Chapter 25

1.9K 190 4
                                    

Setelah luka ku diobati, kini kami semua berkumpul di ruang tengah. Dengan posisi, Yunda Sudewi yang terus bergelayut di lengan ku. Sepertinya, ia sangat mengkhawatirkan ku.

"Keberuntungan lo jelek banget sumpah, dosa lo banyak makanya sial terus!" Ucap Wira dengan maksud mengejek.

"Kurang ajar lo ya!" Aku kemudian memukul Wira kencang, tanda aku kesal dengan perkataan nya. Seenaknya saja ngomong.

"Sudah, sudah. Derana jangan banyak gerak, istirahat," titah Hayam. Aku pun diam sambil menyenderkan badan ke punggung bangku.

"Jadi, Kemala bisa kau jelaskan secara rinci mengenai kawasan prostitusi itu?" Tanya Hayam.

"Kawasan itu terletak di barat laut dari Tumapel, di dalam sebuah hutan ada kawasan prostitusi, malahan lebih seperti desa. Disana marak prostitusi tentunya, disana juga dijual barang dari luar daerah, namun barang ilegal, berbagai macam minuman keras, dan juga peminjaman uang. Aku dikirim ke sana, karena orang tua ku tidak mampu membayar hutang, sehingga sebagai ganti hutang itu, aku dijual ke kawasan prostitusi untuk dijadikan pelacur. Kurang lebih nya seperti itu," jelas Kemala panjang lebar.

"Lantas, jalan menuju kesana? Bagaimana?" Tanya Hayam lagi.

"Mereka menggunakan jalan setapak, yang ditutupi semak semak, karena tempat itu didalam hutan, jadi tertutup rimbunan pohon dan semak semak. Ah, namun jika kita tamu nanti ada penjaga yang memandu. Makanya, orang luar tidak mengetahui jalannya," ucap Kemala lagi.

Hayam manggut-manggut. "Jika seperti ini, setidaknya kita harus memanggil pasukan yang ada di berada pusat kota Tumapel, kita kekurangan orang."

"Ya sudah, aku akan keraton Tumapel untuk meminta bantuan," ucap Wira.

"Kemala, apa kau mau membantu kami?" Tanya Hayam.

Kemala mengangguk. "Tentu saja. Ini juga demi keselamatan ku."

"Bagaimana jika aku juga ikut?" Tanya ku pelan, yang dihadiahi tatapan tak suka dari semua orang.

"Tidak. Kau tidak boleh ikut," tolak Hayam.

"Ran, kemarin kita udah ngomongin ini kan? Lo tahu kan—" ucapan Wira tersela.

"Kemala butuh penjaga. Jika hanya kalian, kalian tidak akan bisa menjaga Kemala secara keseluruhan. Bayangkan, jika tiba-tiba saja Kemala diapa-apakan di rumah prostitusi itu bagaimana? Jika ada aku, aku bisa melindunginya dari dekat. Kalian percaya kan dengan kemampuan ku?" Tanya ku.

Hayam terdiam. Ia kemudian menarik tangan ku, mengajak ku untuk bicara berdua. Kami pun berbicara di teras Pesanggrahan.

"Derana. Aku percaya dengan kemampuan mu. Kemampuan mu bahkan setara dengan anggota bhayangkara. Tapi... Kami—aku, Wira, Yunda Sudewi khawatir. Kamu mengerti bukan?"

Aku menghela nafas. "Hayam, pikirkan lagi ucapan ku tadi. Lagipula, Hayam kali ini kita punya rencana. Pasti bisa. Ayolah. Lebih baik kau membawa orang yang berkompeten, agar tingkat keberhasilan rencana ini semakin besar," kata ku lagi.

"Pikirkan itu, Maharaja. Seharusnya, sebagai Raja yang memimpin kerajaan ini kau bisa membuat keputusan yang membuat rencana ini berhasil. Kesampingkan dulu perasaan mu," kata ku. Dalam hati aku merutuki diriku sendiri, telah berkata lancang seperti ini.

Kini, Hayam seperti di tengah kebimbangan. Ia terdiam, memikirkan perkataan ku tadi.

Sebijak-bijaknya seorang Raja, ia pasti akan merasa bimbang jika itu menyangkut orang yang ia cintai. Kini, aku tinggal menunggu Hayam mengambil keputusan besar nya itu. Antara aku akan ikut atau tidak.

***

Sumpah sorry banget cuma segini aja. Sejujurnya udh bikin, cuma ada error dan harus ku tulis ulang. Dan aku malah lupa T_T

Siapa yang kesel Ama Derana? cung yukk

Kalo kalian jadi Hayam, apa reaksi sama keputusan kalian?

Posisinya, dia punya orang berkompeten yang bisa bantu rencananya, tapi orang itu juga orang yang dia cintai dan dia gak mau si orang ini kena bahaya. Kasih pendapat kalian yaaa <3

Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang