Masih belum ada kejelasan mengenai masalah obat-obatan terlarang. Aku pun telah menyerah dan membiarkan Hayam dan Wira yang bekerja. Toh, aku sudah memberikan pendapat ku. Masalah intinya, letak tempat prostitusi itu belum diketahui, jika kita mengetahui nya mungkin akan lebih mudah menggerebek nya.
Hari ini, aku tengah pergi ke pasar, guna membeli berbagai macam bahan pangan. Sambil memilah milih apa yang akan ku beli tiba-tiba saja dari arah belakang ada yang tak sengaja menabrak ku.
"Aduh!" Seru ku. Aku menoleh ke belakang, mendapati seorang gadis muda yang terlihat pucat pasi.
"Ma—maaf, nyimas aku tidak sengaja. Maaf," ucap nya sambil menundukkan kepala kemudian berlalu pergi. Tak ada keanehan, namun tiba-tiba saja datang seorang pemuda kekar dengan tampang menyeramkan menghampiri ku.
"Nyimas, apakah tadi ada gadis cantik yang lewat sini? Ia memiliki rambut hitam lurus, dengan tahi lalat di ujung matanya. Ia juga memakai selendang berwarna hijau," ucap si pemuda menjelaskan ciri-ciri orang yang ia cari.
Aku mengerutkan dahi ku. Gadis cantik? Rambut hitam lurus? Jangan-jangan gadis tadi yang tak sengaja menabrak ku? Memang, dia terlihat cantik, dan memiliki rambut lurus. Namun, aku tak memperhatikan ia mempunyai tahi lalat di ujung matanya atau memakai selendang berwarna hijau.
"Aku, kurang tahu, maaf," ucap ku lagi.
Daripada salah kasih informasi mending bilang gak tau.
Ia kemudian berlalu, dan aku menyelesaikan urusanku di pasar. Setelah selesai, aku berjalan keluar pasar, namun tepat di gapura pasar terlihat seorang yang mencurigakan. Ia celingak-celinguk seperti mewaspadai sesuatu. Ia juga memakai selendang hijau yang menutupi sebagian kepala dan muka.
Tunggu.
Selendang hijau?
Apa, jangan-jangan....
Aku menghampiri dan menepuk pundaknya pelan. Ia menoleh dengan pundak bergetar. Seperti nya ia kaget dengan sentuhan ku.
"Kau yang tadi tidak sengaja menabrak ku kan? Sepertinya kau sedang dalam masalah, apa ada yang bisa ku bantu?" Tanya ku.
Ya, ikut campur masalah orang adalah salah satu bagian dalam hidupku. Lagipula, selagi aku bisa menolongnya kenapa tidak?
Ia menatap ku dengan mata yang agak memerah. Ah, di ujung matanya ada tahi lalat. Berarti, benar. Dia orang yang dicari itu. Terlihat, ia seperti habis menangis.
"Loh, loh, kau habis menangis? Ada apa? Ada yang menjahati mu?" Tanya ku khawatir.
"To—tolong aku! Aku sudah tidak tahu lagi siapa yang bisa ku mintai tolong!" Ucap nya sambil menangis pelan.
"Ada apa?!" Tanya ku agak panik.
Aku melihat ke sekeliling. Jika aku tebak, ini pasti ada masalah nya dengan pemuda berbadan kekar tadi. Korban kekerasan? Tidak, tidak, tidak. Tak ada luka memar atau luka lain. Apa korban pelecehan? Bisa saja terjadi.
"Orang tua ku, menjual ku ke kawasan prostitusi," ucap nya pelan.
Deg. Jantung ku berdegup kencang. Tadi... Dia bilang kawasan prostitusi kan? Aku teringat perkataan Hayam tempo hari.
"Ya, malu untuk mengakui nya tapi memang ada. Tapi sialnya, tempat itu tak diketahui oleh ku, mereka bermain sangat rapi."
"Berarti, langkah pertama adalah mengetahui dimana letak kawasan prostitusi itu bukan? Setelah itu, kita harus mencari informasi dari situ. Baru kita bisa melanjutkan rencana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]
Historical Fiction[follow dulu sebelum membaca] "I love you in every universe, Hayam," bisik seorang gadis di telinga seorang laki-laki muda dengan mahkota emas bertengger di kepalanya. Si laki-laki tertegun. "Apa yang kau maksud? Ayolah, jangan bicara dengan bahasa...