Aku membuang muka tatkala melihat kebucinan dua insan di depan ku. Ada ada saja mereka. Aku pun pada akhirnya menginterupsi mereka.
"Permisi, masih ada orang lain disini. Jangan bermesraan di depan seorang perempuan yang masih sendiri, sejujurnya aku iri," ucapku sambil tersenyum. Yunda terkekeh kecil. Ia pun bertanya pada Wira apakah Yang Mulia Raja ada atau tidak, sebab kami harus menyapa nya.
"Aduh, Yang Mulia sedang sibuk mengurus permasalahan negara, ia hari ini akan pergi ke Tumapel dan baru akan kembali saat satu hari sebelum perjamuan," jelas Wira.
"Tenang saja, nanti aku akan titip kan salam kalian pada Yang Mulia. Ya sudah aku mau bertugas dulu!" Pamit Wira. Masih jadi misteri pekerjaan dia disini itu apa. Sebab dia belum bilang kepadaku. Tapi, dapat terkonfirmasi bahwa ia bekerja di keraton atau di lembaga pemerintahan.
"Derana, kalau begitu aku ingin kembali saja ke ruangan ku. Aku ingin istirahat," ucap Yunda.
"Baiklah, Yunda."
***
6 hari berlalu dengan cepat. Ya, kegiatan ku masih sama, membantu Yunda, Melakukan apa yang disuruh Yunda, dan menemaninya kala ia bosan. Kami pada akhirnya selalu berakhir di kolam ikan. Sebuah keunikan tersendiri, bahwa Yunda sangat menyukai ikan. Oh iya, selepas kami berbicara dengan Wira pada 6 hari lalu, sampai sekarang aku belum melihat lagi batang hidung nya. Kemana ya dia?
"Wira, kenapa belum kembali ya? Apakah tugas nya masih sangat banyak?" Gumam Yunda. Oke, dapat terkonfirmasi Wira tidak ngapelin Yunda karena sibuk dengan kerjaan nya.
Cie, yang gak semangat karena ayang nya gak ada.
Aku tersenyum kecil melihat Yunda. "Yah, namanya juga pekerjaan Yunda. Mana bisa ditinggal begitu saja? Wira kan juga punya tanggung jawab."
"Selepas ia kembali akan ku tanyakan, lebih memilih aku atau pekerjaan nya."
Aku menahan gelak tawa ku, melihat Yunda sedang diserang penyakit rindu berat. Ketika Yunda sedang bermain dengan ikan, dari arah belakang ada yang menepuk pundak ku. Aku berjingkat kaget, kemudian menoleh. Wira!
Ia menempelkan jari telunjuk ke bibir nya, untuk memberi tahu bahwa aku harus diam, tak boleh berisik.
"Kau tahu Derana, aku sangaatttt merindukan Wira. Tak peduli kau mau menertawakan ku bagaimana. Yang aku inginkan aku ingin bertemu Wira sekarang. Aku ingin lari ke pelukannya, aku sangat sangat merindukan nya.
"Padahal waktu itu aku bisa menahan rindu ku selama hampir berbulan-bulan, tapi kenapa sekarang hanya menunggu sebentar terasa sangat menyiksa?"
Wira tersenyum, kemudian memeluk Yunda dari belakang.
"Aku sudah disini, Sudewi. Aku sudah kembali," bisik Wira.
Fyi aku agak menjauh dari mereka, dan membiarkan mereka melepas kerinduan. Rasanya seperti menonton sinetron secara live.
Kemudian Yunda menoleh kaget, entah apa yang dirasa Yunda, Yunda kemudian menangis sambil memeluk Wira. Tentu Wira membalas pelukan tersebut.
Serius ini mah udah kayak sinetron deh.
Jiwa-jiwa jomblo ku berteriak. Melihat ke-uwu-an mereka.
"Mereka sangat mesra ya?"
"Iya, aku sampai iri melihat nya."
Sedetik kemudian aku tersadar, aku berbicara dengan siapa. Aku menoleh kemudian melihat seorang laki-laki, yang ku kenal mengenakan sebuah mahkota emas yang bertengger di kepalanya. Ia tersenyum manis ke arah ku.
"Ra...Jendra?"
***
Jangan lupa votment yah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]
Historical Fiction[follow dulu sebelum membaca] "I love you in every universe, Hayam," bisik seorang gadis di telinga seorang laki-laki muda dengan mahkota emas bertengger di kepalanya. Si laki-laki tertegun. "Apa yang kau maksud? Ayolah, jangan bicara dengan bahasa...