi tengah jalan-jalan ke pasar bersama dayang ku, namun tiba-tiba dayang ku berlari sangat kencang karena mengejar pencuri. Ya aku mengejarnya juga," jelas Yunda Sudewi.
"Ah, Wira lama tak bertemu! Terakhir 1 bulan yang lalu kita bertemu," ucap Yunda Sudewi sumringah. Pemuda dengan nama Wira itu tersenyum kecil.
"1 bulan itu tidak lama Yang Mulia Sudewi," balasnya. Kini ia menatap ku.
"Dia dayang baru mu? Yang menggantikan Sundari?" Tanya pemuda bernama Wira.
"Iya, perkenalkan dia Derana. Dia memang dayang ku, tapi aku menganggap nya sebagai teman," ucap Yunda sambil memegang tanganku. Aku tersenyum kecil.
"Jadi, nama mu Derana ya?" Tanya laki-laki yang berada di sampingku. Aku mengangguk.
"Namaku Rajendra," ucap nya. Yunda mengernyit. Namun, ia kembali menetralkan raut wajahnya.
"Sebuah kebetulan kita bisa berkumpul disini, hari sudah mulai siang mau kah kalian pergi makan siang dengan kami?" Tawar Rajendra. Yunda Sudewi mengangguk.
"Boleh saja. Namun sebelum itu lebih baik kita urus pencuri itu," ujar Yunda Sudewi. Kami pun semua setuju. Setelah itu, Rajendra dan Wira mengurus pencuri itu, sedangkan aku dan Yunda menunggu mereka. Tak lama setelah mereka mengurus pencuri itu mereka kembali.
"Ayo kita makan jukut harsyan! Itu makanan kesukaan kalian kan?" Seru Wira bersemangat.
"Ayo! Ha—Rajendra ayo kita makan jukut harsyan!" Timpal Yunda bersemangat. Aku sedikit mengerutkan dahi ketika Yunda hampir salah memanggil Rajendra. Aku punya feeling mereka seperti menyembunyikan sesuatu. Ah tapi ya sudah lah.
Wira terlihat seperti pemuda yang penuh semangat, sedangkan Rajendra adalah laki-laki kalem yang terlihat ramah.
Sebentar-sebentar. Jika mereka mengenal Yunda berarti mereka salah satu bangsawan? Atau jangan-jangan keluarga kerajaan? Aku meneguk saliva ku dengan jantung berpacu kencang. Alhasil dalam pembicaraan aku banyak diam. Padahal, aslinya aku ini orang yang cukup berisik, dan humoris.
"Derana, kenapa diam saja? Dan kau terlihat agak ketakutan?" Tanya Rajendra. Aku menggeleng pelan. "Aku hanya canggung bertemu orang baru,"
"Kau takut pada kami? Tenang saja, kami manusian bukan harimau yang mau menerkam mu," ucap Wira dengan tawa kecil. Aku tertawa kecil menanggapi Wira.
"Derana ini awalnya saja malu-malu, kalian tahu ketika pertama kali aku bertemu dengan nya ia sangat berani dengan ku. Aku sampai takjub," cerita Sudewi. Aku tersenyum masam pada Yunda.
"Yu-yunda, yang itu tolong jangan diceritakan, aku malu."
"Hahaha, lihat wajahnya ia sudah semerah tomat!" Ujar Yunda.
Rajendra dan Wira tertawa kecil.
"Yunda Sudewi menganggap mu teman, itu berarti kau juga teman kami," ujar Rajendra.
Ini gue dibolehin masuk circle mereka?
Aku tersenyum kecil. "I-iya. Aku akan bersikap santai."
"Ah, tapi jika kita bertemu secara formal, kau tahu kan kau harus bersikap seperti apa?" Tanya Rajendra.
"Aku mengerti."
Fix. Mereka ini bangsawan.
Tak lama makanan kami datang. Wangi kemenyan menyeruak Indra penciuman ku.
Serius nih, aku makan ini? Rasanya aneh saja memakan sesuatu yang memiliki wangi kemenyan. Namun, melihat Yunda, Rajendra dan Wira mereka sangat menikmati makanan mereka. Aku pun mencoba satu suap jukut harsyan tersebut.Tidak terlalu buruk.
Tiba-tiba Rajendra yang berada di sampingku, memajukan tubuhnya beberapa centimeter. Aku tertegun kaget.
"Kau tak bisa makan dengan rapih yah?"
Tanya sambil mengusap ujung bibirku yang terdapat bekas kuah. Jantung ku berdegup kencang melihat pria tampan ini dari dekat. Ia menatap manik mataku kemudian tersenyum kecil.
"Lain kali, makan dengan pelan-pelan ya?"
---
Jangan lupa votment yahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]
Historical Fiction[follow dulu sebelum membaca] "I love you in every universe, Hayam," bisik seorang gadis di telinga seorang laki-laki muda dengan mahkota emas bertengger di kepalanya. Si laki-laki tertegun. "Apa yang kau maksud? Ayolah, jangan bicara dengan bahasa...