Jika aku bilang, aku pernah pergi ke masa lampau apakah kalian percaya? Nyatanya itu benar-benar terjadi. Aku ingat, saat itu aku baru saja berulang tahun yang ke 16, orang tua ku memutuskan untuk pindah ke Mojokerto. Saat aku melihat lihat kolam ikan, sialnya aku terpeleset dan tercebur ke dalam nya.
Namun, ada yang aneh. Kolam ini terasa sangat dalam—tidak, lebih tepatnya tidak berujung. Dan, aku merasa bukan nya naik ke permukaan rasanya tubuh ku terhisap ke dasar kolam ikan.
Hey, ini kolam ikan dengan kedalam dua meter. Masuk akal kah, jika tiba-tiba aku melihat kolam ikan ini menjadi tak berdasar?
Makin lama aku makin kehabisan nafas. Secercah cahaya membuat ku berusaha untuk naik ke permukaan, dan berhasil. Tapi, ketika melihat keseliling.... Ini bukan kolam ikan di rumah nenekku. Melainkan, aku pikir ini sebuah danau? Danau dengan banyak pohon rimbun, dan tak jauh dari sana seperti ada lapangan luas dengan rumput hijau.
Hah, apa-apaan ini?
"Hey! Kau mabuk ya sampai tercebur ke sana?!" seru seorang laki-laki. Aku menoleh, laki-laki muda dengan jarik yang dililitkan di pinggangnya, serta bertelanjang dada. Kenapa ketika melihatnya aku teringat dengan beberapa film kolosal?
Aku menepi, ia membantuku untuk keluar dari danau dengan uluran tangannya.
"Aku gak mabuk! Lagian, aku dimana? Seharusnya ini rumah nenek ku!" Seru ku.
"Logat bicara mu aneh, benar kau mabuk ya?" Tandas laki-laki itu.
"Apa sih, gak jelas," sahut ku.
"Kau bilang tadi ini rumah nenek mu? Sepertinya kau melantur," ucap laki-laki itu. Aku menaikkan satu alis ku.
"Seriusan, ini harus nya rumah nenekku."
"Keras kepala sekali. Ini danau Bubat!"
Aku memiringkan kepalaku, dengan raut wajah bertanya-tanya.
"Bubat?"
"Iya, ini Bubat! Lagipula, kenapa kau memakai pakaian aneh? Kau datang dari daerah mana?" Tanya laki-laki itu.
Aku terdiam kebingungan. Katanya disini danau Bubat. Bubat... Aku tak pernah mendengar nya.
"Bubat ini daerah mana?" Tanya ku pelan.
"Hah, kau benar-benar mabuk. Bubat itu terletak di Utara kota Trowulan. Kota Trowulan, pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit."
Aku melongo, "Ma—majapahit?"
Mendengar itu, aku shock. Sampai, tiba-tiba aku tak sadarkan diri.
***
Semuanya terjadi terasa nyata. Jika ini hanya bohongan tak mungkin akan senyata ini. Aku telah menghabiskan beberapa malam disini. Duh, apakah orangtuaku mencari ku ya? Apakah mereka akan melapor pada polisi perihal kehilangan anaknya?
Tapi, nanti jika aku kembali dan ditemukan terasa sangat konyol jika aku bilang, "Aku kecebur kolam, terus tiba-tiba ada di majapahit."
Yang ada aku akan dikirim ke rumah sakit jiwa, atau dibawa ke dukun dikira diculik kalong wewe.
Anehnya, ponsel ku yang tak sengaja terbawa masih menyala dan berfungsi. Meski tidak ada sinyal. Baterai nya pun stuck, tidak lebih dan tidak berkurang. Karena tidak terlalu berfungsi untuk sekarang, aku simpan saja di tempat aman.
Oh iya, selama beberapa hari ini aku tinggal di sebuah rumah besar, rumah Rajendra. Laki-laki yang tempo hari menolong ku. Ia memperkenalkan dirinya bernama Rajendra. Ia kemudian membawa ku ke rumahnya. Aku rasa, dia salah satu orang kaya? Rumah joglo nya besar dan luas. Lengkap dengan tanaman hias serta kolam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]
Historical Fiction[follow dulu sebelum membaca] "I love you in every universe, Hayam," bisik seorang gadis di telinga seorang laki-laki muda dengan mahkota emas bertengger di kepalanya. Si laki-laki tertegun. "Apa yang kau maksud? Ayolah, jangan bicara dengan bahasa...