Seminggu pasca aku terbangun, keadaan ku sudah lebih membaik. Kini aku sedang memandangi pantai di sore hari. Suara deburan ombak terasa menenangkan. Diiringi sinar matahari sore.
Tak terasa disamping ku kini telah duduk Hayam.
"Keadaan mu jauh lebih membaik kan?" Tanya nya. Aku menoleh seraya mengangguk sambil tersenyum.
Suasana hening diantara kami membuat diriku agak canggung. Apalagi terakhir kali, aku tiba-tiba pingsan di pelukan Hayam membuat ku merasa tidak enak.
Cuma ya...gimana ya. Jadi kayak awkward gitu. Intinya mah.
"Maaf sebelumnya aku sudah merepotkan kalian," ucap ku tiba-tiba.
"Tidak kau tidak merepotkan. Justru karena kau, aku dan Wira merasa terbantu. Kami bisa dapat menumpas masalah bandit sampai ke akar nya," jelas Hayam.
"Bahkan aku kagum dengan mu, di situasi seperti itu kau bisa menjaga diri. Seperti nya kau masuk bhayangkara saja?" Canda Hayam.
"Aku tidak berminat, menjadi pelayan Yunda adalah pekerjaan terenak dan terbaik," ucap ku kemudian.
Jadi pelayan Yunda berasa kayak jadi mbak Lala, pengasuh nya rafathar. Tinggal momong, bisa jalan jalan ke sana kemari dan punya koneksi. Beda nya aku ini menjaga seorang putri, bukan bocah.
Hayam hanya menanggapi ku dengan tawa kecil nya. Kami kehabisan topik.
Otak ku berpikir keras untuk bisa berbicara dengan laki-laki disamping ku ini. Sejujurnya aku merasa kami benar-benar seperti teman dekat. Jika aku menanyakan sesuatu yang agak dalam boleh kali yah?
"Hayam, apa kau pernah merasakan jatuh cinta?" Tanya ku asal. Hayam terdiam seolah sedang mencari kata yang tepat untuk ia ucapkan.
"Entah. Namun, beberapa waktu lalu, aku berdebar hanya karena seorang perempuan. Aku merasa gelisah, senang, cemas, hanya karena seorang perempuan. Apakah, itu yang namanya jatuh cinta?" Tanya nya.
Raja muda kita seperti nya sangat pemula dalam hal percintaan.
Kerajaan mulu yang diurus, hati enggak.
"Itu artinya kau jatuh cinta Hayam," ucap ku.
"Putri bangsawan mana? Orang nya seperti apa? Cantik? Atau kaya?" Tanya ku antusias, tak sadar aku mendekat kan diri ke Hayam.
Hayam tertawa kecil. "Ia adalah perempuan tangguh, seperti Ibu ku. Ia cantik, tapi ia punya ketangguhan seperti laki-laki. Ia sangat jago berkelahi, dan selalu merasa bebas."
Hayam menjeda perkataannya, kemudian ia tersenyum masam.
"Terkadang ada kalanya ia memasang wajah sedih, dan itu membuat hati ku merasa tidak karuan. Apalagi ketika ia menangis dihadapan ku, rasanya aku ingin menghabisi seseorang yang sudah membuat nya menangis."
Aku menatap lurus ke arah pantai sambil tersenyum.
"Dia... Pasti beruntung disukai oleh mu, Hayam."
"Jika orang nya itu kamu? Bagaimana?" Tanya Hayam.
Aku menoleh cepat ke arah Hayam. Tak siap dengan perkataan nya. Aku salah tingkah.
"Maksudnya?" Tanya ku pura-pura tak tahu.
"Aku menyukai mu. Aku jatuh cinta pada mu."
Ucapan Hayam tulus, tak ada kebohongan. Ini adalah pernyataan cinta pertama dalam hidup ku.
Sumpah ini gak salah denger?
"Jangan bercanda Hayam, kau-"
"Perlu aku ulang lagi Derana? Aku menyukai mu. Sangat, sangat menyukai mu."
Di situasi ini aku bingung. Harus menjawab apa. Sejujurnya aku merasa nyaman dengan Hayam. Sangat nyaman. Jika dibilang aku suka dengan Hayam, akan ku jawab iya. Tapi dalam konteks suka dengan kepribadian nya. Tidak menyangkut ke arah yang romantis.
"Sedangkan kamu bagaimana, Derana? Jika ku tanya apa kau mau menjadi kekasih ku, apa jawaban mu?" Tanya nya.
Ku ambil nafas, dan ku jelaskan pada Hayam.
"Untuk saat ini, aku merasa nyaman dengan mu. Aku menyukai mu bukan dalam hal romantis, tetapi lebih ke kepribadian mu. Kepribadian mu yang sangat bisa diandalkan, bertanggung jawab, baik, aku suka. Tapi itu semua tidak mengarah ke hal yang romantis.
Untuk menjadi kekasih mu, jawaban untuk saat ini tidak. Banyak hal yang ku pertimbangkan serta banyak konsekuensi. Dan juga perasaan ku belum sama seperti mu. Aku tidak mau asal menerima, karena jika aku asal menerima ujung-ujungnya hanya akan menyakitimu," jelas ku panjang lebar.
Hayam tersenyum. "Begitu ya? Tadi kau bilang untuk saat ini tidak, bukan berarti tidak sama sekali kan?"
"Eh?"
Hayam memajukan dirinya, hingga membuat ku mundur, tepat di telinga ku ia berbisik.
"Akan ku buat kau luluh, dan jadi milikku Derana."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]
Historical Fiction[follow dulu sebelum membaca] "I love you in every universe, Hayam," bisik seorang gadis di telinga seorang laki-laki muda dengan mahkota emas bertengger di kepalanya. Si laki-laki tertegun. "Apa yang kau maksud? Ayolah, jangan bicara dengan bahasa...