Ketika membuka mata, hanya ada kegelapan nan kosong yang menyapa. Hawa dingin menyelimuti ku, namun entah darimana datangnya hawa dingin itu.
"Cah ayu..." Panggil seseorang. Aku menoleh kesamping namun tak ada siapapun disana.
"Si—siapa?!" Balas ku dengan nada agak keras.
"Aku... Entitas yang mengirim mu ke masa lampau, Cah Ayu. Tugas mu telah usai, maka dari itu aku akan mengembalikan mu ke masa mu," ucap nya.
Aku merasa tak terima. Ia membawa ku ke masa lampau tanpa alasan yang benar-benar jelas. Hanya banyak dugaan serta konspirasi di kepala ku mengenai alasan datangnya aku dan Wira ke masa lampau. Aku ingin ada konfirmasi dari dirinya.
"Tugas ku sudah usai? Maka dari itu aku harus mendapatkan balasan bukan?" kata ku lugas.
"Apa yang kau mau?" Tanya entitas yang tak berbentuk itu. Aku menelan saliva ku, lalu melanjutkan berbicara.
"Kau bilang aku dan Wira terikat takdir. Takdir dimana kami harus meluruskan takdir yang ada. Serta kami harus berada di samping anak-anak mu, betul?" tanya ku.
"Ya, betul sekali."
"Kau juga bilang ada yang 'nakal' untuk merubah takdir. Bisa jelaskan padaku lebih rinci?" tanya ku.
"Baiklah, aku akan menjelaskan. Kau, dan Wira dibawa kesini untuk membantu anak anakku. Kalian dari masa yang berbeda, memiliki pemikiran yang jauh lebih berkembang dan tentu nya akan membantu anak-anak ku. Disisi lain, jiwa Ra Kembar orang yang memunculkan pertikaian di Sadeng dan Keta sebelumnya bereinkarnasi di tubuh Ra Tuwuh. Dan, Ra Tuwuh membawa ingatan dirinya ketika menjadi Ra Kembar. Itulah yang menyebabkan terjadinya pertikaian di Sadeng dan Keta. Dimana, semuanya menjadi rumit. Maksud dari meluruskan takdir adalah hal ini.
Kami para entitas juga bertaruh, apakah kalian berdua tidak merubah takdir. Disaat kalian sudah hampir merubah takdir, disaat itulah kami berencana menarik kembali kalian ke masa kalian.
Kurang lebih nya seperti itu. Membantu anak-anak ku memiliki makna yang luas. Berada disisinya juga sudah membantu mereka. Sebab, mereka pantas mendapatkan itu."
Aku masih belum benar-benar mengerti.
"Anak-anak mu itu siapa?" tanya ku.
"Orang yang kau cintai, serta Wira cintai."
Berarti itu artinya, Hayam dan Yunda Sudewi?
"Terimakasih sudah ada disisi mereka Cah Ayu. Kau, dan Wira memberikan kenangan dan banyak pengalaman indah untuk mereka. Dikala dunia terasa kejam untuk mereka. Terimakasih banyak sudah mencintai anak anak ku."
Alasan yang sepele untuk diriku dan Wira dibawa ke zaman ini. Entitas menyayangi Hayam dan Yunda Sudewi. Mereka ingin Hayam dan Yunda Sudewi aman dan bahagia. Makanya mereka mengutus kami—orang dari masa yang berbeda dengan perbedaan cara berpikir untuk menemani keseharian mereka.
"Lagipula, ini juga suatu kebahagiaan untuk mu kan? Kamu bertemu dengan orang-orang yang mencintai mu, dan menyayangi mu," ucap entitas itu.
Aku menahan tangis, "Meski hanya sebentar? Bukan kah itu lebih kejam? Kebahagiaan yang terasa semu ini... Aku..."
Aku tak bisa melanjutkan perkataan ku lagi. Aku, tak bisa bertemu kembali dengan Hayam. Atau Yunda Sudewi. Lalu bagaimana dengan Wira?
"Wira—dia bagaimana?"
"Semesta punya cara nya sendiri untuk membawa kembali Wira."
Dengan perasaan sesak, bulir air mata ku jatuh turun ke pipi. Isak tangis terdengar, itu suara ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]
Historical Fiction[follow dulu sebelum membaca] "I love you in every universe, Hayam," bisik seorang gadis di telinga seorang laki-laki muda dengan mahkota emas bertengger di kepalanya. Si laki-laki tertegun. "Apa yang kau maksud? Ayolah, jangan bicara dengan bahasa...